Dinas Peternakan Belu Kenalkan Teknologi Silase, Jaga Stok Pakan Saat Kemarau

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia | Antisipasi anomali cuaca maupun perubahan musim hujan ke musim kemarau, menjadi penting bagi peternak yang memelihara ternak seperti sapi, kambing dan domba untuk menjaga ketersediaan pakan ternak karena terbatasnya rerumputan pada musim kemarau di wilayah Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Melimpahnya hijauan pada musim hujan merupakan suatu kesempatan bagi peternak agar menyimpan pakan hijauannya untuk menghadapi musim kemarau.

Dalam upaya mengantisipasi kekurangan pakan pada musim kemarau, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu, telah menyiapkan langkah strategis dengan memperkenalkan salah satu teknologi pengawetan pakan hijauan ternak dengan Sistem Silase.

“Program ini dimaksudkan untuk kita memiliki ketersediaan pakan di musim kemarau, dengan harapan bahwa masyarakat bisa memelihara ternak pada musim kemarau, dan ternaknya tidak kekurangan pakan,” ungkap Kadisnakes Belu, Drs. Nikolaus U.K. Birri, M.M. di sela-sela Demo Pengawetan Silase di Wekabu, Desa Naekasa, Kecamatan Tasifeto Barat, pada Jumat, 28 Mei 2021.

Kadis Umbu (sapaan akrab dari Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu) menjelaskan, tujuan membuat silase di Kelompok Tani Taro Jaya adalah untuk memperkenalkan teknologi pengawetan pakan hijauan sebagai cadangan dan persediaan pakan ternak pada saat musim kemarau yang panjang.

“Pembuatan silase yang kita lakukan hari ini adalah untuk menyiasati persediaan makanan ternak pada musim kemarau, menampung kelebihan HMT pada musim hujan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Kita juga mendayagunakan limbah hasil ikutan dari pertanian seperti jerami padi, dan jagung,” terang Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu.

Persiapan pembuatan silase dengan memasukkan bahan baku hijaun dalam wadah tertutup  dengan prinsip fermentasi anaerob

Di samping itu, ungkap Kadis Umbu, selain untuk menyimpan dan menampung pakan hijauan yang berlebih pada saat musim hujan, peternak juga dapat memanfaatkan pakan hijauan pada saat kondisi dengan nilai protein yang tinggi. “Nilai gizi silase setara dengan hijauan dan bahkan lebih dengan adanya bahan tambahan. Silase juga lebih disukai ternak dan lebih mudah dicerna,” jelasnya.

Ia pun menambahkan, Silase merupakan awetan pakan yang dibuat dengan prinsip fermentasi anaerob yaitu dalam proses pembuatannya hijauan yang sudah dipotong,  kemudian disimpan dalam wadah tertutup (silo).

“Silase dikondisikan agar padat dan tidak menyisakan ruang untuk udara, lalu silo pun ditutup serapat mungkin dengan bertujuan agar fermentasi yang terjadi adalah fermentasi anaerob. Proses fermentasi berjalan kurang lebih 21 hari, sehingga silase baru dapat diberikan pada ternak setelah 21 hari dari tanggal pembuatan. Silase yang stabil memiliki daya simpan yang lebih lama,” terang Mantan Kasatpol PP ini serius.

Dengan adanya teknologi pengawetan HPT ini, Kadis Umbu mengajak seluruh peternak di Kabupaten Belu agar terus mengoptimalkan pemberian nutrien bagi ternak sapi, dengan mengoptimalkan kualitas dan kuantitas hijauan pakan ternak.

“Kita berharap dengan adanya kegiatan pembuatan silase ini, masyarakat bisa terbantu ketersediaan pakan pada musim kemarau. Masyarakat juga dapat menanam hijauan makanan ternak dengan memanfaatkan musim hujan yang ada, sehingga kelebihan pakan nantinya dapat kita awetkan untuk kebutuhan makanan ternak pada musim kemarau yang panjang,” pungkasnya.

Turut hadir mendampingi Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu antara lain Kepala Bidang Prasarana dan Sarana – Maria Imelda Haki, S.Pt, Kasie Pakan-  Mikael Seran Moruk, S.Pt, Kasie Lahan dan Irigasi – Adelia R. Moreira, S.Pt, dan Kasie Pembiayaan dan Investasi -Matheos D. Taklal, SST. Turut serta Petugas Teknis, seperti Dokter Hewan dan P3M Kecamatan Tasifeto Barat serta masyarakat setempat. (*)

Sumber berita + foto (*/tim Disnakkes Belu)

Editor (+roni banase)