Festival Desa Binaan Bank NTT Bergulir, Juri Menilai dan Simak Geliat Ekonomi

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Ajang Festival Desa Binaan Bank NTT mulai bergulir, 6 (enam) juri mulai turun ke 24 lokasi untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas setiap desa binaan yang tersebar di seluruh NTT. Keenam juri yakni ketua tim, Dr. James Adam (Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia/ISEI NTT), berkunjung ke Kampung Adat Bena, lokasi binaan kantor Bank NTT cabang Bajawa, Desa Colol binaan Borong, Compang Todo binaan Ruteng dan Desa Gorontalo binaan Bank NTT cabang Labuan Bajo.

Baca juga : http://gardaindonesia.id/2021/04/20/optimalisasi-layanan-digital-bank-di-desa-bank-ntt-helat-festival-desa-binaan/

Sementara, Dedy Safari dari Otoritas Jasa Keuangan mengunjungi Desa Tuamese binaan Bank NTT Cabang Kefamenanu, Desa Dualaus binaan Atambua dan Desa Kamanasa binaan Cabang Betun. Lalu, Handrianus P. Asa dari Bank Indonesia mengunjungi Kelurahan Manutapen dan Desa Mata Air binaan KCU Kupang dan e-Mart Shop binaan Cabang Oelamasi dan Desa Ajaobaki binaan Bank NTT Cabang SoE.

Desa Kwalelo binaan Bank NTT Cabang Larantuka, Desa Watugong di Maumere, Desa Detusoko Barat di Ende, dan Desa Bidoa binaan Cabang Mbay dikunjungi oleh Ir. Abraham Paul Liyanto, Ketua Kadin NTT.

Juri kelima, Johny Rohi dari Dinas Parekraf NTT mengunjungi Desa Lambanapu binaan Cabang Waingapu, Desa Matakateri binaan Cabang Anakalang, Desa Moromanduyo danau Waekuri binaan Cabang Waitabula, dan Desa Tebara binaan Cabang Waikabubak. Terakhir,

Dan juri keenam, Stenly Boymau (media consulting Bank NTT) melakukan penilaian ke Desa Ndao binaan Cabang Rote, Desa Hadakewa di Lewoleba, Desa Raeloro di Seba, Sabu Raijua, dan Desa Ternate binaan Bank NTT Cabang Kalabahi.

Ketua dewan juri, Dr. James Adam, saat berada di Kampung Adat Bena, lokasi binaan Bank NTT Cabang Bajawa. (Foto Dok. Bank NTT Bajawa)

Lalu seperti apa respons dewan juri ketika terjun ke lokasi Festival Desa Binaan Bank NTT? Ternyata ditemukan banyak fakta menarik, yang membuat juri terpana. Ada geliat ekonomi yang sangat nyata. Masyarakat mulai melakukan transaksi digital dengan membayar dengan menggunakan QRIS Bank NTT. Ini tampak dan bahkan sangat nyata pada aktivitas transaksi yang dicatat dari agen-agen digital (Dia Bisa) yang dibentuk oleh Bank NTT di lokasi-lokasi tersebut.

Di pekan pertama proses verifikasi data lapangan, juri menemukan fakta itu di hampir seluruh desa binaan. Seperti di Desa Raeloro, Sabu Raijua, Desa Hadakewa Kabupaten Lembata, Desa Tuamese di Timor Tengah Utara (TTU) bahkan di kampung adat Bena, Kabupaten Ngada. Masyarakat direkrut menjadi agen digital, dan terbanyak jenis transaksinya adalah pulsa listrik, telepon, dan jasa pengiriman uang.

Bukan hanya itu, Lopo Dia Bisa pun dibangun dengan menggunakan kearifan lokal, dan di lopo tersebut, ada etalase yang disiapkan untuk memajang aneka produk hasil kreasi warga, misalnya aneka motif tenunan, ada juga penganan khas desa adat setempat, serta produk-produk lokal lainnya. Di sana, ada geliat transaksi digital, yakni menggunakan layanan QRIS.

Uniknya, setiap produk primadona profilnya disiapkan dalam bentuk digital. Bagi yang ingin menelusuri sejarah singkat kampung adat ataupun produk unggulan yang dijual, tinggal scan barcode yang tersedia, lalu sejarahnya akan muncul.

Ketua dewan juri, Dr. James Adam, menegaskan bahwa juri menemukan hal-hal baru dalam uji petik di lapangan. “Juri menerima laporan awal dari tiap desa binaan berupa data administrasi dan video berdurasi dua menit, berisikan profil desa binaan yang ikut festival. Lalu juri turun lapangan untuk verifikasi. Dan, luar biasa,” ucap akademisi itu sembari menambahkan, “Performance dari setiap lokasi desa binaan Bank NTT bagus penataannya, pengelolanya dan kegiatan-kegiatannya. Khusus yang menawarkan produk budaya memang punya ciri khas dibanding produk makanan, minuman dan tenunan.”

Ketua tim juri Festival Desa Binaan Bank NTT berpose bersama agen dia bisa Bank NTT di Desa Bena, Bajawa

Ada kekhasan budaya tertentu yang belum diekspos yang sebetulnya punya nilai jual lebih. Karena itu, menurutnya, James Adam memberi apresiasi kepada Bank NTT yang mengambil langkah berani, mendesain kegiatan Festival Desa Binaan Bank NTT tahun ini. Diakuinya, ke depan tentu butuh ekstra kerja keras dari Bank NTT agar sistem IT yang dibuat bisa diimplementasikan secara optimal sebab posisi geografis tiap desa binaan menurutnya menjadi catatan penting.

Selanjutnya, juri bakal melakukan verifikasi lapangan hingga pertengahan Juni 2021, dan di akhir bulan yang sama, dapat dipastikan desa binaan mana yang masuk sebagai nominator desa binaan terbaik se-NTT dan telah tersedia sejumlah hadiah fantastis.

Bahkan, Bank NTT melalui ajang Festival Desa Binaan turut meningkatkan ekonomi masyarakat desa dan mendukung program Pemprov NTT dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tak hanya itu, festival ini pun sebagai upaya pelestarian adat, budaya dan mewariskan kekayaan intelektual dalam bentuk karya seni kepada generasi masa depan.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alex Riwu Kaho menegaskan tujuan dari festival desa binaan Bank NTT ini, adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat desa yang multiply effect, menciptakan desa binaan yang mandiri berbasis digital, sentralisasi produk perbankan baik itu produk dana pihak ketiga (DPK) dan Kredit, sebagai media promosi dan pemasaran produk Bank NTT. (*)

Sumber berita dan foto (*/tim)

Editor (+roni banase)