Oleh : Yucundianus Lepa
Pandemi Corona yang tak kunjung berakhir, telah menjadi bencana yang merontokkan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) nasional. Banyak perusahaan yang terpaksa merasionalisasi tenaga kerja, menekan produksi sebagai akibat kelesuan pasar, untuk sekadar bertahan hidup. Akibatnya terjadi eskalasi jumlah pengangguran yang berbuntut pada rendahnya daya beli dan ambruknya kesejahteraan.
Tanpa berniat mengabaikan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), pemerintah terlihat memiliki kepedulian sangat tinggi terhadap UMKM. Perhatian tersebut sangat beralasan. Berdasarkan Data Pusat Statistik tahun 2020, jumlah sektor ini mencapai sekitar 64 juta pelaku usaha. Secara kuantitatif, jumlah ini berkontribusi sangat signifikan pada denyut perekonomian nasional untuk bertahan di masa pandemi. Banyak pelaku usaha UMKM yang mampu bertahan, terutama yang bergerak di sektor konsumsi, perdagangan di marketplace, demikian pula pusat-pusat wisata lokal yang masih mampu meraih pengunjung lokal.
Langkah konkret yang dilakukan pemerintah adalah meluncurkan sejumlah paket kebijakan. Khusus UMKM pemerintah memberi stimulasi permodalan dalam bentuk Banpres Produktif untuk usaha mikro, kemudian program-bantuan permodalan dalam bentuk tunai, menyelenggarakan Program-program pelatihan dan pendampingan yang terus dilakukan Kementerian Koperasi dan UMKM bekerja sama dengan berbagai marketplace besar seperti Shopee, Blibli, Tokopedia, Grab dan lainnya.
Kementerian Koperasi dan UKM mencatat sejak pandemi terjadi, penjualan di e-commerce naik hingga 26 persen atau mencapai 3,1 juta transaksi per hari. Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya mendorong dan mempercepat UMKM agar go digital. (Liputan6.com, 6/8/2020).
Respons pemerintah terhadap masalah yang dihadapi UMKM nasional menjadi penting artinya apabila pelaku usaha di daerah mampu melahirkan kreativitas melalui produk-produk lokal yang memiliki daya saing baik regional maupun nasional. Membaca Sajian Utama Harian Umum Pos Kupang edisi Sabtu, 22 Mei 2021, yang memberitakan tentang capaian Provinsi NTT sebagai Juara Umum Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2020, dalam dunia usaha khusus UMKM dan sektor pariwisata layak menjadi sandaran harapan.
Capaian yang menggembirakan tersebut tidak terlepas dari kesungguhan para pelaku usaha, dorongan pemerintah, yang terus menjelajahi setiap sudut wilayah ini yang memiliki keunggulan komparatif dalam pariwisata dan kreasi budaya, kekhasan motif tenunan daerah, serta promosi cita rasa kuliner daerah dalam menampilkan pangan lokal khas NTT.
Dalam kerangka menggerakkan roda perekonomian daerah, sektor-sektor potensial tersebut (pariwisata, industri kerajinan dan kuliner) dapat menjadi pemicu atau trigger dalam hubungan komplementer, sepanjang dapat dipacu secara terpadu, terarah dan berkesinambungan. Sektor Pertanian yang menghasilkan pangan (pertanian, perkebunan dan peternakan) yang lahir dari kolektivitas ekonomi masyarakat NTT harus bisa masuk ke sektor pariwisata.
Substitusi Nilai
Kembali pada API tahun 2020, sebagaimana dilaporkan Harian ini, keunggulan yang diraih NTT adalah sektor pariwisata (destinasi wisata alam dan destinasi budaya), sektor industri kecil berupa tenun ikat, dan sektor kuliner. API adalah pengakuan atas semua keunggulan itu. Pengakuan ini menjadi bermakna apabila masuk dalam kebijakan pemerintah daerah terkait dukungan permodalan, pembangunan sarana prasarana penunjang serta promosi.
Baiknya kita memahami bahwa kekhasan budaya, kenikmatan cita rasa kuliner, keindahan alam yang dijuluki dengan bahasa apa pun adalah properti. Alam dengan segala keindahannya adalah kenyataan terberi dan properti yang berharga ini akan menjadi bermakna untuk mengubah NTT menjadi kekayaan bernilai ekonomis, manakala setiap dicarikan jalan untuk mendapatkan nilai substitusi ekonomis.
