Enam Rumah di Belu Hancur Diserang Massa, Wartawan Diancam

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia | Enam rumah warga di Dusun Kimbana, Desa Bakustulama, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilempari batu hingga hancur berantakan oleh massa sesama warga Desa Bakustulama pada Kamis, 2 Januari 2020 siang.

Pantauan media ini di TKP, kelompok massa dari Dusun Asora dan Dusun Kimbana A mendatangi enam rumah di Dusun Kimbana B dengan membawa berbagai senjata tajam seperti pedang dan tombak. Setibanya mereka di TKP, kelompok massa itu langsung melempari rumah- rumah itu secara bergilir. Akibatnya, rumah milik Frandus Hale, Lukas Kaisadu (2 rumah), Eli Mali, Sili Mali (2 rumah) mengalami kerusakan berat pada bagian jendela dan pintu.

Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu lantaran saat massa menyerang, pemilik rumahnya telah menghindar dan menyelamatkan diri sehingga tidak ada perlawanan sama sekali.

Anggota Polsek Tasifeto Barat dipimpin langsung oleh Kapolsek Hadi Syamsul Bahri dibantu Babinsa Desa Bakustulama, Serda Armindo Do Santus yang saat itu hadir di TKP berhasil meredakan situasi dan membubarkan amukan massa tersebut.

Menurut informasi yang berhasil dihimpun Garda Indonesia, bahwa penyerangan itu dipicu oleh kesalahpahaman antar kedua kelompok anak muda di Kimbana A, pada 31 Desember 2019 malam.

Malam akhir tahun itu, Irsan dan Imus (anak dari Frandus Hale) dipukul oleh Alfred dan Robert di Dusun Kimbana A. Merasa tidak puas, Irsan bersama adik kandung dari bapaknya Lukas Kaisadu mencari dan memukul Robert hingga sekarat di Bundaran Tugu Seroja Halilulik, Desa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat. Robert pun langsung dibawa keluarga ke Rumah Sakit Marianum Halilulik guna mendapatkan perawatan.

Wartawan media ini pun sempat dibentak dan diancam oleh salah satu anggota massa atas nama Ignasius Bau di depan Kantor Camat Tasifeto Barat. “Kau datang ini buat apa? Kau wartawan pulang! Macam- macam saya potong kau dengan parang,” ancamnya mendekat ke arah wartawan dengan pedang di tangan.

Kapolsek Hadi Syamsul Bahri yang dimintai komentar terkait kronologis kejadian di sekitar TKP pada Kamis siang, belum bisa memberikan keterangan. Menurutnya, pihak kepolisian masih perlu penyelidikan intensif. “Sabar ya, kita masih perlu selidiki”, tanggapnya. (*)

Penulis (*/HH)
Editor (+ rony banase)