Gratis Pendaftaran – ‘Caleg Photoshoot Competition’ Siap Digelar; Ayo Daftarkan Diri

Loading

Kupang-NTT, gardaindonesia.id | Menjelang perhelatan pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) pada 17 April 2019 mendatang, berbagai orang muda pekerja seni di kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal menggelar lomba foto Calon Legislatif (Caleg) berhadiah uang tunai jutaan rupiah.

Berbagai pekerja seni itu diantaranya, Jamez Radar Photography (Fotografer Profesional – Sony Alpha Indonesia), M2 Enterprise (Wedding Organizer), Update Design (Desain Grafis) dan juga Komunitas Gerak Perempuan Kota Kupang (GPKK) bersama menginisiasi lomba foto bertajuk ‘CALEG PHOTOSHOOT COMPETITION’ yang akan digelar di Sotis Hotel Kupang, Sabtu (8/12/2018), pukul: 17.00 WITA.

Lomba dibuka untuk umum bagi para fotografer yang berdomisili di kota Kupang dan gratis alias tanpa biaya pendaftaran peserta lomba dan batas akhir pendaftaran lomba pada Jumat (7/12/2018), pukul: 12.00 Wita.

Jamez Radar, salah satu panita pelaksana yang juga seorang fotografer professional di Kupang, mengatakan dalam dunia fotografi, membidik sebuah objek tentu dibutuhkan sebuah kreativitas dan ketelitian, inilah hal terpenting alam dunia fotografi, apalagi dalam kompetisi ini para fotografer harus berusaha membidik seorang politisi, melainkan membidik seorang model fotografi yang sudah memiliki karakter dan pengalaman berpose di depan kamera.

“Tantangan yang sangat berbeda dengan foto model, kalau model tentu sudah punya karakter yang bagus dan sudah berpengalaman dalam menunjukan pose dan ekspresi dalam sebuah konsep foto yang dibuat oleh Photographer,” jelas Jamez kepada wartawan di M2 Enterprise, Jalan Cak Doko, Kupang, Rabu (5/11/2018) petang.

Dalam foto Caleg, perawat bertalenta fotografer ini juga menjelaskan, tantangan seorang fotografer harus mampu berinteraksi dan mampu mengeluarkan aura seseorang yang bukan model, tetapi harus menunjukan gambar sesorang pemimpin yang professional, berwibawa dan lainnya. “Pose dan ekspresi harus benar-benar terlihat relax,” sambung Jamez.

Dalam kesempatan yang sama, Mulyadi Abdullah, salah satu panitia sekaligus juri lomba dari sisi Desain Grafis ini mengatakan perbedaan photoshoot Caleg dan photoshoot model. Menurutnya, yang menjadi obyek adalah seorang politisi, tentu berbeda dengan seorang model professional, karena itu fotografer harus bisa mengarahkan pose dan ekspresi untuk mendapatkan hasil terbaik.

“Yang utama adalah foto yang dihasilkan fotografer harus kaya akan bahasa visual, sehingga foto tersebut bisa punya dampak terhadap personal brand dan elektabilitas si caleg,” ujar Nheztor sapaan akrab Mulyadi pada kesempatan tersebut.

Mantan mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas Komputer (Unikom) Bandung ini juga mengatakan, tantangan dalam foto Caleg, setiap politisi berusaha mencitrakan diri mereka seunik mungkin, sehingga hasil foto harus bisa merepresentasi perjuangan, ideologi, gagasan dan juga sprit yang dikampanyekan.

Diketahui juga, obyek foto dalam kompetisi ini panitia mempersiapkan salah satu Calon Anggota DPRD NTT, Nomor Urut 6 dari Partai Golkar, R. Riesta Ratna Megasari, Mega sapaan akrabnya. Wanita berparas cantik ini akan siap menampilkan ekspresi dihadapan para fotografer dengan berbagai costum seperti gaun tenunan khas NTT, Kaos oblong GPKK dan juga jacket kuning Partai Golkar.

Pada kesempatan yang sama, Mega mengatakan ketika diminta penyelenggara event menjadi model foto Caleg dalam kompetisi ini seminggu menjelang pelaksanaan kegiatan, politisi muda Partai Golkar NTT ini mengisahkan awalnya ia sempat merasa heran, sebab dirinya bukan seorang model professional fotografi, namun ia tetap menerimanya. Bagi Mega, ini merupakan sebuah tantangan dibalik bahasa visual foto itu bercerita.

“Senang, jujur beta (saya) bukan bukan model, jadi waktu ditawari jadi model foto caleg jadi happy dan merasa ini tantangan, ini bisa menjadi hal baru untuk foto caleg. Selain itu, foto ada nilai seni, karena beta percaya kalau dibalik setiap foto pasti ada ceritanya, dibalik setiap foto ada seni fotografer bercerita apa yang ada dibalik foto tersebut, istilahnya story telling dibalik foto tersebut,” kisah Mega.

Penulis (*/leader)
Editor (+rony banase )