Kiprah Rozali Hussein Membangun Yayasan Tanaoba Lais Manekat dan TLM Grup

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Pada 6 Desember 2019, Yayasan Tanaoba Lais Manekat (TLM) genap berusia 25 tahun. Sebagai lembaga dari Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Yayasan TLM melahirkan TLM Grup yang terdiri dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) TLM, Koperasi Serba Usaha (KSU) Talenta, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) TLM, dan Koperasi Konsumen TLM.

Para awak media berkesempatan bertatap muka dan berdialog dengan sosok pencetus lahirnya Grup TLM yang jarang mengekspos diri dan cenderung menghindar dari liputan para awak media namun akhirnya bersedia berdialog pada Rabu, 4 Desember 2019 pukul 14.00 WITA—selesai.

Namun bagaimanakah kiprah Rozali Hussein, tokoh yang memecut dan melahirkan TLM Grup? Ayo kita simak bersama.

Rozali Hussein dilahirkan di Palembang-Sumatra Selatan pada 10 Agustus 1961, sosok sederhana ini dibesarkan di Palembang-Lampung-Jogjakarta sekitar tahun 1967—1989. Kemudian Rozali memutuskan bekerja di ERAI (perusahaan memperkenalkan tenun ikat dan rumput laut), Rozali berdomisili di Kabupaten Sabu Raijua sejak 1990.

Direktur Eksekutif Yayasan TLM, Rozali Hussein

Untuk melaksanakan program Diakonia maka Sinode GMIT mendirikan sebuah lembaga berupa Yayasan TLM dan Rozali Hussein masih bekerja sebagai Direktur Alfa Omega kemudian hijrah ke Yayasan TLM atas legitimasi dari Ketua Sinode GMIT dr.Benyamin Fobia menjadikan Rozali Hussein sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Tanaoba Laiskodat Manekat (TLM).

Yayasan Tanaoba Lais Manekat (TLM) berdiri pada 6 Desember 1994 dan berkat keputusan dari Ketua Sinode GMIT, dr.Benyamin Fobia mempercayakan Rozali Hussein untuk mengelola Yayasan TLM yang mulai beroperasi pada tahun 1995 dengan modal Rp.2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) dalam bentuk uang koin hasil derma atau kolekte dari para jemaat GMIT.

Yayasan TLM di bawah nakhoda seorang Rozali Hussein berupaya mengokohkan eksistensi Yayasan TLM berkolaborasi dengan Simon Lynch dari Opportunity International Australia, dan Rob Floyd dari Uniting World Volunteer pada tahun 1995.

Kini, aset Grup TLM bertotal sekitar Rp.650 Miliar dan terbesar dimiliki oleh KSP TLM berjumlah sekitar Rp.110 Miliar hasil kerja keras dan kerja sama yang solid Rozali Hussein dengan tim kerja selalu mengandalkan Komitmen, Mau Berkembang, dan Selalu Mengandalkan Tuhan dalam Kerja dan Pelayanan.

Pria berusia 58 tahun ini beristri dari Pulau Sejuta Lontar (Sabu Raijua) dan memiliki 4 (empat) anak yakni David R.Rozali, Janine Rozali, Naomi Rozali, dan Yohana S Rozali; 2 (dua) menantu, dan 2 (dua) cucu memiliki visi yang jelas dan terarah akan perkembangan Yayasan TLM ke depan.

Rozali Hussein (paling kanan) didampingi oleh David Mileham (Uniting World Volunteer), Zesly Pah (Manager Utama KSP TLM), dan Simon Lynch (Oppurtunity International Australia)

Saat ditanya media ini apa moto kerja dan visi untuk menggerakkan dan membesarkan Yayasan TLM, dengan rileks sosok sederhana ini pun menyampaikan bahwa mempunyai komitmen untuk mengembangkan lembaga karena dengan komitmen kuat maka dan harus selalu memikirkan orang lain karena selama kita memikirkan orang lain maka Tuhan memikirkan kita.

