Perihal Penjala Ikan

Loading

Oleh Hendrikus Arianto Ola Peduli

Ketika dilema menerpa di pagi yang dingin..antara menarik gebar membungkus raga dan menebar jala menangkap ikan
Aku berjuang melorot gebar dan menebar jala di tengah dinginnya laut pagi, menghempas ombak menantang maut.
Aku berjuang kuat
//
Sebelum mentari terbit.
Ketika embun di pagi buta masih terasa melilit raga dengan dinginnya yang tiada tara
Aku sudah menghadang ombak yang tiada tentu
//
Ketika surya terbit di atas ubun-ubun kepala.
Membakar badan cokelat gelap dan rambut kuning kusam yang masih belum terbasuh perigi setetespun
Aku masih berdiri tegap bersama sampan.
Memegang campang tua yang sesekali dikayuh
Menatap laut dengan penuh arti
//
Ketika bumi diterpa gelap gulita, lantaran ditinggal surya yang menemaniku sepanjang hari
Aku masih saja bermimpi untuk hari esok.
Laut yang menari indah, tarian ikan yang seperti air mendidih di tungku dapur dan menjaring sebak ikan untuk hidup. (*)

Pantai Wailolon, 29 Juli 2019

*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Nusa Cendana. Pada saat liburan berprofesi sebagai Nelayan di Pulau Adonara.