Hari Anak Nasional & Visi Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045

Loading

Oleh Misran Lubis

Medan-Sumatera Utara, Garda Indonesia | Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019—2024, Ir. Joko Widodo dan K.H Ma’ruf Amin, telah menyampaikan konsep pembangunan Indonesia lima tahun kedepan, yang disebut VISI INDONESIA; Dihadapan ratusan ribu undangan bertempat di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, pada Minggu malam, tanggal 14 Juli 2019.

Presiden terpilih Ir.Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan 5 (lima) pilar Visi Indonesia; 1) Pembangunan infrastruktur, 2) Prioritas Pembangunan SDM sejak dalam Kandungan, 3) Permudah Investasi untuk lapangan kerja, 4) Reformasi Birokrasi, dan 5) APBN harus tepat sasaran.

Berkaitan dengan pemenuhan hak dan perlindungan anak, Presiden Jokowi menempatkannya pada pilar kedua Visi Indonesia, “kita akan menggeser yaitu pada pembangunan sumber daya manusia. Kita akan memberikan prioritas pembangunan kita pada pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan.

Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia yang unggul ke depan. Itu yang harus dijaga betul. Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita disitu!”. Masih dalam konteks pembangunan SDM, prioritas juga diberikan untuk pendidikan vokasi (ketrampilan) dan Lembaga-lembaga manajemen Talenta.

Semangat pembangunan SDM diletakkan pada prioritas pemenuhan mendasar hak anak. Jika dikaitkan dengan tema Hari Anak Nasional (HAN) 2019 “Peran Keluarga dalam Perlindungan Anak” hal ini memberikan pesan kuat lingkungan keluarga dan lingkungan sosial adalah pondasi bagi tercapainya Sumber Daya Manusia Indonesia yang mumpuni, sehat, religi dan berkarakter.

Sebuah pesan optimisme mempersiapkan generasi emas menuju Indonesia Emas 2045, namun sekaligus mengingatkan kita akan situasi anak-anak hari ini yang masih menghadapi kompleksitas masalah di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya. Karena faktanya kekerasan dalam rumah tangga masih sangat tinggi, pernikahan usia anak dan kemiskinan sebagai akar persoalan utama kurang terpenuhinya hak-hak dan perlindungan anak.

Sangat diperlukan sebuah lompatan besar yang inovatif untuk pembangunan sumber daya manusia, khususnya dalam pemenuhan hak-hak anak dan perlindungan anak. Perubahan paradigma harus terjadi di birokrasi hingga level terbawah, dan secara umum perubahan paradigma juga harus di terjadi di komunitas masyarakat dan keluarga.

Anak-anak bukanlah objek dari kebijakan, bukan objek dari kehendak dan pikiran orang dewasa, namun anak-anak membutuhkan ruang berpikir, berpendapat, dan memilih yang terbaik untuk dirinya dan masa depannya. Perlu menciptakan ruang dialog, diskusi, dan komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak-anak.

Tantangan yang mereka hadapi hari ini begitu kompleks dan global, maka diperlukan model dan pendekatan-pendekatan kekininan bagi anak-anak milenial.

SELAMAT HARI ANAK NASIONAL 23 JULI 2019, DIRAGAHAYU ANAK INDONESIA.

Penulis (*/Misran Lubis—Direktur Eksekutif KONSIL LSM Indonesia, Telepon 0812 606 4126)

Editor (+rony banase)