Plh. Bupati Belu Upayakan Perhatian Pemda bagi Kelas Tenun Ikat Nunupu

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia | Usai menghadiri kegiatan donasi buku di TBM Lopo Cerdas Sabar di Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, pada Minggu, 14 Maret 2021, Plh. Bupati Belu, Frans Manafe didampingi Ketua Komisi II DPRD, Theodorus Seran Tefa diarahkan Ketua FTBM, Romo Kris Fallo mengunjungi Kelas Tenun Ikat Nunupu, yang letaknya tidak jauh dari TBM Lopo Cerdas Sabar.

Baca juga: http://gardaindonesia.id/2021/03/15/plh-bupati-anggota-dprd-belu-apresiasi-ftbm-pimpinan-romo-kris-fallo/

Pantauan dan informasi yang diterima Plh. Bupati Belu, Frans Manafe setibanya di lokasi itu, bahwa Kelas Tenun Ikat Nunupu tersebut merupakan tempat pelatihan bagi kalangan keluarga yang dikelola oleh Anastasia Dorathea Mau dan Viktoria Naimau dengan jumlah peserta 13 anak.

Anak-anak Kelas Tenun Ikat Nunupu sedang menenun

“Mendengar penjelasan dari ibu-ibu di sana bahwa para peserta itu dari kalangan keluarga sendiri. Mereka sudah komunikasikan dengan TBM Lopo Cerdas Sabar untuk bergabung. Para pembina siap untuk melatih anak-anak menenun yang baik dan benar, sehingga warisan leluhur ini dipertahankan dan diwariskan kepada generasi mendatang,” ujar Plh. Bupati Belu.

Setelah melihat antusias dan keinginan ibu-ibu di Kelas Tenun Ikat Nunupu, Plh. Bupati menuturkan, pemerintah wajib hadir bersama mereka. “Dan, nanti saya akan minta dinas terkait berkunjung ke sana untuk memberikan perhatian khusus, terutama kondisi bangunan yang tidak layak demi kesehatan dan kenyamanan peserta. Semangat mereka itu, patut kita berikan apresiasi dan penghargaan tertinggi. Karena itu, pemerintah wajib memberikan dukungan dalam bentuk nyata”, tegasnya.

Menyinggung tentang bantuan-bantuan pemerintah seperti alat dan bahan tenun, Frans Manafe mengatakan, setiap tahun disiapkan oleh dinas-dinas terkait. Karena itu, perlu dilihat kembali, apakah bantuan-bantuan itu sudah tepat sasaran atau belum. “Seharusnya, dinas terkait memonitor kelompok-kelompok itu. Apalagi dalam kondisi Covid-19. Bekerja dari rumah, home industry seperti ini harus didukung oleh pemerintah, sehingga dampak ekonomi  bisa teratasi dengan tetap eksis melakukan aktivitas di rumah untuk membantu pemenuhan kebutuhan keluarga,” imbuhnya.

Plh. Bupati Belu pun menambahkan, pemerintah daerah harus memberikan perhatian terhadap Kelompok Tenun Ikat Nunupu tersebut, lantaran kegiatan menenun yang disaksikannya secara langsung  itu menjadi bukti bahwa semangat para pembina dalam membagikan talenta tenun kepada anak-anak, tidak kandas oleh situasi pandemi Covid-19.

“Kita berharap, selain kelompok yang kami kunjungi itu, kelompok-kelompok lain yang sekarang ini masih eksis dengan keterbatasan sarana prasarana, akan menjadi perhatian serius dari pemerintah sekaligus evaluasi, supaya mereka bisa bekerja dengan baik, dan dalam kondisi nyaman sehingga produk tradisional yang dihasilkan bisa berkualitas dan dapat dipasarkan dengan harga yang memuaskan,” papar Penjabat Sekda Belu, Frans Manafe.

Kelas Tenun Ikat Nunupu

Kelas Tenun Ikat Nunupu terletak di Kuneru, RT 12 RW 03, Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, tepatnya di depan Gereja bakal Paroki Kuneru.

Pendirian Kelas Tenun Ikat Nunupu, digagas atas inisiatif pribadi dari dua orang ibu pengelola, Anastasia Theodora Mau dan Viktoria Naimau guna mengembangkan bakat dan minat tenun yang dimiliki anak-anak sekitar.

Penggagas Kelas Tenun Ikat Nunupu saat memaparkan kondisi kepada Plh. Bupati Belu dan rombongan

“Awalnya jumlah anak sedikit saja. Tapi, begitu mulai latihan tenun, ada beberapa anak yang mau bergabung, mulai dari umur SD, SMP, sampai SMA. Sekarang, jumlah peserta sudah mencapai 13 orang. Sebagian anak dari TBM Lopo Cerdas pun sudah bergabung,” kisah Anastasia Dorathea Mau, yang akrab disapa Ani, pada Minggu malam, 14 Maret 2021.

Dijelaskannya, jadwal aktivitas tenun dilakukan setiap hari Rabu dan Jumat dalam seminggu, dengan waktu 2 jam setiap harinya. Kalau kelamaan waktunya, dikhawatirkan anak-anak merasa jenuh.

Alat-alat tenun dan bahannya masih seadanya. Alat dikumpulkan dari pengrajin tenun dan bahannya masih menggunakan benang-benang bekas. Tempatnya pun masih menggunakan rumah lumbung pribadi yang tidak terpakai dalam kondisi yang tidak layak.

“Motivasi ini, kami mulai dengan kumpul benang bekas, mengajar anak menggulung benang hingga ditenun menjadi sehelai selendang. Setiap anak, kita siapkan alat dan bahannya,” ujar Ani Mau.

Ani Mau mengisahkan, dari antara peserta yang dilatih, ada tiga orang yang sudah bisa menjual selendang hasil tenunannya sendiri. Waktu yang dibutuhkan untuk menenun sebuah selendang, selama 2 minggu.

Ani Mau berharap, dengan adanya kunjungan Plh. Bupati Belu dan anggota DPRD, bisa memberikan perhatian khusus demi perkembangan pelatihan tenun kain ikat ke depan, seperti bantuan fasilitas dan sarana tenun. (*)

Penulis: (*/ Herminus Halek)