Dokter Agus Taolin Sorot Alat Cuci Darah Tak Terpakai di RSUD Atambua

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia | Bakal Calon Bupati Belu dr. Agustinus Taolin menyoroti Alat Cuci Darah yang dimiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gabriel Manek Atambua. Menurutnya, alat cuci darah itu ada sekitar dua atau tiga unit, dengan harga per unit diperkirakannya Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah), tetapi tidak digunakan sama sekali.

Baca juga : http://gardaindonesia.id/2020/07/01/dokter-agus-taolin-pilih-pemimpin-yang-tahu-tentang-masalah-kesehatan/

Disesalkannya, sudah ada dokter yang disekolahkan di Jawa tetapi setelah kembali, Pemkab Belu tetap tidak memberdayakan dan memanfaatkan alat tersebut hanya karena alasan air limbah. Demikian diungkapkan dr. Agus Taolin di Desa Rafae, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu, pada Senin 29 Juni 2020.

Di RSUD Atambua saat ini, lanjut dr. Agus Taolin, hanya ada satu dokter spesialis Anestesi (dokter yang membius pasien sebelum dioperasi). Akibatnya, ketika dokter spesialis bersangkutan cuti, dokter- dokter lain tidak bisa melakukan operasi terhadap pasien.

“Pada saat dokter itu pulang cuti, dokter kandungan, dokter bedah, seluruh dokter yang operasi, tidak bisa operasi orang karena hanya ada satu dokter (anestesi), tidak bisa didelegasikan,” jelas Agus Taolin sembari menambahkan bahwa pemerintah perlu memikirkan tentang betapa besar peran dokter di RSUD Atambua, dan karena itu harus dicukupkan.

Dokter Agus Taolin juga meminta kepada masyarakat yang anaknya sekolah dokter, mesti melanjutkan hingga jenjang dokter spesialis atau minimal dokter sub spesialisasi.

Dokter Agus Taolin menuturkan bahwa, pelayanan kesehatan di Atambua bukan di rumah sakit saja. Sewaktu dirinya mengunjungi Puskesmas Laktutus (Kecamatan Nanaet Dubesi), obat turun panas paracetamol saja tidak ada, padahal obat itu harganya sangat murah. Bahkan katanya, belum lama masalah Covid, petugas medis RSUD Atambua mengeluh soal ketiadaan Alat Pelindung Diri (APD), malahan oknum petugas medis itu langsung dipindahtugaskan.

“Pemimpin yang tidak paham tentang masalah kesehatan, hasilnya adalah membuat pelayanan kesehatan berada di bawah standar. Hasilnya adalah nyawa kita menjadi taruhan. Kita sakit tidak ada orang yang merawat kita. Kita ke rumah sakit tidak ada dokter, infus juga disuruh beli, sudah meninggal pun bayar dulu baru mayat keluar. Karena itu, lima tahun ke depan pilih pemimpin yang tahu tentang masalah kesehatan,” anjur dokter Agus Taolin.

Sementara, pimpinan RSUD Atambua, dr Batsheba Elena Corputty, MARS sedang dalam upaya konfirmasi oleh wartawan Garda Indonesia. (*)

Penulis  (*/HH) Foto utama (*facebook)
Editor (+ rony banase)