Alasan Presiden Jokowi Tunjuk Listyo Sigit Prabowo Sebagai Kapolri

Loading

Oleh : Ninoy Karundeng

History in the making. Sejarah tengah berlangsung. Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo ditunjuk sebagai calon Kapolri menggantikan Jenderal Pol Idham Aziz. Bagi Jokowi, Listyo amunisi baru, untuk mendukungnya mengubah sejarah Indonesia.

Jokowi tahu betul tantangan melawan radikalisme, intoleransi, terorisme, peredaran narkoba, sampai kamtibmas yang dihadapi Indonesia dan Kapolri, beserta Panglima TNI, Kepala BIN/Bais, memegang jabatan strategis yang menentukan hitam putihnya perjalanan negara. Jokowi membutuhkan sosok yang sesuai dengan kebutuhan profesionalisme, termasuk kepentingan subyektif Jokowi.

Untuk memahami pilihan Jokowi terhadap Listyo Sigit Prabowo, justru salah satu indikatornya dapat dilihat dari kepribadian Listyo dan Jokowi. Kedua orang ini telah saling memiliki pemahaman yang cukup, mengingat Listyo dekat dengan mantan tukang kayu itu, karena pernah menjabat sebagai ajudan Jokowi di 2014.

Marhaenisme Jokowi tak terbantahkan. Dia memulai menapak kehidupan dengan tertatih, merasakan kehidupan di bantaran kali, mewakili kisah kehidupan kaum marhaen, wong cilik. Karakter dasar Jokowi dibentuk oleh proses kehidupan, hingga tekat dia muncul untuk membela kepentingan rakyat. Sebagai Presiden RI, Jokowi menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Dipilihnya Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo oleh Presiden Jokowi digoreng oleh kaum kadrun (orang yang otaknya keruh, kotor, suka keributan). Saat bersamaan Ribka Tjiptaning menyerang Jokowi soal vaksin Covid-19. Praktis Listyo Sigit dan Jokowi sebagai marhaenis diserang oleh kepentingan kelompok dan kepentingan politik.

Silang pendapat dan serangan terhadap Sigit dan Jokowi yang bersamaan ini bukanlah kebetulan. Itulah ulah dan tabiat para politikus, bergerak untuk kepentingan golongan dan kepentingan politik, bukan kepentingan negara.

Penunjukan Listyo sebagai Kapolri memberikan harapan baru, persis seperti penunjukan terhadap Tito Karnavian. Dengan penunjukan tersebut, Jokowi mendukung motto Polri tentang Promoter, profesional, modern, terpercaya. Seperti yang pernah saya sampaikan, Jokowi adalah the master in fixing the problem through position adjustments.

Jokowi memilih Listyo pun didasari oleh pengalaman sebagai reserse dan administrator yang mumpuni. Plus dia pernah bertugas di wilayah dengan keberagaman demografi. Listyo Sigit sangat paham tentang gerakan terorisme dan oportunisme, yang kadang berkelindan.

Contohnya di 2016, ketika kekuatan kadal gurun dan organisasi teroris FPI, FUI, dan kaum radikal di Banten berada di titik kulminasi kekuatannya, MUI Banten menolak kehadiran Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolda Banten.

Yang menolak tak lebih dari Wakil Ketua MUI Kabupaten Tangerang, Jasmaryadi dan Tubagus Saptani.

“Kami menolak karena pengganti Brigjend Ahmad Dofiri memiliki perbedaan agama,” kata Jasmayardi di Tangerang, Rabu, (12/10/2016) yang meng-klaim mewakili ulama seluruh Banten.

Bagi Listyo penolakan tersebut dia pandang sebagai akibat euphoria dan ikut-ikutan. Untuk itu, Brigjen Listyo Sigit secara cerdas memegang Abuya Muhtadi, ulama dan tokoh benaran yang bukan seperti pejabat politik MUI Banten. Hasilnya, Listyo berhasil membungkam kelompok radikal dan teroris di Banten.

Maka, ketika menghadapi aksi demo 1812, yang akan dijadikan pijakan gerakan demo seperti 212 oleh HTI, khilafah, FPI, dan teroris, Listyo Sigit sebagai Kabareskrim bertindak cerdas bersama Kapolda Metro Jaya Fadil Imran dan Pangdam Jaya Dudung Abdurachman. Seluruh sumber pemasok pedemo di Jabodetabek ditutup, aliran logistik diputuskan. Demo 1812 gagal total.

Keberhasilan menancapkan kukuh kekuatan dan menjinakkan Banten menjadi pijakan Listyo – dan Jokowi – untuk melihat peluang mengubah Indonesia ke depan. Itu disadari betul oleh Jokowi. Tesis Listyo pun tentang persaingan etnik, yang menjadi dasar pemahaman sosiologi-politik bagi Listyo.

Kemampuan Listyo di bidang reserse dengan operasi khusus mencokok buronan 17 tahun, perampok Rp.1,2 triliun Maria Pauline Lumowa, dan buronan konglomerat Djoko S Tjandra menjadi catatan mencengangkan. Karena mereka adalah mafia dengan kekuatan di seluruh lembaga penegak hukum.

Listyo pun sangat paham karakter Jokowi. Awal pekan lalu, sebelum disebut oleh Istana, tentang kabar yang beredar terkait penunjukan sebagai calon Kapolri, Sigit justru membantah. Karena dia tahu betul Jokowi tidak suka dengan testing the water. Listyo pun menyebutnya sebagai hoaks.

Kombinasi pemahaman pribadi, profesionalisme, keberanian bertindak termasuk menghantam Muhammad Rizieq Shihab FPI, kaum radikal, bandar narkoba, terorisme, dan mendorong Promoter membuat Jokowi memilih Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri. Bravo Polri.

Foto utama (*/ricardo/jpnn)