Kristiana Muki—Sosok Sederhana Pemerhati Anak dan Perempuan

Loading

Kefa-T.T.U, Garda Indonesia | Sebelum melihat lebih dekat dan membangun komunikasi, tentunya bakal muncul beragam perspektif tentang sosok Anggota DPR RI Komisi II Fraksi Partai NasDem, Kristiana Muki, S.Pd., M.Si.

Kristiana Muki ternyata merupakan sosok sederhana dan peduli serta memberikan atensi khusus terhadap isu anak dan perempuan.

Dijumpai di rumahnya pada Selasa siang, 23 Juni 2020, Kristiana Muki sedang menjalankan rutinitas melakukan komunikasi virtual dan mengikuti rapat secara daring di rumahnya yang berlokasi di Km.5 Kefa, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Secara eksklusif, kepada Garda Indonesia, Kristiani Muki membeberkan beragam rencana aksi, perhatian dan dukungan terhadap isu anak dan perempuan. Simak petikan wawancara di bawah ini :

Garda Indonesia : Bagaimana menyatukan perspektif yang sama terhadap isu anak dan perempuan?

Kristiana Muki : Teman-teman lintas OPD juga harus berpikir hal yang sama. Kita belum bisa menemukan orang yang benar-benar fighting untuk masalah ini. Kemarin saya juga mendorong teman-teman di pemberdayaan perempuan dan anak, saya juga turut membantu teman-teman di sana. Kami di PKK juga punya program itu, kami tidak bisa memfasilitasi hingga selesai.

Garda Indonesia : Apa program yang sedang dipersiapkan saat ini ?

Kristiana Muki : Saat ini, TTU belum memiliki Rumah Singgah yang aman. Kemarin, saya membantu memfasilitasi beberapa teman. Semua orang-orang yang berkaitan dengan pengambil kebijakan untuk hadir. Saya belum memeriksa sudah berjalan atau belum, sehingga kalaupun belum berjalan kita bisa membantu. Rencananya, berlokasi di kilo 9, sementara kami inginkan kalau bisa di dalam kota Kefa sehingga aksesnya lebih gampang seperti rumah sakit, kapolres, kejaksaan jaraknya dekat. Karena Covid, makanya pertemuan kita terbatas dan kurang. Saya menunggu saja mana yang sudah siap maka saya siap membantu.

Garda Indonesia : Seperti apakah pola penerapan Rumah Singgah tersebut?

Kristiana Muki : Saya sudah melihat beberapa kabupaten. Mereka memiliki rumah singgah yang betul-betul menjadi tempat yang aman bagi korban perempuan dan anak. Mereka merasa seperti ini rumah mereka sendiri. Kita membantu untuk memfasilitasi mereka. Terkadang saya melihat konsumsi mereka harus banyak, sementara kita menginginkan itu gratis. Sebenarnya kebijakan pemerintah sudah menyiapkan anggaran. Ini sangat riskan sekali. Saya memikirkan agar semua yang ada di sini aman.

Garda Indonesia : Bagaimana memperlakukan korban tindak kekerasan, dan kasus lain yang bakal ditampung di Rumah Singgah?

Kristiana Muki : Pada prinsipnya, saya memperhatikan yang pertama rumah singgah itu ada sehingga kita bisa pelan-pelan memulihkan rasa kepercayaan diri dari korban. Selanjutnya kita melihat minat dan bakat mereka lalu memberikan pelatihan khusus buat mereka. Kita siapkan modal juga mereka agar mereka bangkit dan merasa punya masa depan yang lebih baik lagi. Kalau itu semua sudah aman dan hubungan dengan teman-teman di lintas sektoral berjalan dengan baik dan saling mendukung.

Selain itu, Pemerintah juga harus siap mendukung dan menyiapkan semua itu. sekarang saya sudah melihat pemerintah menyiapkan rumah buat pelatihan-pelatihan. Saya beberapa waktu lalu sudah MoU dengan beberapa pihak untuk mengadakan pelatihan-pelatihan berkaitan dengan anak-anak yang putus sekolah.

Garda Indonesia : Bagaimana Ibu ikut terlibat dalam masalah anak dan perempuan?

Kristiana Muki : Seperti kasus kemarin yang dimuat di media sosial [Ayah menghamili anak sendiri di TTU]. Rumahnya di bawah. Pamannya memukul bapak dan ibunya karena kondisi ponakan seperti ini. Saya pikir ada keluarga yang berkelahi dan bertanya lewat kakak perempuan di sini. Pelan-pelan saya ikuti cerita. Saya bangun komunikasi dengan suami kakak perempuan saya. Bapak korban lari ke Belu, saya mengatakan bahwa dia akan kembali. Ketika dia datang tolong hubungi polisi untuk datang. Anaknya hamil lalu paksakan untuk menikah dengan seorang pria. Pria ini mau menerima, saya pikirkan pasti dia mau menyelamatkan ibu dan anak. Sejak SD kelas VI. Dia orang Belu. Anak yang dilahirkan meninggal di perut minggu lalu. Kasus begitu banyak sekali.

Garda Indonesia : Menurut Ibu, Bagaimana proses pemulihan terhadap anak dan perempuan pasca kejadian yang menimpa mereka?

Kristiana Muki : Kalau berkaitan dengan masalah ini, tentu saja lebih khusus karena mereka tidak mengalami hal yang tidak sama dengan teman-teman mereka di luar sana. Itu harus butuh pemulihan yang lama yang perlu kita dorong pelan-pelan sehingga mereka tidak merasa minder. Mereka punya sesuatu yang lebih baik ke depan. Baru setelah itu kita kolaborasi. Kalau menurut saya kalau hal-hal itu sudah matang, hal yang harus ditopang selanjutnya adalah modal. Mereka harus meyakinkan diri kalau mereka juga bisa. Walaupun pernah melalui masa-masa kelam, mereka tetap harus keluar dari zona itu dan maju.

Garda Indonesia : Seperti apa konsep kolaborasi lintas sektor yang dipersiapkan untuk meminimalkan kasus anak dan perempuan?

Kristiana Muki : Ke depannya kita mengurangi hal-hal seperti itu. Kita harus saling menopang dan bersatu antar sektoral. Kalau kita tidak selesaikan sampai akar permasalahan, maka akan sulit sekali. Penyumbang terbesar juga termaksud kita di TTU.

Konsep saya sederhana. Kita memang harus bisa memetakan apa yang sesungguhnya sangat dibutuhkan dan itu harus duduk bersama. Kita melihat dengan baik sehingga pemenuhan kebutuhan dapat terpenuhi. Kita harus mendorong pendidikan dan pertanian. Saya menginginkan pertanian dahulu. Kedua kesehatan lalu pendidikan. Kalau tiga komponen ini kuat pasti akan terbentuk dengan baik. Kita harus melihat dan tepat sasaran.

Garda Indonesia : Apa konsep riil pemberdayaan bagi tenaga pendamping bagi anak dan perempuan ?

Kristiana Muki : Berdasarkan pengalaman orang menyusun itu keluarnya lebih banyak ketimbang konsep dan isi dalam. Kalau saya lebih baik di dalam banyak daripada keluar. Misalnya pelatihan keterampilan lebih baik saya mengundang orang dari luar untuk memberikan pelatihan bagi banyak orang di sini dibandingkan dengan mengirimkan orang keluar tapi dia tidak bisa buat apa-apa.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)