Gubernur NTT: “Sindrom dengan Stigma Miskin Lemahkan Daya Juang”

Loading

Kupang-NTT, gardaindonesia.id | Viktor Laiskodat-Gubernur NTT mengatakan bahwa kita tidak pernah serius membangun manusia; Gereja dan Pemerintah NTT belum mampu mengeluarkan manusia NTT dari sindrom kemiskinan. “Gereja dan Pemerintah harus sungguh-sungguh bekerja untuk mengangkat rasa optimis diri dari seluruh kita untuk melihat masa depan,” tegas Gubernur Viktor. Pernyataan tersebut disampaikan Viktor Laiskodat dalam pesan Natal Oikumene 2018 di Gereja Kaisarea BTN Kolhua Kota Kupang (Jumat,4/1/2019).

Hal itu, jelas Gubernur Viktor tercermin dari perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kab/kota yang terkesan takut yang hanya berkisar 90—100 Milliar. “Bagaimana kita bisa bangkit dan sejahtera jika PAD seperti itu,”tanya Gubernur Viktor.

Suasana Perayaan Natal Oikumene 2018 di Gereja Kaisarea BTN Kolhua Kota Kupang

Dengan rasa optimis dan berkeyakinan, Gubernur Viktor menyatakan bahwa percuma kita berbakti dan beriman jika tidak ada manusia yang keluar dari kemiskinan dan kebodohan tersebut menjadi manusia pintar dan kaya. Gubernur juga mempertanyakan kepada para peserta Natal Oikumene 2018.

“Siapa yang lahir di dunia ini yang ingin miskin dan bodoh,” tanya Gubernur Viktor.

Semua pemimpin harus berpihak kepada orang miskin dan bodoh; bukan karena kemiskinan dia berpihak namun mereka tidak layak sehinggga mereka segan. Maka sebagai gubernur, salah gubernur itu, salah bupati itu, jika tidak segera menyiapkan sebuah program untuk mengangkat mereka dari kemiskinan dan kebodohan.

Baca juga : 

http://gardaindonesia.id/2019/01/04/pesan-natal-oikumene-2018-gubernur-viktor-laiskodat-jangan-takut/

Karena itu, tanya Gubernur Viktor, “Sebuah pemerintahan perlu propaganda; pemerintahan tanpa propaganda mati dan propaganda selalu provokatif, karena itu saya memilih yang bodoh dan miskin masuk neraka namun siapa yang mau masuk neraka?”

Pernyataan senada tentang sindrom miskin juga pernah disampaikan Gubernur Viktor dalam pidato politik dalam rangka HUT NTT Ke-60 di Sidang Paripurna Istimewa DPRD NTT, Kamis/20/12/2018. Dalam kesempatan tersebut Gubernur Viktor Laiskodat mengatakan bahwa ‘Sindrom (=himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak_KBBI V) dengan Stigma (=ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang_KBBI V) Kemiskinan Melemahkan Daya Juang Masyarakat Nusa Tenggara Timur’.

Viktor Laiskodat menilai secara kritis terhadap cita-cita kelahiran Nusa Tenggara Timur dengan tingkat capaian pembangunan yang tercermin dalam kondisi obyektif kehidupan masyarakat.

“Secara jujur kita harus akui bahwa perbandingan antara harapan dengan kenyataan masih timpang; pembangunan NTT selama 60 tahun belum sanggup menjawab tantangan sejarah menghadirkan kesejahteraan yang adil bagi masyarakat NTT,” tutur Gubernur NTT Viktor Laiskodat di hadapan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Presiden Portobrigade Oekusi Ambenu Dr Mari Alkatiri, Unsur Forkompinda, Ketua DPRD NTT dan jajaran anggota serta hadirin paripurna istimewa.

Lanjut Gubernur, Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai namun secara umum kehidupan masyarakat NTT masih diliputi berbagai tekanan kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan, sakit penyakit, kelaparan, dan ketidakberdayaan.

“Masyarakat NTT bahkan mengalami stigmanisasi sebagai provinsi termiskin dan stigma ini melahirkan sindrom kemiskinan yang membebani dan melemahkan daya juang kita,” ungkap Gubernur Viktor. (+)

Penulis dan editor (+rony banase)