“Karena saya berasal dari luar maka visi saya adalah mau berkembang maka semua staf juga mau berkembang dan tidak cepat puas, sebagai contoh KSP TLM sebagai Koperasi pertama yang berani membuka cabang di Kabupaten Manggarai untuk mengajarkan kepada staf untuk melihat dunia lain kemudian membuka cabang di Provinsi Bali,” ungkap Rozali.

Selain itu, ujarnya, “Kami juga mengirimkan semua kepala divisi yang telah memiliki komitmen ke Filipina pada tahun 1998 dan Saya mau mengubah cara berpikir anak-anak (staf TLM Grup, red) sehingga tidak berpikir seperti anak-anak NTT dan sedikit nekad (salah sedikit tak apa-apa)”.

Rozali Hussein pernah mengalami masa tersulit saat menerima kesepakatan dengan Alfa Omega untuk berani menagih utang sebesar Rp.40.000.000,- (empat puluh juta) dan memberikan 5 (lima) orang staf yang mana hanya diberikan gaji oleh Alfa Omega hanya sebatas pada bulan ke-3 dan pada bulan ke-4 harus menjadi tanggung jawab Yayasan TLM.

“Modal 2,5 juta dari Sinode GMIT saat itu tidaklah cukup dan saya nekat menerima kesepakatan dengan Alfa Omega dan jadilah kami memberikan kredit harian dengan sistim pinjam hari ini besok kembalikan dengan bunga hanya 5 persen,” ungkap Rozali sambil menyampaikan bahwa yang menjalankan Yayasan TLM kemudian diambil alih oleh KSU Talenta.

Garda Indonesia juga mengusik bagaimana Yayasan TLM selalu membangun relasi dengan Tuhan dalam bentuk doa sebelum memulai bekerja.

Jawab Rozali, “Saya masih percaya bahwa segala berkat berasal dari Tuhan karena kita tidak dapat melakukan sesuatu kalau tidak diberkati Tuhan dan untuk memperoleh berkat maka harus memperbaiki relasi dalam bentuk doa dengan Tuhan”.

Sosok Rozali Hussein di mata Simon Lynch dari Oppurtunity International

Saat Simon Lynch dari Opportunity International mencari lembaga yang dapat melayani orang-orang kecil maka bertemulah dengan sosok Rozali Hussein.

“Oppurtunity mencari lembaga untuk melayani dan mempunyai kemampuan untuk berkembang dan saat mencari tersebut bertemulah dengan sosok Rozali Hussein pada tahun 1996,” kata Simon Lynch dari Oppurtunity International Australia yang begitu dekat dengan sosok Rozali Hussein.

Simon Lynch dari Oppurtunity International Australia

Simon Lynch mencari proyek-proyek kecil dan mencari orang dengan karakter yang benar dan orang bisa belajar apapun namun jika tidak memiliki karakter yang benar maka tak bisa diubah. Jadi karakter tersebut lah yang mempertemukan Simon Lynch dengan Rozali Hussein yang merupakan sosok sederhana dan telah berusaha bekerja sejak kecil dan memiliki jiwa berusaha (entrepreneur).

Simon Lynch saat pertama bertemu dengan Rozali Hussein melihat bagaimana kerja keras seorang Rozali Hussein dan memiliki kerendahan hati karena mau membuat gerobak bakso dan berjualan keliling. “Rozali memiliki hasrat (passion) dan diberi kekuatan oleh Tuhan untuk melayani sesama,” ujar Simon.

Simon Lynch melihat bagaimana sosok Rozali Hussein tetap sederhana meski saat ini telah sukses mengelola TLM Grup. Karena sebelumnya sebagai pengusaha muda yang menjual kue dari rumah ke rumah dan memiliki jiwa pengusaha yang diberikan oleh Tuhan.

Simon Lynch juga menjadi saksi hidup yang melihat Yayasan TLM saat masih memiliki kantor kecil dengan Kali Selam, Kelurahan Airmata, Kecamatan Kota Lama Kota Kupang dan melihat hasrat Rozali Hussein yang secara alamiah diberikan Tuhan menjadi seorang pemimpin.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)