Covid-19 Naik di NTT, Pelabuhan Udara & Laut Tak Tutup dan Wajib ‘Pool Test’

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | “Kebijakan penutupan bandara dan pelabuhan laut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di NTT yang mengalami kontraksi 1,96 persen (kuartal kedua, red). Atas dasar tersebut, maka kita berlakukan apa yang kita sebut new normal,” jelas Kadis Perhubungan Provinsi NTT, Isyak Nuka dalam sesi jumpa media pada Senin siang, 28 September 2020 di Gedung Sasando Kantor Gubernur NTT.

Meski angka kasus Positif Covid-19 di Provinsi NTT terus merangkak naik, namun Pemprov NTT tidak akan menutup jalur penerbangan udara maupun pelayaran laut. Kondisi ini, sebut Isyak Nuka, “Pilihan untuk membatasi itu tidak mudah, karena ekonomi harus berjalan, terutama distribusi logistik dan kita tak bisa mendeteksi saat awal bahwa seseorang terkonfirmasi positif Covid-19, namun kita mendorong agar protokol kesehatan diberlakukan ketat.”

Kondisi new normal di Provinsi NTT, imbuh Isyak, untuk penerbangan maupun pelayaran dalam wilayah NTT bebas ketentuan rapid test dan swab, termasuk surat keterangan kesehatan. “Itu semua kita bebaskan, agar para pelaku perjalanan di dalam wilayah NTT seolah-olah merasakan masa sebelum kasus Covid-19 merebak,” urainya.

Ķecuali, pelaku perjalanan dari luar NTT, terang Isyak Nuka, mereka harus menggunakan rapid test, dites suhu tubuh dan mengisi HAC. “Termasuk yang ke luar NTT berlaku hal yang sama, maka setelah new normal angka positif di NTT meningkat akibat dari pelaku perjalanan di Labuan Bajo maupun di Bandara El Tari Kupang,” ungkapnya.

“Kita di NTT, tak melakukan swab,” ungkap Isyak.

Seperti kita tahu bersama, urai Isyak, rapid test itu berlaku 14 hari. “Pada saat dia melakukan rapid test itu negatif, namun bisa saja pada hari ketujuh saat berada di wilayah NTT, dia (pelaku perjalanan, red) terkonfirmasi positif Covid-19. Ini memang menjadi kesulitan kita di pintu-pintu masuk dan menjadi kesulitan petugas di KKP,” ungkapnya.

Oleh karena itu, beber Isyak, Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Perhubungan NTT mencoba menggandeng Forum Akademia NTT (FAN) yang menemukan pengetesan cepat Covid-19 terhadap para pelaku perjalanan atau dinamakan Pool Test. “Ini memang belum diuji coba, teman-teman sedang men-setting, kita telah berkoordinasi dengan KKP, operator, kepala bandara dan pelabuhan, jika alat pool test telah siap, maka dipakai di pintu masuk bandara dan pelabuhan,” tandasnya.

Sementara, Dr. Elcid Lee dari FAN  saat dihubungi media ini via telepon untuk menelisik tentang mekanisasi dan manfaat pool test, hingga berita ini ditulis, belum merespons.

Kasie Pengendalian Risiko Lingkungan dan Kesehatan wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Hengki Jezua mengatakan instrumen pengendalian telah diperketat terhadap para pelaku perjalanan dengan mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan. “Dengan mengisi kartu tersebut, maka ke mana pun pelaku perjalanan dapat dipantau secara baik,” jelasnya.

Selain itu, urai Hengki, dilakukan pengamatan terhadap tanda dan gejala. “Tanda dan gejala ini, ada yang muncul dan yang tidak. Ketika pelaku perjalanan datang tanpa konfirmasi tanpa gejala di suatu daerah, kemudian pada hari ketujuh atau kesepuluh muncul gejala (karena masa inkubasi covid sekitar 14 hari),” terangnya sembari mengatakan seluruh pelaku perjalanan diberlakukan tidak diskriminatif.

Manajer Pelayanan Terminal Pelindo III, Cahyo Mursito mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mengurangi kerentanan penyebaran Covid-19 di NTT. “Secara teknis, telah bekerja sama dengan pihak pelayaran dengan membatasi penumpang yang turun yakni menunda turunnya penumpang secara bertahap, misalnya 30 orang duluan, termasuk pembatasan penumpang hanya 50 persen dari kapasitas normal dan telah berlaku efektif,” tandasnya.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)