Keluarga Korban Lion Air JT610 Gugat Produsen Pesawat Boeing

Loading

Jakarta, Garda Indonesia | Sejumlah keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT610 mengajukan gugatan terhadap produsen pesawat yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat, The Boeing Company. Gugatan ini didaftarkan ke Pengadilan Cook County, negara bagian Ilinois, oleh keluarga korban melalui firma hukum Girardi and Keese bersama firma hukum terkenal asal Amerika Serikat, Edelson PC.

Berdasarkan pers rilis yang diterima media ini pada Senin/11 Maret 2019 pukul 22.48 WITA, Adapun gugatan yang disampaikan keluarga korban terkait kelalaian terhadap tanggung jawab produk (product liability) dan tanggung jawab mutlak (strict product liability) yang dilakukan Boeing.

“Saya tidak suka bicara mengenai besaran kompensasi untuk keluarga korban. Tapi yang jelas, pengadilan dan juri di Amerika dikenal paling besar dalam memberikan kompensasi dibanding pengadilan manapun di seluruh dunia. Dalam kasus terakhir, mereka memberi jutaan dolar sebagai kompensasi,” kata George Hatcher dari lembaga pendamping korban Air Crash Consultant.

Pesawat Boeing Max merupakan pesawat yang dirancang untuk bersaing dengan pesawat Airbus A320 yang hemat konsumsi bahan bakar.

Pesawat tipe Boeing Max telah dilengkapi fitur otomatis Maneuvering Characteristic Augmentation System (MCAS) yang didesain untuk menyiasati mesin yang berukuran lebih besar tapi tetap hemat bahan bakar.

Meski begitu, buku manual penerbangan Boeing atau Flight Operations Manual (FOM) tidak mencantumkan panduan penting dalam pengoperasian MCAS sehingga berdampak pada kemampuan pilot dalam mengendalikan pesawat Lion Air JT610.

Selain tidak tercantum di buku manual penerbangan, para pilot juga tidak mendapat pelatihan mengenai fitur otomatis tadi. Belakangan diketahui, Boeing memutuskan tidak menginformasikan kepada pilot serta tidak menyelenggarakan pelatihan terkait perubahan dalam sistem pengendalian Boeing Max untuk mengurangi biaya pelatihan pilot.

Pasca kecelakaan fatal Oktober lalu, otoritas penerbangan Federal Aviation Administration (FAA) menerbitkan buletin darurat pada 7 November 2018 kepada semua perusahaan penerbangan pengguna pesawat Boeing Max 8.

Dalam buletin itu, FAA menjelaskan bahwa pilot dapat mengatasi malfungsi MCAS hanya dengan menekan dua tombol.

“Kondisi ini jika tidak diatasi dapat menyebabkan penerbang kesulitan mengendalikan pesawat dan berakibat hidung pesawat menukik ke bawah secara berlebihan, kehilangan ketinggian signifikan, dan kemungkinan benturan dengan daratan,” demikian isi buletin tersebut.

FAA juga menjelaskan bahwa kesalahan pada sensor Angel of Attack (AoA) dapat menyebabkan pesawat menukik tajam ke bawah.

Sementara itu, penyelidikan awal yang dilaksanakan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Republik Indonesia mengindikasikan sensor AoA telah memberikan informasi yang salah.

Selama dua belas menit, MCAS menekan hidung pesawat ke arah bawah sementara pilot berjuang menjaga hidung pesawat tetap tegak. Hingga akhirnya pesawat menukik tajam ke dasar Laut Jawa.

“Firma hukum Girardi and Keese memutuskan tidak menggugat Lion Air saat ini karena kemungkinan mereka juga termasuk korban,” ungkap George Hatcher yang baru-baru ini menemui keluarga korban kecelakaan Lion Air JT610 di Jakarta.

Tentang Girardi and Keese Lawyer

Girardi and Keese Lawyer merupakan firma hukum yang berbasis di Los Angeles dengan pengalaman panjang menangani kasus kecelakaan penerbangan, kematian akibat kelalaian (wrongful death), dan gugatan massal (mass trot). Sejak 1965, Girardi and Keese telah menjalani ribuan kasus dengan melawan perusahaan raksasa, menyelamatkan lebih dari $ 10 miliar untuk klien mereka.  Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi http://www.girardikeese.com

Tentang Air Crash Consultant

Air Crash Consultant didirikan untuk menghubungkan dan menjembatani pengacara dan klien mereka khususnya dari berbagai negara. Lembaga ini bisa dikatakan merupakan pendukung hubungan antara pengacara dan klien. (*)

Sumber berita (*/Tim IMO Indonesia)
Editor (+rony banase)
Foto by latimes.com