Kristiana Muki Beberkan Perannya dalam Proyek di Kabupaten TTU

Loading

Kefa-T.T.U, Garda Indonesia | “Saya pribadi, terus terang kalau mulai dari bapak masuk ke dunia politik, saya tidak pernah menyentuh hal-hal yang seperti itu. Ini kasih ke sini, ini kasih ke sini. Itu tidak pernah!. Saya melihat istri-istri pejabat yang lain, sampai ada yang lain datang dan mengatakan saya berbeda,” ungkap Kristiana Muki, S.Pd., M.Si. anggota DPR RI Komisi II Fraksi Partai NasDem kepada Garda Indonesia pada akhir Juni 2020 di kediamannya.

Ia menegaskan kondisi tersebut terkait beragam pemberitaan yang menyudutkan dirinya, bahwa ia terlibat dalam makelar proyek hingga terindikasi dugaan korupsi di beberapa proyek di Kabupaten Timor Tengah Utara (T.T.U).

“Kakak, saya tidak mau seperti itu. Kalau itu konsekuensi untuk laki-laki, tapi saya istri harus ada di rumah untuk menguatkan anak-anak. Jangan sampai suami ada di dalam, istri juga ada di dalam. Saya tidak mau,!” tegasnya lagi.

Istri dari Bupati T.T.U Raymundus Sau Fernandes ini dengan penuh keyakinan menyampaikan rentetan kondisi sejak suaminya menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten T.T.U. “Kalau dari bapak menjadi DPRD periode pertama tidak masalah, tapi saat bapak jadi Bupati dua periode, saya tidak pernah masuk untuk hal-hal seperti itu!. Saya tidak pernah seperti itu, bisa ditanyakan langsung pada OPD-OPD yang terkait,” ungkapnya.

Lanjutnya, “Ikut tender, siapa menang kenapa tidak. Pasti ada juga dari luar TTU yang ikut tender, kalau menang ya silakan kalau tidak ya sudah selesai.”

Terkait kasus yang sedang bergulir dan dilaporkan oleh beberapa pihak ke Polda NTT, Kristiana Muki pun menerangkan bahwa itu merupakan kasus 5 (lima) tahun lalu. “Seperti saya baca bahwa ini kasus lima tahun lalu. Saya pikir kalau mereka punya bukti baru silakan mereka mengangkat itu, tapi selama periode yang lalu saya belum pernah dipanggil untuk dimintai keterangan. Kalau bapak pernah dipanggil. Setelah bapak turun baru saya tanya itu perkara apa,” urainya.

Hingga saat ini, wanita kelahiran 2 Oktober 1974 tersebut memutuskan untuk tidak membaca koran. Ia pun mengungkapkan alasannya. “Saya terus terang, saya malas baca koran. Saya punya pengalaman yang kurang enak ketika bapak masih DPRD dan harus berurusan dengan aparat penegak hukum. Sementara, saya tahu suami saya tidak pernah seperti itu. Media tulis secara berlebihan. Sejak saat itu, bapak bawa koran saya tidak baca koran sampai hari ini,” ceritanya.

Wanita yang kerap disapa Irna ini pun menyampaikan, “Kadang ada tangan orang-orang tangan tertentu, tetapi saya salut dengan wartawan yang melakukan konfirmasi dengan kedua belah pihak baru dimuat.”

“Saya baca itu, ketika ada hubungannya dengan pekerjaan. Kalau menyangkut kasus-kasus orang lain, saya tidak pernah berkeinginan untuk mengetahui semua itu. Saya juga punya pikiran sendiri dan jangan sampai terbawa. Saya ambil nilai positif sebagai pembelajaran. Tidak semua, saya terima,” tandas wanita sederhana yang tak suka bersolek ini menutup percakapan kami.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)