Suara Lapar dan Haus Warnai Kondisi Pasca-Banjir Bandang Malaka

Loading

Malaka-NTT, Garda Indonesia| Sedih, ibarat anak ayam kehilangan induk, warga korban banjir bandang Malaka meneriakkan rasa ingin makan dan minum. Pengalaman nan amat mengharukan ini disaksikan langsung Garda Indonesia dan OMK Paroki Roh Kudus Halilulik, Kabupaten Belu, ketika melintasi sepanjang jalan Desa Fahiluka, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Jumat siang, 9 April 2021.

Dugaan kuat Garda Indonesia, suara – suara menyedihkan itu hadir lantaran sedang merindukan jamahan tangan – tangan penuh kepedulian. Pengalaman ini pun dialami usai menyerahkan sumbangan berupa sembako, pakaian layak pakai ke Posko Ante Morten, Pusat Paroki Maria Fatima Betun.

Kondisi terakhir pasca–bencana banjir bandang Desa Fahiluka, suara–suara spontanitas terdengar dari setiap halaman rumah dan pinggiran jalan penuh timbunan lumpur sisa banjir bandang.

Romo Yogar Fallo dan OMK Paroki Roh Kudus Halilulik, Kabupaten Belu saat menyerahkan bantuan kepada korban banjir bandang di Malaka

Terlihat, semua orang tengah sibuk membersihkan bentangan lumpur di dalam dan luar rumahnya masing–masing. Ada yang mencuci, ada yang menjemur perlengkapan rumah tangga seperti sofa dan kasur, dan ada juga yang menguras sumur. Di sepanjang jalan itu pun tidak tampak binatang–binatang piaraan berkeliaran. Udara di sekitar lokasi bencana tercium  bau–bau tak sedap, terasa menyengat indra penciuman dari sisa–sisa bangkai.

Menanggapi kondisi tersebut, Romo Yogar Fallo menuturkan, bantuan kemanusiaan yang dihantar oleh berbagai pihak ke Malaka belum bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan semua korban banjir. Karena itu, ia masih terus berjuang bersama OMK Paroki yang sebagian besar merupakan anggota THS – THM paroki untuk melanjutkan penggalangan dana kemanusiaan termasuk sumbangan pakaian layak pakai. “Setelah kami serahkan bantuan ke Posko Dekenat Malaka, ternyata di lokasi masih ada teriakan haus dan lapar. Open donasi tetap harus kita lakukan karena banyak warga yang belum tersentuh bantuan terutama kampung– kampung yang sulit dijangkau,” ungkapnya.

Romo Yogar mengaku, pelayanan terhadap para korban banjir tentu ada banyak kekurangan dan kekeliruan. “Seperti di posko Dekenat Malaka ada yang sakit dan terpaksa berbaring saja di lantai beralaskan terpal. Mau minum obat, tapi makanan terlambat. Para petugas mestinya memilah, mana yang darurat dan mana yang tidak. Pendataan perlu dilakukan secara akurat sehingga tidak ada yang terabaikan,” sebutnya.

Kondisi pengungsi di penampungan Posko Ante Morten Betun

Romo Yogar juga meminta, kiranya ada kerja sama yang baik antara gereja dan pemerintah setempat agar bantuan– bantuan yang sedang mengalir deras ke Malaka bisa secepatnya diterima para korban, terutama makanan, minuman dan bantuan air bersih yang sifatnya darurat.

Pemuda Halilulik Bantu Korban Banjir Bandang di Malaka

Kelompok Pemuda Halilulik, Desa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, turut mengambil bagian dalam memberikan perhatian kepada para korban banjir bandang di Kabupaten Malaka.

Informasi yang diterima Garda Indonesia pada Kamis, 8 April 2021 menyebutkan, kelompok pemuda yang diinisiasi oleh Ronald Dalung dan kawan–kawan itu bergerak menggalang dana dari warga sekitar wilayah Halilulik dengan terlebih dahulu mengantongi surat izin dari Camat Tasifeto Barat dan dukungan dari Koramil Tasifeto Barat, Paroki Roh Kudus Halilulik, Polsek Tasifeto Barat, dan Pemerintah Desa Naitimu.

Bantuan sembako dan pakaian layak pakai itu sudah diserahkan ke Posko Induk Susteran SSpS Betun pada Kamis, 8 April 2021. (*)

Penulis: (*/ Herminus Halek)