Gubernur NTT Apresiasi Sikap Sinode GMIT & Keuskupan Agung Kupang

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengapresiasi sikap dan langkah bijak yang dikeluarkan Ketua Sinode GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon dan Keuskupan Agung Kupang (KAK) yang membatasi dan meniadakan misa selama 2 (dua) minggu ke depan. Pembatasan ini sebagai akibat merebaknya penyebaran risiko penularan infeksi Corona Virus Disease atau Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bapak Gubernur kami memberi apresiasi kepada Ibu Ketua Sinode GMIT yang sudah mengeluarkan kebijakan untuk membatasi kehadiran jemaat di gereja-gereja,” ujar Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si kepada pers di Kupang, pada Sabtu, 21 Maret 2020.

Apresiasi yang sama sebut Marius, juga diberikan kepada pihak Keuskupan Agung Kupang. “Kita juga memberikan apresiasi kepada Keuskupan Agung Kupang yang juga meniadakan misa selama dua minggu ke depan. Kita harapkan keuskupan lain di seluruh NTT untuk membuat kebijakan demi keselamatan umat. Hal ini perlu kami sampaikan kepada masyarakat NTT untuk tidak anggap remeh dengan virus ini,” pinta Marius.

Menurut dia, dari hari ke hari OPD (Orang Dalam Pemantauan) semakin meningkat. Ini menandakan bahwa penyebaran virus di Indonesia termasuk di NTT sangat eskalasi. “Walaupun status mereka ODP tetapi bukan tidak mungkin suatu saat bisa positif. Oleh karena itu, perlu kita antisipasi dengan cermat untuk melindungi kesehatan masyarakat kita. Selalu kita update setiap saat, ODP adalah warga NTT yang pulang dari provinsi terpapar. Sehingga kita perlu memutus mata rantai dan akan kita kaji secepatnya,” ungkap mantan Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT.

Pemerintah Provinsi NTT kata Marius, sangat mengharapkan agar warga masyarakat NTT yang tidak memiliki kepentingan yang mendesak untuk tidak bepergian ke luar NTT. “Warga NTT dimohon untuk tidak bepergian. Begitu juga dengan para ASN untuk tidak melakukan perjalanan dinas. Kita harapkan pejabat pemerintah menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat. Kita dapat mengisolasi diri, dan menjauhkan diri dari daerah yang terpapar virus,” pinta Marius.

Kabiro Humas dan Protokol Setda Pemprov NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius

Bagi yang telah melaksanakan perjalanan ke daerah yang terpapar virus, sebut dia, segera memeriksakan kesehatannya agar tidak menular ke orang lain. “Tidak ada jalan lain bagi warga NTT selain mengisolasi diri, seperti yang dikatakan Bapak Gubernur. Proteksi diri sangat penting karena itu kita telah mengeluarkan beberapa kebijakan seperti instruksi kepada masyarakat NTT untuk melakukan social distancing,” ucap dia.

Dia menambahkan, “Kita harus menggunakan medsos (media sosial) dengan baik dan jangan berspekulasi. Anggaplah virus itu sudah ada di sekitar kita; agar kita jangan menganggap remeh virus ini.”

Marius juga mengajak warga NTT untuk belajar dari pengalaman warga masyarakat di Italia. “Bisa kita lihat dari negara lain yang terpapar virus seperti di Italia. Pada awalnya virus ini disepelekan sehingga pada akhirnya menyebabkan bencana yang luar biasa. Masyarakat NTT diminta untuk selalu bersiaga. Liburan anak sekolah juga diharapkan bukan berarti boleh pergi ke tempat yang ramai, seperti mall dan lain-lain,” katanya.

Kekurangan APD

Di tempat yang sama, Kadis Kesehatan Provinsi NTT, dokter Dominikus Minggu Mere mengaku, berdasarkan laporan dari lapangan ada kekurangan Alat Pelindung Diri (APD).

“Sesuai hasil rapat koordinasi (Rakor) yang diikuti seluruh Sekda kabupaten/kota, beberapa poin penting sudah disepakati berdasarkan keluhan di lapangan adalah kekurangan APD. Pemerintah akan segera menyusun rencana kebutuhan APD. Kita sudah menghitungnya dan tentunya APD tidak hanya di rumah sakit Provinsi tetapi juga untuk rumah sakit Kabupaten. Karena hal ini sudah masuk dalam kriteria bencana, artinya bahwa kita sudah harus mengambil langkah-langkah seperti menyiapkan anggaran tak terduga,” jelas mantan Dirut Rumah Sakit Prof. Dr. W.Z. Johanes Kupang.

Kadis Kesehatan Provinsi NTT, drg. Domi Minggu Mere

Diperlukan langkah strategis dan koordinasi yang efektif antara Pemerintah Provinsi NTT dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se NTT. “Perlu sinergi antara provinsi dan kabupaten. Sekembalinya dari Kupang, pada Sekda harus segera memfasilitasi pembentukan Gugus Tugas agar komando di dalam mengatasi problem besar ini bisa diambil alih oleh suatu koordinasi yang kuat, dalam hal ini Sekretaris Daerah,” harap dokter Domi.

Putus Mata Rantai

Di tempat terpisah, Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Cabang Provinsi NTT, dokter Teda Litik mengharapkan, sikap tegas Gubernur NTT untuk memutus mata rantai penyebaran wabah virus Covid-19 di Provinsi NTT. “Saya minta Pak Gubernur harus cepat putus mata rantai penyebaran virus Covid-19 agar tidak ada yang positif di NTT,” pinta dokter Teda Litik, dari balik gagang telpon.

Dia berharap kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 ini segera diambil. “Cepat diputuskan jalur penerbangan dan jalur pelayaran dari dan ke Provinsi NTT. Selain itu, dari pusat juga sudah ada imbauan untuk social distancing. Ini akan memutuskan rantai penyebaran dengan cepat dalam dua minggu. Jika saya carier dan saya tetap beraktivitas; ini bisa menyebar ke orang lain. Tetapi jika saya di rumah dan tidak bertemu orang lain dan daya tahan tubuh saya baik maka saya bisa sembuh,” ucap dokter Teda yang pernah bertugas di Negara Timor Leste tahun 1999 silam. (*)

Sumber berita (*/Valeri Guru/Kasubag Pers dan Pengelolaan Pendapat Umum Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT)