Pasca Gempa Maluku Utara, Dua Tewas & Lebih dari 2.000 Orang Mengungsi

Loading

Maluku Utara, Garda Indonesia | Gempa bumi dengan magnitudo 7.2 pada Minggu, 14 Juli 2019, pukul 18:10:51 WIT. Lokasi berada pada 0.59 LS,128.06 BT (62 km Timur Laut Labuha-Malut ) dengan kedalaman 10 Km. Goncangan kuat gempa dirasakan kuat di Kabupaten Halmahera selatan selama 2—5 detik dan masyarakat panik berhamburan keluar rumah.

Plh. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Dr. Agus Wibowo, M.Sc., mengatakan bahwa gempa bumi magnitudo 7,2 tersebut berdampak pada kerusakan bangunan dan infrastruktur lain. Kerusakan unit rumah di Desa Ranga ranga, Kecamatan Gane Timur 20 unit, Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat 28 unit, dan Desa Dolik, Kecamatan Gane Barat Utara 6 unit.

“3 (tiga) desa ini berada di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Kerusakan rumah di Desa Kluting Jaya, Kecamatan, Weda Selatan, Halmahera Tengah 5 unit, sedangkan kerusakan 2 unit jembatan terjadi di Desa Saketa”, terang Agus Wibowo.

Selain itu, BMKG mencatat gempa bumi magnitudo 7,2 dengan 65 kali gempa susulan dengan kedalaman rata-rata 10 km hingga Senin, 15 Juli 2019, pukul 09.00 WIT; menewaskan 2 (dua) orang meninggal dan lebih dari 2.000 mengungsi di 14 titik pengungsian.

“Dua korban meninggal teridentifikasi berasal dari Desa Gane Luar dan Desa Papaceda, sedangkan pengungsian terbanyak berada di Kecamatan Bacan Selatan”, beber Agus.

Mengenai jumlah penyintas, Agus menyampaikan penyintas di titik tersebut mencapai 1.000 orang. Sementara itu, para korban telah mendapatkan penanganan darurat dari pemerintah daerah dan institusi terkait lainnya. Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan menetapkan status tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15—21 Juli 2019.

“Hingga kini beberapa kendala dihadapi dalam penanganan darurat. Akses jalan ke lokasi terdampak hanya melalui laut dikarenakan akses jalan darat masih belum terbangun. Rute yang dapat ditempuh yaitu rute Ternate – Sofifi melalui speed boat dan dilanjutkan perjalanan darat dari Sofifi menuju ke Saketa. Kemudian Ternate ke Labuha dengan pesawat atau kapal ferry. Labuha menuju ke Saketa membutuhkan waktu 5 jam dengan speed boat”, ungkap Agus Wibowo.

Retak tanah akibat gempa bumi dengan magnitudo 7.2 pada Minggu, 14 Juli 2019

Sementara itu, PVMBG melaporkan pada Minggu (14/7) gempa dirasakan dengan sekala II-III MMI di Pos Pengamatan G. Gamalama dan II MMI di Pos Pengamatan G. Dukono.

Gempa dirasakan kuat di Kota Ternate selama 2—4 detik, masyarakat terlihat panik dan berhamburan keluar rumah. BPBD Halmahera melaporkan bahwa gempa dirasakan kuat di Kabupaten Halmahera selatan selama 2—5 detik dan masyarakat panik berhamburan keluar rumah.

Berdasarkan pantauan PVMBG, lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, gempa bumi diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif yang berada di daerah tersebut. Pusat gempa bumi berada di darat. Wilayah-wilayah yang dekat dengan sumber gempa disusun oleh batuan vulkanik dan sedimen berumur Tersier yang dapat bersifat urai, lepas, dan belum kompak (unconsolidated) sehingga memperkuat efek guncangan gempa bumi.

Masyarakat di Ternate dan Kabupaten Halmahera Selatan tetap dapat menikmati layanan Telkomsel secara normal baik layanan Voice, SMS maupun layanan data dikarenakan tidak ada gangguan yang bersifat massif. Sebelumnya, BTS sempat mengalami gangguan, namun sudah normal kembali sejalan dengan pulihnya aliran listrik di wilayah tersebut. Serta sarana dan fasilitas penyaluran BBM dan Elpiji Pertamina tidak mengalami kerusakan akibat gempa, sehingga layanan komoditas energi tersebut masih berjalan normal. (*)

Sumber berita (*/Humas BNPB)
Editor (+rony banase)