Aneh! Rumah Petrus Bere Yang Terbakar, Sumber Api Tak Diketahui

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia | Keanehan sungguh terjadi pada keluarga korban, Petrus Bere. Sumber api yang menyebabkan rumah miliknya ludes terbakar di Bundaran Tugu Seroja Halilulik, Desa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Selasa 31 Desember 2019 petang, sumbernya tidak diketahui oleh pihak korban.

Baca juga :

http://gardaindonesia.id/2020/01/01/akhir-tahun-2019-akibat-bensin-rumah-warga-di-belu-dilahap-si-jago-merah/

Hal itu, diungkapkan Erwin Bere, salah satu anak kandung Petrus Bere ketika ditemui Garda Indonesia di rumah penginapan sementara milik Konstantinus Taus dan Yasinta Namok di Seputaran Bundaran Tugu Seroja pada Rabu, 1 Januari 2020 malam.

“Lilin tidak ada. Kami juga bingung karena sumber apinya kita tidak tahu. Tiba- tiba saja api itu muncul dari bapak punya telapak bagian kiri, merambat langsung di baju. Anehnya, celana tidak terbakar, baju saja yang terbakar. Makanya bapak buka baju langsung buang. Kaki tidak ada luka bakar, hanya buluh kaki saja yang terbakar. Luka besar itu hanya di bapak punya tangan kiri,” ulasnya.

Menurut Erwin, beberapa saat sebelum kejadian naas itu, bapaknya baru pulang membeli BBM di SPBU yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Dirasakan bapaknya, hawa sore itu memang sangat panas meskipun baru saja selesai hujan. Dugaan mereka, kemungkinan api itu timbul akibat gesekan antara bensin dan udara panas sore itu.

Pantauan media ini, luka bakar juga diderita oleh mama kandungnya Maria Natalia Buik pada paha bagian kiri dan pada wajah kanan (pipi dan pelipis).

Saat itu, terang Erwin, Natalia sudah berada di luar rumah. Tetapi, ia terpaksa masuk kembali karena berupaya mencari cucunya yang ia kira masih berada di dalam rumah.

“Saya lihat dia jatuh, saya angkat dia, tarik, dorong, buang keluar. Saat itu, api sudah besar. Enam jeriken besar kosong, saya lempar keluar semua,” kata Petrus Bere menambahkan.

Luka bakar yang dialami Petrus Bere

Barang- barang yang habis dilahap api itu, menurut pihak korban: laptop 2 unit, TV 2 unit, speaker Bigband 1 unit, amplifier 2 unit, sepeda motor beat 1 unit, motor air 1 unit, sepeda dayung 1 unit, kulkas polytron 2 unit, rak etalase 1 buah (masih masa kredit), handphone 4 unit, spon 2 buah, lemari pakaian 4 buah, mixer 2 buah, oven 2 buah, kain adat 8 helai, uang tunai 50 juta rupiah, surat-surat motor dari 4 unit sepeda motor (Versa 1 unit, Revo 2 unit, dan motor metic (yang hangus terbakar), sertifikat tanah, SIM B1 Umum 1 lembar, barang jualan kios, dan perabot rumah tangga.

“Kami dalam rumah sembilan orang. Pakaian semua terbakar, hanya tinggal yang kami pakai di badan,” ungkap Erwin lagi diamini anggota keluarga lainnya.

Barang berharga lainnya yang turut ludes dilahap api seperti: 6 rantai emas (2 rantai tangan, 4 rantai leher),4 cincin, 16 kalung muti, 6 uang perak (murak tomak), 6 tusuk konde emas. Total estimasi kerugian di luar uang tunai senilai Rp.250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Sedangkan, uang tunai bekas terbakar dan sudah diserahkan kepada pihak polsek Tasifeto Barat, menurut pihak korban, sekitar 16 juta rupiah.

Adapun keluhan pihak korban terhadap keterlambatan pihak pemadam kebakaran yang jaraknya hanya 2 kilometer dari lokasi kebakaran. Menurut pengakuan pihak korban, mobil damkar terlambat datang meski berulang- ulang beberapa orang sudah berusaha memberitahukan via sambungan telepon, hingga ada warga dengan menggunakan sepeda motor harus pergi memanggil langsung di markas damkar.

Parahnya lagi, meski sudah diberitahu langsung di markas pun, petugas masih juga berdalih bahwa air tidak ada di mobil tangki dan mobilnya mogok bahkan sulit dihidupkan. “Mobil pemadam datang sudah terlambat. Sampai di sini juga mereka bilang air di tangki sisa setengah saja. Jadi, siram api belum mati air sudah habis,” tandas pihak korban kesal. (*)

Penulis (*/HH)
Editor (+rony banase)