“Sumba Untuk Indonesia” PJCI Dukung Pemprov Bangun Listrik Tenaga Surya

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) pada Jumat, 25 September 2020, mengadakan audiensi dengan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), untuk mendukung terwujudnya inisiatif Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sumba sebesar 20.000 MW dan kabel bawah laut yang akan menghubungkan Provinsi NTT sebagai pusat pembangkitan energi surya dengan Pulau Jawa dan Bali sebagai pusat beban di Indonesia.

Baca juga : http://gardaindonesia.id/2020/09/09/pulau-sumba-bakal-jadi-pemasok-listrik-energi-terbarukan-ke-jawa-dan-sumatra/

PJCI menyambut baik keinginan Gubernur NTT untuk menjadikan Provinsi NTT, khususnya Pulau Sumba, sebagai pusat pembangkitan energi surya (matahari). Sebagai asosiasi yang telah lama bergerak di bidang energi terbarukan dan jaringan cerdas, PJCI juga melihat potensi Pulau Sumba sebagai produsen energi surya.

“Untuk Pulau Sumba, atau Provinsi NTT umumnya, PLTS mampu beroperasi sepanjang 5—6 jam sehari. Sebagai perbandingan, di DKI Jakarta operasional optimal PLTS sehari berkisar antara 3—4 jam,” ujar Eddie Widono, Pendiri dan Ketua Pembina PJCI sembari menyampaikan secara internal telah mendeklarasikan inisiatif ini dengan nama Sumba Untuk Indonesia, di mana dampak yang diberikan, baik dampak secara ketenagalistrikan, ekonomi, maupun pengembangan industri.

Lebih lanjut, Eddie Widiono menambahkan bahwa pembangunan kabel bawah laut yang menghubungkan Pulau Sumba hingga Pulau Jawa merupakan tren yang terjadi secara global, dimana lokasi yang memiliki potensi pembangkitan energi terbarukan berada jauh dari lokasi pusat beban.

Uni Eropa, imbuh Eddie, telah memiliki inisiatif European Super Grid sejak lama, dimana terjadi keterhubungan antara potensi energi terbarukan dengan pusat beban. China dengan State Grid juga melakukan hal yang serupa, di mana potensi energi surya berada di daerah gurun yang dihubungkan menggunakan jaringan interkoneksi High Voltage Direct Current (HVDC) menuju kota-kota besar sebagai pusat beban.

Pada audiensi dengan perwakilan PJCI, Gubernur NTT juga menyampaikan keinginannya supaya inisiatif PLTS Pulau Sumba dan interkoneksi bawah laut turut memberikan dampak ekonomi bagi Pulau Sumba, khususnya, dan Provinsi NTT pada umumnya. PJCI menyampaikan bahwa pembangunan pembangkitan listrik energi terbarukan skala besar telah diakui memiliki manfaat langsung terhadap pertumbuhan pekerjaan dan pengembangan ekonomi.

National Renewable Energy Lab (NREL) di Amerika Serikat, ungkap Eddie, telah menyusun model Jobs and Economic Development Impact (JEDI) model yang mencoba menguantifikasi dampak dari pembangunan pembangkit energi terbarukan. “Kami mengusulkan kepada Gubernur untuk turut bekerja sama dengan organisasi global yang berfokus kepada pembangunan ekonomi, misalnya dengan UNDP, dalam pengembangan model ekonomi dari pembangunan PLTS skala besar di Sumba,” ujarnya menutup diskusi.

Sejalan dengan nota kesepahaman yang dibuat antara PJCI dan Gubernur NTT, PJCI telah mengumpulkan tim teknis lintas disiplin yang akan bekerja menyusun dokumen dan merangkul berbagai pemangku kepentingan terkait dalam mendorong inisiatif Sumba Untuk Indonesia. (*)

Sumber berita (*/tim media)
Editor (+rony banase)
Foto utama oleh idntimes