Rapor Lakamola Anan Sio, Sistem Pertanian Tradisional di Rote Ndao

Loading

Oleh Dwi Iwan Kharisma

Rote Ndao-NTT, Garda Indonesia | Bagi masyarakat Kabupaten Rote Ndao tentu sudah tidak asing lagi dengan ‘Lakamola Anan Sio’, menurut buku yang berjudul ‘Ketika Lens Haning Menjadi Bupati Rote Ndao’, gerakan Lakamola Anan Sio diambil dari filosofi para leluhur.

Filosofi yang mengisahkan sistem pertanian tradisional polikultur yang mengembangkan 9 (sembilan) jenis tanaman pangan yang dibudidayakan seperti padi, jagung, sorgum, botok (jewawut), kacang panjang, kacang hijau, turis, labu dan wijen.

Orang Rote menyebut sembilan jenis tanaman pangan itu dengan nama ‘Lakamora atau Lakamola’, karena pada awalnya bibit-bibit tanaman tersebut dipelihara dan dikembangkan oleh Lakamola Bulan di mana beliau merupakan salah seorang moyang dari Bula Kai yang tinggal di puncak gunung (di Bilba) yang saat ini dikenal dengan gunung lakamola yang berada di wilayah Rote Timur.

Oleh karena terdiri dari sembilan jenis, maka kemudian disebut ‘Lakamola Anan Sio’. Lakamola Anan Sio merupakan gagasan yang disampaikan Bupati Rote Ndao Leonard Haning pada tahun 2010. Gerakan Lakamola Anan Sio merupakan gerakan yang mencerminkan budaya orang Rote berupa budaya gotong royong yang sudah ditanamkan oleh para Leluhur.

Tujuan dari gerakan ini yaitu untuk meningkatkan produktivitas komoditi pangan menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan dan diharapkan dari program Lakamola Anan Sio ini akan dapat menghidupkan budaya lokal berupa pembukaan lahan yang akan ditanami komoditi pertanian seperti padi, jagung, wijen, kacang tanah, turis, botok, ubi kayu, ubi jalar serta sorgum sehingga masyarakat Rote dapat terhindar dari rawan pangan karena Rote Ndao memiliki curah hujan rendah serta memiliki iklim yang ekstrim (kekeringan).

Selain gerakan menanam sembilan komoditi lokal, gerakan Lakamola Anan Sio ini didukung fasilitas seperti pembuatan embung, pembuatan sarana irigasi, pupuk, hand traktor serta lainnya, tidak heran gerakan Lakamola Anan Sio ini masuk dalam Top 40 Inovasi Pelayanan Publik yang diberikan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN-RB) dan program ini diakomodir kedalam RPJMD Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014—2019.

Apakah Program Lakamola Anan Sio dapat dilanjutkan?

Menurut publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao, Sektor pertanian memiliki peran penting di Kabupaten Rote Ndao karena sebesar 48,08 persen PDRB Kabupaten Rote Ndao disumbang oleh sektor pertanian.

Hal ini menunjukan sektor pertanian masih mendominasi di wilayah Rote Ndao. Ditinjau dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2019 di Kabupaten Rote Ndao memiliki NTP sebesar 106.83 persen yang dapat diartikan sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani dan apabila nilai NTP lebih dari 100 berarti pada periode tersebut lebih baik dibandingkan dengan NTP tahun 2012 sebagai tahun dasar.

Padi adalah salah satu komoditi yang banyak dibudidayakan atau ditanam oleh masyarakat Rote. Menurut Rote Ndao Dalam angka tahun 2013—2019 yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten Rote Ndao produksi padi dan luas lahan pada tahun 2012—2018 digambarkan pada grafik dibawah ini

Dari grafik diatas menunjukan produksi padi yang tahun 2012—2016 mengalami fluktuasi akan tetapi di dua tahun terakhir kenaikan jumlah produksi yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2017 sebesar 104.364 ton dan tahun 2018 sebesar 107.829,9 ton, sedangkan untuk luas lahan tanaman padi kenaikan terbesar pada tahun 2016 di mana kenaikannya sebasar 107.063 Hektar.

Pada grafik di atas menggambarkan bahwa semakin luas lahan yang dikerjakan maka semakin besar produksi padinya. Hal ini menunjukkan program atau gerakan Lakamola Anan Sio dari tahun ke tahun menunjukan pergerakan yang masif dan terus bergerak dengan cara setiap tahun dilakukan pembukaan lahan pertanian yang berasal dari tahan tidur sehingga dari situ tercipta lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja yang banyak.

Sehingga menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao tingkat pengangguran pada tahun 2012 sebesar 4,09 persen, 2013 sebesar 2,48 persen, 2014 sebesar 3,69 persen, 2015 sebesar 2,37 persen, 2016 sebesar 2,37 persen, 2017 sebesar 2,52 persen dan tahun 2018 sebesar 2.1 persen.

Dari tahun 2012—2018 menunjukkan bahwa terjadi fluktuatif tingkat pengangguran akan tetapi angkanya cenderung menurun dari tahun 2012—2018. Dalam Publikasi Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka 2019 menunjukkan sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak daripada sektor lain, maka dapat dilihat bahwa pertanian di Rote Ndao cenderung baik karena akan menghasilkan produksi yang melimpah seperti produksi pertanian yang bisa mencukupi kebutuhan masyarakatnya, sehingga hal ini menunjukan keseriusan pemerintahan Kabupaten Rote Ndao dalam Masalah Kerawanan Pangan dengan melakukan program atau gerakan dalam sektor pertanian mulai dari pembukaan lahan, penanaman tanaman pangan dan penyediaan fasilitas pertanian telah tepat pada tujuan pembangunan yang dirancang untuk menyejahterakan masyarakat.

Inilah peran pemerintah dalam melindungi masyarakatnya, oleh karena itu program Lakamola Anan Sio ini dapat terus dilanjutkan karena manfaat yang begitu besar untuk kemajuan masyarakat Rote Ndao di sektor pertanian. (*)

Penulis (*/Mahasiswa Politeknik STIS Jakarta)
Editor (+rony banase) Foto oleh expontt.com