Ilmuwan HITPI Apresiasi Tata Kelola Lahan Kering oleh Kelompok Tani Kaifo Ingu

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Sekitar 40 ilmuwan HITPI berkunjung ke 3 (tiga) lokasi berbeda di Kabupaten Kupang guna melihat lebih dekat sistem tata kelola lahan kering yang diterapkan oleh Kelompok Tani Setetes Madu di Camplong II, Yayasan Williams dan Laura dan Kelompok Tani Kaifo Ingu di Air Bauk Desa Babau.

Tata kelola Lahan Kering oleh Kelompok Tani Kaifo Ingu di Air Bauk Desa Babau Kabupaten Kupang memperoleh apresiasi dari para ilmuwan yang terhimpun dalam Himpunan Ilmuwan Tumbuhan Pakan Indonesia (HITPI).

Kelompok Tani Kaifo Ingu mengelola lahan kering seluas 12 hektar sejak 2018 dengan pendamping Prof. Erna Hartati dan tim Undana, Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan Pemda Kabupaten Kupang untuk melakukan kegiatan di bidang pertanian tanaman pangan, tanaman buah-buahan, peternakan dan tanaman hijauan makanan ternak.

Para ilmuwan HITPI saat memasuki areal lahan pertanian yang dikelola oleh Kelompok Tani Kaifo Ingu

Apresiasi tersebut disampaikan oleh Sekretaris Umum HITPI, Prof. Dr. I Wayan Suarna, MS. dari Universitas Udayana (Unud) Bali, saat bertatap muka dan berdialog dengan Ketua Kelompok Tani Kaifo Ingu, pada Rabu, 6 November 2019. Dirinya mengapresiasi sistem pengairan ke areal sawah yang hemat air karena pengairan ke sawah menggunakan sistem buka tutup.

“Satu contoh saat menaikkan air tidak menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga meminimalisir emisi dari aktivitas pertanian dan memitigasi terhadap perubahan iklim,” puji Prof. Wayan.

Ilmuwan HITPI dari Universitas Udayana (Unud) Bali ini juga mengapresiasi sistem pertanian yang tidak menggunakan banyak air di areal sawah. “Sistem yang digunakan seperti Sistem Sri yang digunakan di Bali,” tutur Prof. Wayan.

Ketua Kelompok Tani Kaifo Ingu, Kristofel Ulu mengatakan sejak terbentuk pada tahun 1986, Kelompok Tani Kaifo Ingu hanya beranggotakan 15 petani yang berupaya mengadopsi berbagai teknologi dengan kondisi lahan kering berupa hutan yang belum dikelola secara maksimal.

Ilmuwan HITPI saat memanen Pepaya di lokasi lahan yang dikelola oleh Kelompok Kaifo Ingu

“Namun pada tahun 2018, PKW dari Fakultas Peternakan (Fapet) Undana Kupang, Politani dan Pemkab Kupang telah merebut hati kami dengan memberikan bantuan awal berupa pembuatan lahan baru dalam seluas 5 hektar menggunakan ekskavator,” ungkap Kris.

Pihak PKW Fapet Undana Kupang, jelas Kris, juga mengajarkan teknologi IPAT-BO (Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Bahan Organik) yaitu teknologi menanam padi hemat air dengan menggunakan pupuk organik yang digunakan di areal sawah di lahan kering oleh Kelompok Tani Kaifo Ingu.

Kandang Sapi yang terintegrasi dalam lahan yang dikelola oleh Kelompok Kaifo Ingu

Sementara itu, Pendamping Kelompok Tani Kaifo Ingu, Prof. Dr. Erna Hartati, MS. menyampaikan tentang pengelolaan lahan kering di Air Bauk merupakan program Kemitraan Wilayah (PKW) dengan menggunakan teknologi hemat air masih menggunakan BBM dan cukup besar biayanya sehingga program ke depan energinya bersumber dari solar sel, shg meminimalisir penggunaan BBM.

Adapun konsep yang dibangun, jelas Prof. Erna yaitu pertanian terpadu/mix farming meliputi pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kebun buah-buahan. Dalam kegiatannya tim pelaksana mentransfer berbagai teknologi yakni IPAT-BO yang menggunakan hemat air untuk mengoptimalkan produksi hasil pertanian tsb.

“Diharapkan 3 tahun ke depan dapat terwujud Agroeduwisata di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai tema PKW periode Tahun 2018—2020 yaitu Membangun Model Agroeduwisata di Kab Kupang yang dapat menjadi wisata agro untuk pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh pelajar mulai dari PAUD hingga Perguruan Tinggi,” imbuh Prof Erna.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)