Fenomena Hujan Es di Ruteng Manggarai, Ini Penjelasan BMKG

Loading

Ruteng, Garda Indonesia | Wilayah Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis, 26 Desember 2019 sekitar pukul 14.20 WITA mengalami hujan es yang berlangsung sekitar 15 menit, mengakibatkan lubang pada beberapa atap rumah yang terbuat dari seng plastik.

Butiran es dari dampak hujan es di Kota Ruteng

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kab.Manggarai, Ir. I G.A.N.Putri Firmaning Utami kepada media ini menyampaikan kejadian hujan es di Kota Ruteng berlangsung sekitar 15 menit. “Hingga saat ini BPBD Manggarai belum mendapatkan laporan dari masyarakat terkait dampak bencana dari hujan es tersebut,” ujar Putri sapaan akrabnya.

Hujan es di salah satu sudut rumah masyarakat di Ruteng

Sementara itu, prakirawan (forcaster on duty) dari BMKG Metro El Tari Kupang, Ni Putu Nonik Prianti menjelaskan bahwa hujan es merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi. Selain turun hujan lebat (es), fenomena ini juga disertai kilat atau petir dan angin kencang berdurasi singkat.

“Hujan es ini berasal dari jenis-jenis awan yang memiliki sel tunggal berlapis-lapis dekat dengan permukaan bumi. Selain itu dapat pula berasal dari multi sel awan, pertumbuhannya ini secara vertikal dan luas area horisontalnya sekitar 3—5 kilometer. Hujan es ini terjadi dengan durasi yang sangat singkat, antara 3—5 menit,” terang Nonik Prianti.

Gumpalan es hasil dari hujan es

Lanjutnya, “Fenomena hujan es terjadi di Ruteng hari ini akibat adanya pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb) yang cukup signifikan, dengan suhu puncak awan mencapai -69 hingga -100 ᵒC”.

Selain itu, jelas Nonik, Pertumbuhan awan CB ini disebabkan karena adanya pola belokan angin di wilayah Laut Banda dan Laut Flores serta didukung dengan kondisi atmosfer yang cukup labil dan lembab.

Penulis dan editor (+rony banase)
Foto oleh Putri Utami