Kantor Bahasa NTT Pinta Pihak Kampus Buka Jurusan Bahasa Daerah

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Valentina Lovina Tanate, S.Pd. dalam sambutannya pada acara penutupan kegiatan pada Rabu, 23 Oktober 2019 meminta kepada pihak Perguruan Tinggi di Kota Kupang untuk membuka jurusan bahasa daerah.

Baca juga :

http://gardaindonesia.id/2019/10/23/kantor-bahasa-ntt-perlu-perda-untuk-melestarikan-bahasa-daerah/

“Kami berharap kedepannya setiap Perguruan Tinggi, kami inginnya kalau bisa ada jurusan bahasa daerah”, pinta Valentina Lovina Tanate dalam pegelaran seminar internasional linguistik dan sastra Austronesia-Melanesia selama 2 hari pada 22—23 Oktober 2019 bertempat di Hotel Aston Kupang.

Hal tersebut disampaikan karena menurut Valentina, generasi muda saat ini kurang mencintai bahasa daerah. Dirinya mengatakan bahwa setiap tahun dalam pemilihan Duta Bahasa tingkat Provinsi, sedikit sekali dari para peserta yang memahami bahasa daerah dengan baik.

“Generasi muda di NTT kurang mencintai bahasa daerah, karena apa? Setiap kali pemilihan duta bahasa, 99 persen peserta seleksi duta bahasa tidak bisa berbahasa daerah,” ujarnya.

Lanjutnya, bahasa daerah juga membentuk kepribadian seseorang. Dirinya berpesan kepada semua mahasiswa yang hadir untuk belajar menggunakan bahasa daerah sebagai identitas diri.

Kepala Kantor Bahasa NTT, Valentina Lovina Tanate, S.Pd.

“Bahasa daerah membentuk setiap kepribadian kita. Anak-anak generasi muda sekarang, anak-anak mahasiswa, belajar menggunakan bahasa daerah dengan baik maka di mana pun kita berada identitas kita akan terjaga,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Valentina menyampaikan 3 rekomendasi dari kegiatan tersebut kepada pemerintah, pihak kampus dan juga para akademisi.

Kepada Pemerintah Provinsi NTT, kantor Bahasa meminta untuk mengimplementasikan Pasal 42 ayat 1 Undang-undang nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang berbunyi ‘Pemerintah Daerah wajib mengembangkan, membina dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia’.

“Implementasi tersebut berupa peraturan gubernur yang secara spesifik mengatur pengembangan dan perlindungan bahasa daerah di NTT,” ucap Valentina.

Rekomendasi berikutnya, ditujukan kepada Perguruan Tinggi dan institusi akademik d NTT untuk secara konsisten menyelenggarakan kegiatan-kegiatan ilmiah, utamanya tentang linguistik dan sastra, agar tercipta ruang-ruang diskusi pengembangan dan perlindungan Bahasa dan sastra daerah serta terwujudnya masyarakat NTT yang lebih peduli dan bangga dengan budayanya.

Dan yang terakhir kepada segenap akademisi di NTT untuk mendokumentasikan, menelaah dan menyebarluaskan kajian-kajian Bahasa dan Sastra di NTT agar Bahasa dan Sastra di NTT mendunia dan senantiasa terjaga kelestariannya.

Valentina mengatakan bahwa rekomendasi tersebut juga akan diserahkan kepada para Rektor di masing-masing kampus di Kota Kupang yang sudah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman.

Dirinya berharap rekomendasi tersebut bisa ditindaklanjuti baik oleh Pemerintah Daerah maupun pihak kampus, sebagai upaya pengembangan dan perlindungan bahasa dan sastra di NTT, karena bahasa dan sastra di NTT merupakan pertemuan antara dua rumpun besar bahasa yakni sastra Austronesia dan Melanesia yang ditemukan pada masyarakat Pulau Alor dan juga masyarakat di Kabupaten Belu.

Sebelum menutup kegiatan tersebut, Valentina juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Ketika menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh panitia pelaksana, Valentina sempat menitik air mata.

“Kami satu tim yang sangat luar biasa, sehingga dapat melaksanakan kegiatan yang sangat besar. Dengan waktu yang singkat, peserta begini banyak, anak-anak saya bisa menghadirkan pembicara utama yang sangat bagus,” tandas Valentina ketika ditemui setelah acara penutupan. (*)

Penulis (*/Joe Tkikhau)
Editor (+rony banase)