Perangi Stunting & Malaria, Dinkes Belu Gelar Rakorda Bidang Kesehatan

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia | Dalam rangka memerangi dan mengeliminasi stunting dan malaria, Dinas Kesehatan Kabupaten Belu menggelar Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Bidang Kesehatan Tingkat Kabupaten pada Kamis 12—13 Desember 2019 di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belu.

Bupati Belu Willibrodus Lay pada kesempatan itu, saat membuka kegiatan menyampaikan bahwa, stunting (gizi kronis/gizi buruk/kerdil) dan malaria merupakan masalah serius yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat di seluruh Indonesia.

Hidup sehat itu menurut Willy Lay, dimulai dari lingkungan yang harus bebas dari sampah plastik. Bupati Lay mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk sepakat bersama, guna memerangi sampah plastik mulai dari dalam keluarga dengan membuang sampah pada tempatnya.

Ia mencontohkan, ibu- ibu membeli tomat dari pasar, plastiknya jangan dibuang di kali kecil belakang rumah. Kalau buang sampah plastik di kali kecil, pada waktu hujan turun, banjir akan membawa semuanya ke laut, lalu menimbulkan pencemaran air laut.

“Jadi tugas para camat, sepulang dari sini panggil semua kepala desa/lurah, ajak masyarakat untuk perangi sampah plastik. Besok Jumat bersih, semua masuk ke kali pilih sampah plastik,” perintah Bupati Belu.

Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Bidang Kesehatan Tingkat Kabupaten pada Kamis 12—13 Desember 2019 di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belu

Disebutkan Lay, angka stunting (kerdil) di Kabupaten Belu tahun 2019: 26, 95% (3.972 jiwa). Terkait persentase angka stunting tersebut, Bupati menawarkan salah satu solusi eliminasi dengan cara meningkatkan makanan bergizi bagi anak- anak.

“Mulai hari ini bapak- bapak segera berhenti merokok. Uang yang dipakai membeli rokok itu digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi anak-anak sehingga bertumbuh secara baik,” sarannya.

Bupati Lay mengatakan, dirinya pernah meminta Kadis Kesehatan Kabupaten Belu untuk dibuatkan brosur hidup sehat sebanyak satu halaman yang memuat penjelasan cara hidup sehat kepada masyarakat. Dan, brosur- brosur itu dikirim ke forum OPD, forum Kecamatan, dan forum desa/lurah.

Bupati juga menekankan, program tanam kelor dari Gubernur NTT, Viktor Laiskodat perlu dijalankan di Kabupaten Belu. Lay meminta kepada para camat, para lurah/ kepala desa untuk mendaftar, jika ada keluarga yang anaknya stunting, lalu diwajibkan untuk menanam kelor dan sayur- mayur lainnya untuk meminimalisir keluhan masyarakat yang kurang mampu.

“Saya minta ibu kadis bisa belajar dari daerah lain yang sudah berhasil turunkan stuntingnya secara drastis. Jadi ibu kadis, semua yang stunting itu didaftar. Kemudian, kita bisa turun kunjungi setiap rumah untuk kita diskusi secara langsung, untuk temukan solusinya,” tandasnya.

Sementara, data kasus malaria tahun 2019 di Kabupaten Belu, sebanyak 42 kasus. Terkait malaria itu Willy Lay meminta, kalau boleh di setiap rumah, jika ada yang malaria, darahnya diambil dan dites karena biasa menjangkit lewat darah.

”Semoga rakor ini bisa memberikan manfaat bagi kita. Kalau bisa soal stunting itu, nama Belu hilang dari daftar dan tidak dibacakan lagi,” harapnya.

Turut hadir mendampingi Bupati Belu dalam kegiatan itu, perwakilan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Ketua Komisi III DPRD Belu Yohanes Djuang, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Theresia Saik. Sedangkan pesertanya, para kepala puskesmas se- Kabupaten Belu, LSM, para kepala desa lokus stunting se- Kabupaten Belu. (*)

Penulis (*/HH)
Editor (+rony banase)