Abu Janda, Indonesia Membutuhkannya

Loading

Oleh : Al- Ustadz H.Miftahul Chair, S.Hi., MA

Permadi Arya atau yang akrab disapa dengan Abu Janda adalah sosok pegiat media sosial yang telah mengabdikan dirinya untuk bangsa Indonesia ini dalam melawan dan membasmi intoleran dan radikalisme di media sosial.

Ancaman bunuh, pemenggalan kepala, hingga bully-an sudah menjadi sarapan sehari-hari baginya. Ia yang memilih zona tak nyaman dalam kehidupannya, itu yang membuat salut saya dan semua pejuang yang menghendaki Indonesia ini tetap merah putih, tetap Pancasila dan tetap dalam kebinekaan.

Eksistensi Abu Janda dalam proteksinya untuk bangsa Indonesia tidak kita ragukan. Dia punya khas dalam melawan segala bentuk intoleran dan radikalisme. Tentunya ada upaya melemahkannya. Dia harus tetap ada laksana benteng penyelamat. Dari banyak pernyataannya ia telah banyak membantu bangsa Indonesia ini bangkit, mengajak untuk bersemangat menjaga NKRI hingga menetralisir akun-akun sosial yang melakukan propaganda untuk memecah belah Indonesia.

Apa yang terjadi dalam dua hal tentang dugaan rasisme terhadap Natalius Pigai adalah hal yang dipaksakan belaka. Kata evolusi tidaklah bermaksud pada teori Darwin, tapi evolusi yang mencakup perubahan. Adapun perubahan itu maknanya luas. Abu Janda sendiri telah menjelaskan bahwa evolusi di sini artinya perubahan pada pemikiran. Ya sebagaimana kita tahu bahwa Natalius terkadang juga berlebihan dalam status-statusnya di media sosial.

Kemudian masalah penyebutan Islam adalah agama arogan dalam satu statement-nya bukanlah merujuk pada ajarannya atau entitas Islam itu sendiri. Tapi sejatinya adalah fokus filterisasi sikap keberagamaan seorang muslim yang intoleran. Karena lanjutan dari pernyataannya adalah ada orang Islam yang mengharamkan kebaya, mengharamkan sedekah laut, dan lain-lain.

Nah, apa yang disebutkan oleh Permadi Arya ini sangat bagus dan alhamdulillah viral pula. Yang ia katakan benar ada pola Islam yang dibawa itu sampai mengharamkan wayang, keris, beduk, marhabanan, maulid, Isra’ Mi’raj dan sebagainya. Bahkan mengkafirkan yang tak sepaham dengan mereka yang merasa Islamnya paling benar. Itulah sebabnya, ia katakan tidak ramah jadinya.

Di Alquran pun sendiri disebutkan misalnya dalam surat Al-Adiyat ayat 6, “Sesungguhnya manusia itu ingkar.” Ayat tersebut mengindikasikan bahwa kata manusia itu disebutkan secara umum tapi dimaknai khusus, artinya tidak semua manusia yang ingkar. Begitu pula ketika disebutkan Islam Arogan bukanlah keseluruhan Islam yang ajarannya rahmatan lil ‘alamin tapi Islam yang telah terpola di tangan muslim yang tidak menempatkan makna Islam sebagai agama damai sesuai definisi etimologinya. Seperti cara beragama wahabi dan lain-lain.

Ini merupakan kritik konstruktif sejatinya supaya jangan hiperbolik beragama sehingga membutakan nurani dan menghambat kecerdasan. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat An-Nisa’ ayat 171, “Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam beragama.”

Saya sampaikan teruslah berjuang mas Permadi Arya seperti pahlawan yang terus mempertahankan benteng NKRI ini dari kadrun, intoleran dan radikalisme. (*)

Foto utama oleh pojoksatu.id