Perempuan Setara, Perempuan Merdeka

Loading

Jakarta, Garda Indonesia | Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga meyakini jika peran perempuan dalam rangka mengisi kemerdekaan dan pembangunan sangat dibutuhkan. Hal itu dibuktikan dengan adanya peranan perempuan dalam merebut kemerdekaan dan pembangunan bangsa yang sudah dimulai sejak lama.

“Dalam perjalanan panjang untuk mencapai Kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari peran penting perempuan-perempuan Indonesia, yang berjuang mempersembahkan jiwa dan raganya, baik di garis depan maupun garis belakang pertempuran,” ujar Menteri Bintang dalam Webinar “Maju dan Merdeka” Refleksi HUT Ke-75 RI Perspektif Perempuan yang diselenggarakan Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta, pada Kamis, 6 Agustus 2020.

Keberhasilan pembangunan manusia dinilai dari terciptanya ruang dan kesempatan yang setara baik perempuan maupun laki-laki dalam seluruh aspek kehidupan. Menjelang Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, Menteri Bintang mengajak seluruh masyarakat untuk memperkuat peran perempuan dan kesetaraan gender demi kemajuan Bangsa Indonesia.

“Perjuangan kita dalam menuju kesetaraan dapat dimulai dari memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menyuarakan dan didengar pendapatnya dimulai dari lingkup terkecil sekalipun yaitu keluarga. Akan sangat baik jika perempuan tidak hanya didengar pendapatnya, tetapi juga diberikan kesempatan untuk menempati posisi strategis atau bahkan menjadi pemimpin,” tutur Menteri Bintang.

Menurut Menteri Bintang ada cara-cara sederhana yang dapat dilakukan seperti, pelibatan pendapat perempuan di dalam pembuatan keputusan di dalam rumah tangga, lingkungan bermasyarakat, organisasi, pemerintahan terkecil seperti kepala desa, maupun tempat kerja. Menteri Bintang meyakini meskipun dengan cara sederhana, jika dilakukan bersama-sama dan terus menerus, dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat sehingga terbentuk konstruksi sosial yang akan berpihak pada kaum perempuan.

“Besar harapan saya muncul kesadaran, upaya, partisipasi dan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat dalam mendukung tujuan kita bersama yaitu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Karena hanya dengan menyatukan kekuatan dan mengesampingkan ego masing-masing, hal tersebut dapat tercapai,” tambah Menteri Bintang.

Berbicara tentang makna kemerdekaan dari perspektif perempuan, Ketua Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta, Yulianti Muthmainnah mengajak untuk mempertanyakan kembali dengan berkaca pada situasi dan posisi perempuan saat ini yang rentan mengalami kekerasan.

“Kita bisa melihat bahwa angka kekerasan terhadap perempuan grafiknya selalu naik tiap tahun, sehingga kita bisa mengatakan apakah perempuan itu bisa merdeka kalau dia mendapatkan kekerasan baik di dalam rumah tangga maupun di wilayah publik? Tentu tidak, budaya membuat perempuan terbelenggu sehingga situasi perempuan tidak mengalami banyak kemajuan,” ujar Yulianti yang juga menjadi narasumber dalam webinar

Untuk menggali makna merdeka bagi perempuan, Yulianti mengatakan PSIPP telah melakukan survei pada 200 mahasiswa dan mahasiswi di ITB Ahmad Dahlan. Menurut Yulianti hasil survei menunjukkan bahwa di samping terpenuhinya hak dasar perempuan sebagai manusia, merdeka bagi perempuan juga berarti posisi sejajar atau setara antara perempuan dan laki-laki, adanya penghormatan pada perempuan, dan memanusiakan perempuan, serta non diskriminasi.

“Perempuan harus sejajar dengan laki-laki dan bisa mengaktualisasikan rasa kebangsaannya. Menurut mereka (responden), posisi yang sejajar itu harus dibangun dari rumah tangga. Perempuan bukan pelayan dan tidak ada relasi kuasa di dalam rumah tangga. Penghormatan pada perempuan berarti mengubah paradigma, bahwa perempuan harus dipandang sebagai makhluk terhormat, akalnya sempurna, dan bukan objek seks. Memanusiakan perempuan yaitu kecerdasan dan keahliannya diakui, serta perempuan mendapat perlakuan yang tidak membeda-bedakan,” jelas Yulianti.(*)

Sumber berita dan foto (*/Publikasi dan Media Kementerian PPPA)
Editor (+rony banase)