RUPS BPR Christa Jaya 2020, Tingkat Kesehatan 2019 Cukup Baik & CAR Sehat

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Bank Perkreditan Rakyat Christa Jaya (BPR CJP) melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Sabtu, 13 Juni 2020. Berdasarkan Laporan Hasil RUPS atau Laporan Pertanggungjawaban Direksi atas kinerja Tahun Buku 2019 sangat memuaskan di mana di tahun 2019 terjadi peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan dari sisi Aset, Laba, Dana Pihak Ketiga (DPK), Modal, dan Kredit, serta dari penilaian rasio Tingkat Kesehatan Bank juga sangat baik dari sisi CAR, ROA, ROE, dan NPL.

Demikian penyampaian kinerja BPR Christa Jaya Perdana selama tahun 2019 oleh Komisaris Utama BPR Christa Jaya, Christofel Liyanto didampingi Direktur Lanny Tadu dan Wilson Liyanto, Manajer Marketing dan General Affair, dalam sesi konferensi pada Sabtu siang, 13 Juni 2020 di Lantai 3 BPR Christa Jaya, Jalan Frans Seda No.16, Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Secara kuantitatif, urai Chris Liyanto, kinerja pertumbuhan Aset BPR CJP pada Tahun 2019 bertumbuh sebesar 13%, Laba bertumbuh 14%, DPK bertumbuh 10%, Modal bertumbuh 8%, dan Kredit bertumbuh sebesar 10%. Penilaian rasio Tingkat Kesehatan Bank BPR CJP Tahun 2019 cukup baik, Capital Adequacy Ratio (CAR) berada pada predikat SEHAT dengan rasio sebesar 30,62% di mana standar ketentuan yang ditetapkan OJK adalah minimal 12% (≥ 12).

“Rasio Return On Assets (ROA) berada pada predikat SEHAT dengan rasio sebesar 4,17%, di mana standar ketentuan yang ditetapkan OJK adalah ≥ 1,215%. Begitu juga dengan tingkat Non Performing Loan (NPL) yang berada pada predikat SEHAT dengan rasio sebesar 0,26%, di mana ketentuan OJK adalah ≤ 5%. Dan, penilaian Return On Equity (ROE) sebesar 18,94% dengan predikat sehat,” ungkapnya.

Secara industri BPR di NTT, imbuh Chris yang memimpin Christa Jaya hingga menempati rangking 4 (empat) terbaik nasional untuk BPR dengan modal di atas Rp.100 miliar [penghargaan tersebut merupakan prestasi terbaik yang diraih BPR Christa Jaya selain penghargaan dari Info Bank], bahwa khusus untuk Modal dan Laba, BPR CJP tetap masih tetap menjadi No 1. Bahkan untuk Tahun Buku 2019, rasio NPL BPR CJP terendah di antara seluruh BPR di NTT. Ini membuktikan bahwa secara permodalan dan kualitas kredit, BPR CJP masih menjadi yang terbaik.

Lanjut Chris, jika berbicara tentang target BPR CJP di Tahun 2020, saat ini memang tidak dapat dipungkiri dampak dari Covid-19 cukup mengganggu pertumbuhan dari BPR CJP. “Tetapi dapat kita pastikan bahwa posisi BPR CJP sampai saat ini masih sangat stabil. Ini dibuktikan dengan likuiditas BPR CJP yang masih kuat dan dapat bertahan hingga saat ini,” ucapnya yakin.

“Walaupun dalam masa pandemik ini cukup banyak nasabah kita yang menarik dana mereka untuk kebutuhan operasional usaha maupun kebutuhan sehari-hari mereka. Tetapi di sisi lain, permintaan kredit juga meningkat karena sebagian bank/leasing/perusahaan financing menutup layanan kredit mereka, sehingga permintaan kredit kepada BPR CJP meningkat cukup tinggi di masa pandemik ini,” ungkap Chris Liyanto.

Namun, lanjutnya, BPR CJP masih dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Belum lagi bank juga dihadapkan dengan berbagai kebijakan pemerintah, salah satunya adalah relaksasi pembayaran kredit atau penundaan pembayaran. Hal ini memang cukup berdampak pada pendapatan dan laba BPR CJP.

“Tetapi kita tetap bersyukur karena pemerintah cukup reaktif dengan memberikan beberapa kebijakan stimulus dan subsidi bunga yang memang cukup membantu menjaga perekonomian masyarakat. Dan juga bantuan likuiditas bank jangkar atau bank pelaksana yang apabila program ini segera terlaksana sangat membantu menjaga likuiditas industri perbankan,” ucap Chris.

Diakui Chris bahwa memang pendapatan BPR CJP pada Semester I ini mengalami penurunan, tetapi itu untuk menjaga moto yang selalu digaungkan BPR CJP yaitu “Keuntungan Anda adalah kesuksesan Kami, Kesuksesan Anda adalah Kebahagiaan Kami”.

“Jadi, di sini kami ingin menjelaskan bahwa pendapatan yang menurun diakibatkan debitur-debitur kami yang mengalami kerugian atau berkurangnya pendapatan mereka. BPR CJP sebagai bank lokal masyarakat NTT juga menyesuaikan dengan situasi tersebut, yaitu dengan cara memberikan relaksasi kredit berupa penurunan suku bunga dan penundaan pembayaran 3—6 bulan kepada debitur terdampak Covid-19,” terangnya.

Akibatnya, tambah Chris, hal tersebut berdampak terhadap laba BPR CJP tahun 2020. “Tetapi, yang perlu diketahui dan disadari hal ini terjadi di seluruh bisnis dan industri perbankan,” tegasnya.

Oleh karena itu, tandas Chris, itu harapan kami ke depan semoga masa pandemik ini segera berakhir, sehingga ekonomi dan industri keuangan dapat berjalan normal kembali.

“Kami berharap masyarakat NTT dapat terus menjaga kepercayaan terhadap industri perbankan. Kami yakin industri perbankan masih aman dan stabil sampai saat ini. Hal ini penting kami sampaikan agar masyarakat tak perlu panik dan jangan percaya dengan informasi atau berita hoaks yang dapat dipertanggungjawabkan sumber beritanya,” pungkasnya.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)