BBKSDA NTT Kembalikan 6 Ekor Komodo dari Jawa Timur ke Flores Utara

Loading

Kota Kupang-NTT, Garda Indonesia | Pelbagai upaya pelestarian terhadap sumber daya alam yang dimiliki NTT terus dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT. Hal tersebut disampaikan pada jumpa pers yang berlangsung pada Kamis, 11 Juli 2019, bertempat di Kantor BBKSDA NTT.

Hadir pada kesempatan tersebut, Kepala BBKSDA NTT, Ir. Timbul Batubara, M. Si., Kepala seksi Pemanfaatan dan Pelayanan (P2), Mugi Kurniawan, Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan (P3), Emanuel Ndun, serta Kepala Bidang Teknis BBKSDA NTT, M. Saidi.

Mugi Kurniawan, dalam penyampaiannya kepada awak media mengatakan bahwa ada beberapa hal yang akan dilakukan oleh BBKSDA NTT, diantaranya Rencana penyerahan dan pelepasliaran Komodo yang diperdagangkan secara liar oleh BBKSDA Jawa Timur (Jatim) kepada BBKSDA NTT, rencana repatriasi Kura-kura Leher Ular (Chelonida mccordi) Rote yang didatangkan dari Singapura.

Yang berikut pengembangan Taman Wisata Alam (WTA) Manipo, melalui konsep 3 (tiga) pilar, yang melibatkan pemerintah, pendekatan adat dan juga pendekatan Agama.

“Kenapa Manipo?, karena di sana satwa seperti buaya hidup berdampingan dengan masyarakat, ada juga rusa dan masih ada yang lain”, ujar Mugi.

Kepala BBKSDA NTT, Ir. Timbul Batubara, M. Si.

Pengembalian Komodo ke Habitatnya

Penggagalan perdagangan liar komodo oleh Polda Jatim, bersama BBKSDA Jatim dan juga Mabes Polri beberapa waktu lalu juga telah melewati tahap pemeriksaan DNA oleh LIPI dan sudah mendapatkan kecocokan habitat.

“Sesuai hasil identifikasi DNA oleh LIPI menunjukkan bahwa ada kemiripan dengan habitatnya di Flores Utara”, ujar Emanuel Ndun.

Sementara itu, Timbul Batubara, mengatakan bahwa penetapan habitat ada beberapa tempat yang menjadi pilihan di Flores yaitu di pulau Lomos di Manggarai Barat, Hutan Lindung Kota Manggarai Timur dan juga di Ngada, Pulau Ontoloe, tetapi pilihan tepat berada di pulau Ontoloe, Riung, Kabupaten Ngada.

“Pilihan habitat di Ontoloe karena berdasarkan hasil identifikasi kami dengan berbagai pertimbangan bahwa ketika dilepas memudahkan pemantaun”, ujar Timbul.

Jumlah Komodo yang akan dilepas di Ontoloe, menurut Timbul, ada 6 (enam) ekor, yang akan didatangkan pada tanggal 15 Juli mendatang melalui jalur udara dari Surabaya ke Bali lalu dilanjutkan ke Labuan Bajo kemudian akan menempuh perjalanan darat menuju Pulau Ontoloe.

Proses pelepasan liar Komodo, lanjut Timbul, ada 3 (tiga) hal penting yang harus dipenuhi yaitu sifat liar dari Komodo, agar dapat bertahan dari serangan mangsa. Menurutnya, kesehatan komodo juga perlu diperhatikan.

“Sifat liar komodo harus diperhatikan agar mampu bertahan dari serangan predator. Karena komodo bisa memangsa komodo juga, bisa juga dari buaya atau ular. Kesehatan komodo juga perlu diperhatikan sebelum dilepaskan”, tutur Timbul.

Yang ketiga, menurut Timbul adalah zoonosis atau infeksi yang ditularkan antara hewan vertebrata dan manusia.

Untuk memenuhi ketiga hal tersebut serta menjamin kenyamanan dan keamanan dari komodo tersebut akan dilakukan habituasi dikandang habituasi.
“Habituasi ini akan dilakukan kurang lebih 5-7 hari supaya satwa kita ini nyaman kembali ke habitatnya”, tandas Timbul. (*)

Penulis (*/Joe Tkikhau)
Editor (+rony banase) Foto by www.google.com