Angka Stunting Tinggi di NTT; Daulat Samosir : Manfaatkan Faskes dengan Baik

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Masalah stunting menjadi fokus pemerintah saat ini, mengingat tingginya angka stunting di NTT, sehingga memerlukan penanganan yang lebih intensif. Menurut dr. Daulat Samosir, untuk mengatasi hal tersebut, harus dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.

Hal tersebut disampaikan di ruang kerjanya di BNN Provinsi NTT, Jumat 9 Agustus 2019. Menurutnya, pemanfaatan fasilitas kesehatan yang baik akan sangat menunjang pengurangan angka stunting.

Daulat mengatakan bahwa posyandu menjadi salah satu fasilitas yang harus dimanfaatkan secara benar-benar oleh para praktisi kesehatan.

“Kita harus jemput bola dengan memanfaatkan posyandu karena posyandu bukan hanya untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, tapi juga untuk mengetahui status gizi, berat badan dan juga melakukan imunisasi”, jelas Plt. Kepala Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi BNNP NTT itu.

Penggunaan fasilitas kesehatan yang baik, menurut Daulat, akan berdampak sangat baik pula pada kondisi anak, terutama pemanfaatan fasilitas kesehatan pada usia kehamilan. Karena masa-masa kehamilan merupakan momen yang akan menentukan anak akan mengalami stunting atau tidak.

“Kesehatan ibu hamil dan janin harus dijaga, dan selalu diasupi dengan makanan-makanan yang bergizi. Karena di mana status gizi seseorang baik,maka stunting itu tidak akan ada”, ujarnya.

Plt. Kepala Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi BNNP NTT, dr. Daulat Samosir

Untuk dapat melakukan itu semua, Daulat menjelaskan bahwa ada beberapa hal dasar yang harus dilakukan, yang pertama adalah mengubah pola pikir masyarakat dengan memberikan pemahaman yang benar tentang pentingnya menjaga kesehatan kandungan.

“Bagaimana ibu-ibu hamil mendapatkan pemahaman yang baik dan benar tentang merawat kehamilan, bagaimana menyikapi kehamilan usia beresiko, bagaimana menyikapi kehamilan pada bulan-bulan rentan penyakit. Itu harus ada pendekatannya”, ujar Daulat.

Perubahan pola pikir masyarakat, menurutnya akan berdampak pada penggunaan fasilitas kesehatan yang tepat sasaran. Masyarakat, terutama ibu-ibu hamil bisa rajin memeriksa kandungannya agar dapat mengetahui kesehatan kandungan dan mendapatkan anjuran dari dokter.

Selain kepada masyarakat, Daulat juga menolak dengan tegas alasan tenaga medis terkait anggaran untuk melakukan pelayanan bagi masyarakat. Menurutnya, ada banyak cara yang bisa digunakan untuk menjangkau masyarakat, salah satunya melalui posyandu.

“Jangan alasan anggaran untuk tidak turun ke posyandu. Saya tidak suka seperti itu. Kita pernah lakukan itu dan terbukti berhasil”, ujar dokter yang pernah berperan menekan angka kematian ibu dan anak menjadi nol persen di Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada 2011—2013.

Hal kedua lanjutnya, setelah mengubah pola pikir masyarakat, maka harus diikuti dengan upaya pemenuhan status gizi bagi Ibu hamil serta janin dalam kandungannya.

“Kandungan usia muda jangan malas mengonsumsi makanan bergizi seperti sayur-sayuran dan juga buah”, jelasnya.

Daulat mengungkapkan bahwa dirinya sangat setuju dengan program yang sedang gencar dilaksanakan pemerintah yaitu pengolahan makanan lokal menjadi makanan yang bergizi, terutama daun kelor.

“Saya sangat setuju dengan program pemerintah untuk mengolah daun kelor, karena itu makanan yang bergizi. Karena bukan stuntingnya yang harus diperangi tapi status gizinya yang harus diperbaiki”, ucapnya.

Dirinya menjelaskan bahwa stunting tidak akan ada jika perbaikan status gizi dilakukan sejak dalam kandungan. Sehingga merubah pola pikir masyarakat untuk rutin memeriksakan diri di posyandu maupun puskesmas sangat penting, juga untuk melakukan perbaikan status gizi.

“Hanya ada dua hal, rutin periksakan diri serta perbaiki status gizinya,” tandas Daulat.(*)

Penulis (*/Joe Tkikhau)
Editor (+rony banase)