Gubernur Viktor Laiskodat Imbau Hindari Politik Identitas

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Viktor Bungtilu Laiskodat – Gubernur NTT, meminta para tokoh agama untuk senantiasa mengembangkan semangat toleransi dan menghimbau umatnya agar menghayati perbedaan secara rileks. Kondisi negara yang semakin terbelah akibat politik identitas terutama menjelang hajatan demokrasi terbesar sepanjang sejarah yakni pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) 2019 secara serentak harus disikapi secara serius dan kritis.

Dikutip dari wikipedia.org, Politik identitas berpusat pada politisasi identitas bersama atau perasaan ‘kekitaan’ yang menjadi basis utama perekat kolektivitas kelompok. Identitas dipolitisasi melalui interpretasi secara ekstrim, yang bertujuan untuk mendapat dukungan dari orang-orang yang merasa ‘sama’, baik secara ras, etnisitas, agama, maupun elemen perekat lainnya.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Viktor dalam kegiatan Dialog Pemerintah Provinsi NTT dengan Lembaga-Lembaga Keagamaan se-Provinsi NTT di Hotel Aston; dengan tema ‘Merawat Toleransi, Kerukunan dan Keharmonisan Hidup dalam Spirit NTT Bangkit Menuju Sejahtera dalam Bingkai NKRI’, Selasa, 9 April 2019 menyampaikan bahwa membangun sebuah bangsa harus didasarkan pada kondisi untuk menerima perbedaan sebagai bentuk yang sangat rileks.

“Kecenderungan yang terjadi sekarang, kita berbeda tetapi kaku sekali. Sampai kita tidak dapat bangun hubungan secara baik. Dan menurut saya, itu ciri bangsa yang tidak akan maju. Satu-satunya keajaiban kita (yang tidak ada di bangsa lainnya di dunia) adalah menjadi bangsa dengan banyak perbedaan”, ujar Gubernur Viktor

Menurut Gubernur Viktor, semangat menghayati perbedaan secara rileks ini telah ditunjukan oleh para pejuang dan pendiri bangsa. Diawali oleh para pemuda dalam Sumpah Pemuda. Mereka punya semangat hebat dan mampu mendeklarasikan sebuah imajinasi kebangsaan. Imajinasi mereka sangat keren melampaui realitas kebangsaan dan geografis saat itu. Begitupun semangat yang dibangun Panitia sembilan saat merumuskan bentuk negara.

“Tim sembilan saat merumuskan bentuk negara, sangat legowo. Kalau mau jujur, negara agama harusnya jadi karena hanya satu yang non muslim yakni Alexander Maramis. Tapi mereka tidak melakukan melakukan itu. Mereka juga tidak pakai voting. Begitu berdebat serius luar biasanya. Tidak ada voting sama sekali. Sampai mereka akhirnya sepakat untuk mendirikan negara nasional berbentuk republik. Membaca dokumen seperti ini tentunya memberikan motivasi kepada kita khususnya saya secara pribadi. Untuk apapun bolehlah kita korbankan demi tegaknya NKRI dan Pancasila. Saya tidak ingin lahir dari negara Indonesia dan mati sebagai warga negara lain,” tegas Gubernur Viktor dalam kesempatan tersebut.

Lanjutnya, di tengah situasi politik yang semakin memanas, para pemimpin termasuk pemimpin agama diharapkan tetap berdiri kokoh di atas semangat kebangsaan yang berdasarkan Pancasila, NKRI ,UUD 1945 dan semangat kebhinekaan.

“Pilihan beda adalah sesuatu yang sangat wajar, namun semangat toleransi harus dikembangkan”, pinta Gubernur Viktor

Lebih gamblang Gubernur Viktor mengatakan bahwa Visi NTT Bangkit Menuju Sejahtera hanya akan terwujud jika NKRI tetap berdiri kokoh dan tidak boleh ada sikap saling mencurigai. Harus kembangkan sikap toleransi. Toleransi itu berarti kita menerima perbedaan tanpa ada sungkan.

Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang menandantangani Kesepakatan dan Komitmen Bersama antara Pemerintah Provinsi NTT dengan Para Tokoh Agama

“Saya selalu bilang rileks, sangat rileks. Kritik, kritik saja. Perbedaan silakan saja, urusan politik boleh beda. Tapi tidak menjurus kepada permusuhan dan kehancuran”, imbaunya

Tambah Gubernur Viktor, Setiap bangsa tentu punya tantangan dan cobaan, tetapi tentunya setiap pemimpin yang punya karakter dan tekad kebangsaan yang kuat, merekalah yang akan mampu berdiri dan menjaga agar semangat perjuangan dari seluruh pahlawan yang telah mengorbankan dirinya tidak sia-sia.

Gubernur Viktor dengan tegas menyatakan sikap Pemerintah Provinsi NTT untuk menolak segala bentuk semangat intoleransi di Bumi Flobamorata.

“Kita semua ingin berdamai, kita harus berperang melawan kelompok-kelompok yang coba mengganti falsafah Pancasila. Dalam semangat kebersamaan membangun NTT dalam bingkai NKRI, tidak ada semangat mayoritas, minoritas. Semua diperlakukan secara sama”, pungkasnya.

Di akhir kegiatan, ditandantangani Kesepakatan dan Komitmen Bersama antara Pemerintah Provinsi NTT dengan Para Tokoh Agama Tentang Partisipasi Lembaga Keagamaan dalam Program Pembangunan NTT Lima Tahun ke depan.
Penandatangan itu dilakukan secara simbolis oleh Gubernur NTT dengan Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang. (*)

Sumber berita (*/Aven Rame – Biro Humas dan Protokol Pemprov NTT)
Editor (+rony banase)