Ini Arahan dan Motivasi Menteri Pertanian bagi Petani TJPS di Desa Manusak

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | “Yang menarik bagi saya untuk datang ke NTT adalah keinginan kuat masyarakat dan Pak Gubernur yang selalu memilih diksi yang seksi. Pilihan diksinya itu “Mau NTT Tidak Miskin.” Beliau selalu katakan NTT miskin, itu yang harus diubah dan itu membuat saya hadir bukan hanya karena Menteri,” ujar Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo saat memberikan sambutan dalam kunjungan kerjanya saat situasi pamdemi Covid-19 di Desa Manusak pada Jumat siang, 29 Mei 2020.

Kunjungan Menteri Pertanian untuk memberikan bantuan dan mendukung lahan pertanian di Provinsi NTT khususnya mendorong Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) besutan Gubernur VBL di Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain Menteri Syahrul, turut hadir sejumlah pejabat dari Kementerian Pertanian.

Sebelum menyerahkan bantuan bibit jagung hibrida komposit dan bawang merah kepada petani di Desa Manusak dan melepas dua kontainer jagung (42 ton) menuju ke Surabaya, Mantan Bupati Sulawesi Selatan ini pun berkata suka tantangan seperti Bupati Kupang.

“Saya bekas kepala desa 1 tahun 9 bulan, saya pernah jadi lurah 9 bulan, saya pernah jadi camat 4 tahun, saya pernah jadi bupati dua periode, jadi wakil gubernur satu periode. 25 tahun saya jadi kepala daerah. Oleh karena itu Pak Bupati dan warga sekalian, mengatakan untuk tidak miskin itu jawabannya di depan mata dan sudah ada di NTT untuk menjawab itu. Jawabannya adalah pertanian,” ungkapnya.

Menteri Syahrul Yasin Limpo saat mengendarai traktor dan ditemani Kapolda NTT

Lanjut Menteri Pertanian, “Pak desa, pak camat, tokoh-tokoh masyarakat, para orang tua, kalau mau tidak miskin, Allah memberikan di depan mata ada tanah, air, api, angin untuk bisa hidup lebih baik. Yang miskin itu kalau memang tidak melakukan kerja. Saya jadi gubernur memulai dengan pendapatan rakyat saya Rp.8 juta, saya mengakhiri pendapatan rakyat saya per tahun Rp.48,6 juta.”

“Adakah yang lain?” tanya Menteri Limpo sebelum melakukan penanaman jagung hibrida komposit bersama Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat; Kapolda NTT Irjen Pol Hamidin; dan Bupati Kupang, Korinus Masneno.

Jawabnya, “Tidak!, hanya pertanian, perikanan dan peternakan. Ini semua kerja semua orang. Saya percaya mimpinya Pak Gubernur akan selesai tidak sampai 5 tahun.”

“Dream it, believe it dan make it happen. Believe your dream and your dream become true, ujarnya menirukan ucapan Gubernur NTT.

Hari ini saya hampir menangis dengar Pak Gubernur berbicara seperti itu, ungkap Menteri Syahrul. Kunci daerah yang bisa maju itu bahwa kalau kepala daerahnya memang mau, apa yang kurang? Kita punya hakikat, akademik yang cukup, kamu turun tangan di situ. Riset kita cukup.

Dalam pertanian itu ada tiga hal, cuaca harus diperhitungkan berarti water management harus jalan. Bagaimana air tetap mengalir disini, tolong Pak Dirgen Ketahanan Pangan pompa airnya tambah 20 lagi di sini. Ekskavator juga, kalau sudah panen dan tidak dikeringkan nanti hancur lagi, kalau perlu pakai kombinasi besar biar sekali masuk panen, langsung refill.

Tegas Menteri Limpo, “Jagung itu yang tidak boleh ditanam hanya di kuburan dan aspal. Yang lain bisa, batu-batu sekalipun bisa. Yang mau itu semangat kita. You become what you think. Karena itu para pejabat dan tokoh masyarakat mau menjadikan ini seperti apa? Kalau kalian bilang tidak bisa, ya tidak bisa. Kalau bilang ini pasti bisa, tembok-tembok dan batu-batu itu berputar dengan kekuatan kita.”

Menteri Pertanian memberikan bantuan simbolis kepada petani TJPS Desa Manusak yang diterima oleh Gubernur VBL

Ia pun memberikan petunjuk kepada para petani Desa Manusak, “Saya kepala desa dan camat teladan di Indonesia, oleh karena itu saya mau hitung dengan baik, satu hektar ini kalau jagung bisa sampai 8—12 ton. Di sini taruhlah kisaran 5 ton. 5 ton per hektar itu berarti kali 3.200 per kg, berarti Rp.16 juta. Ongkos kerja ini sampai merokok dan makan di dalam senilai Rp.5 juta, masih ada 10 juta. Dalam Rp.5 juta itu sudah bayar traktor lagi, jadi bisa disisihkan satu juta. Jadi ini tinggal diolah.”

Selain bantuan pemerintah, imbuhnya, kita siapkan lagi. Kalau memang kita ingin cepat. Untuk manual 10 orang, satu hari satu hektar. Kalau dengan mesin 4—5 hektar dalam satu hari. Lahan cukup banyak di sini, 3—4 hektar kali 15 juta berarti ada 60 juta bagi 100 hari atau 3 bulan berarti 10 juta. Hanya dengan dengan jagung.

“Jangan ada yang mundur,” tegasnya lagi memotivasi petani jagung yang bakal berjibaku dalam Program TJPS.

Di dalam suasana Covid dan krisis seperti ini, beber Menteri Syahrul, sampai dua tahun ekonomi yang bisa jalan adalah pertanian karena masalah perut. Oleh karena itu betul sekali strategi Pak Gubernur genjot habis. Tolong teman-teman perbankan salurkan modal untuk alat-alat besar, yang kalian bisa jamin pengembalian uang hanya pertanian sampai dengan dua tahun ke depan. Jangan ragu dan turunkan seperti itu.

“Saya dan Pak Bupati akan ke sini 100 hari lagi,” tandasnya berjanji seraya berujar optimis dan berharap 100 hari lagi melihat hasil tanam, bibit tambahkan saja dan tolong atur dan bermimpi juga sepanjang di jalan, di depan rumah dikasih bibit jagung, karena masih lihat ada tanah yang gersang.

Dia pun mengungkapkan saat menjadi Bupati Sulawesi Selatan mencanangkan 100 juta ekor sapi, pada saat itu sapi hanya mencapai 280 ribu ekor. “Bersama seluruh profesor-profesor di Unhas saya lewati 1,2 juta. Saya yakin dengan pikiran Pak Gubernur yang dahsyat itu, saya ada di belakang Pak Gubernur sebagai teman kita ubah ini NTT,” katanya memotivasi kemudian melanjutkan penanaman jagung bersama Gubernur NTT.

Penulis dan editor (+rony banase)
Foto oleh Aven Rame