Kita hendaknya belajar banyak dari keunggulan negeri kita yang diberi predikat negara dengan ratna mutu manikam, tetapi mengurung kita dalam kemiskinan karena properti yang bernilai tersebut tidak dikelola dan memiliki nilai substitusi secara ekonomis. Kekayaan alam dan keunggulan kebudayaan hanya menjadi barang antik yang dibanggakan, tetapi tidak menghidupi.
Respons positif terhadap keunggulan dalam dunia kepariwisataan, industri kreatif dan kuliner ini harus disusul dengan kebijakan pemerintah yang fokus dan terarah. Bukan waktunya untuk mewacanakan turis dengan perbedaan status sosial : kaya-miskin. Obyek wisata tidak harus dipatok harga selangit karena yang berkunjung itu hanya melihat, menikmati, tetapi tidak memiliki atau membawa pulang. Implikasi dari kunjungan ini yang kita harapan memberi keuntungan ekonomis pada pelaku sektor jasa, entah akomodasi atau transportasi dan industri kerajinan dan kuliner.
Aktivitas menjadikan properti daerah ini untuk menjadi kekayaan daerah yang bernilai ekonomis dan menghidupi masyarakat NTT sebagai pemilik adalah promosi yang intensif pengerjaannya dan luas jangkauannya. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah daerah bisa membangun kerja sama dengan penyedia jasa perjalanan dalam kerangka memperkenalkan keanekaragaman destinasi wisata itu dalam bentuk majalah yang mudah diakses oleh para pelaku perjalanan.
Promosi tidak hanya menampilkan keindahan alam sebagai destinasi wisata baru, tetapi juga rancangan paket wisata yang saling terkoneksi misalnya “Lomba Perahu Layar Kupang-Semau” yang benar diselenggarakan secara reguler yang tentu memiliki implikasi ekonomis pada promosi kuliner, industri kecil dan lain-lain. Di samping mempromosikan tempat wisata sekaligus mempopulerkan pangan lokal yang diharapkan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat sehingga ada keuntungan ganda.
Kegiatan promotif seperti Lomba Perahu Layar Darwin-Kupang, Lomba Mancing, perlu dihidupkan kembali dengan paket-paket wisata yang menarik. Kegiatan expo yang tidak memiliki dampak langsung pada geliat ekonomi lokal dikurangi. Perlu dialokasikan dana daerah untuk kegiatan promosi secara masif dan berkesinambungan.
Promosi dapat juga dilakukan dengan para penyedia jasa akomodasi, dan transportasi lokal. Selain media yang disediakan, para pengemudi atau driver misalnya dibekali dengan kemampuan untuk melakukan promosi wisata bagi setiap penumpang yang menggunakan jasanya.
Kemasan-kemasan seperti ini bahkan lebih baik dan menarik dapat dilakukan para profesional sehingga pengenalan terhadap keunggulan lokal baik wisata kuliner, budaya dan produk kreatif dan estetik di bidang industri kecil lebih mudah dikenal luas.
Promosi wisata tidak harus terobsesi dengan turis mancanegara. Wisatawan lokal pun harus diperkenalkan dengan semua kekhasan daerah, karena sasaran akhir yang dicapai adalah seberapa besar sebuah keunggulan daerah entah itu potensi alam atau kreasi manusia dapat menjadi sumber baru yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pemiliknya.
Digitalisasi Produk
Pemanfaatan media sosial sebagai pasar penjualan produk sudah menjadi tren yang akan sangat mendukung pemasaran produk-produk lokal yang unggul dan memiliki nilai jual.
Melihat besarnya kontribusi media digital dalam peningkatan pemasaran produk UMKM, maka Presiden Joko Widodo dalam peluncuran program Literasi Digitalisasi Nasional “Indonesia Makin Cakap Digital”: berpesan agar internet harus dapat meningkatkan produktivitas masyarakat, membuat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) naik kelas, perbanyak UMKM on boarding ke plafform ecommerce sehingga internet dapat memberi nilai tambah ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat (Kompas, 22 Mei 2021).
Dukungan dan promosi usaha kuliner nusantara yang dilakukan melalui penyelenggaraan Hari Kuliner Nasional GO-FOOD di sejumlah kota, melibatkan GO-JEK, sebagai penyedia layanan on-demand berbasis aplikasi menunjukkan hasil yang signifikan. Gebrakan seperti ini dalam skala regional dan lokal dapat dilakukan. Karena hanya dengan terobosan-terobosan berbasis teknologi, kreasi masyarakat dapat menjadi sumber penghasilan yang memberi kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan juga menjadi stimulasi bagi pengembangan kreasi itu sendiri. (*)
Penulis merupakan Sekretaris Bidang UMKM DPP PKB
Foto utama (*/koleksi pribadi)