Ganti Presiden? Ya Setuju!

Loading

Oleh: Andre Vincent Wenas

Biasa saja dan sederhana. Ganti presiden itu pasti. Pertama-tama, umur orang itu terbatas, tidak ada yang hidup selamanya. Kedua, UU juga sudah mengatur, untuk Indonesia setiap 5 tahun bakal ada pilpres kok. Maksimal 2 kali menjabat, setelah itu ya sudah.

Ketiga, Pak Jokowi juga sudah menegaskan tidak berminat untuk jadi presiden 3 periode, dan juga tidak ada intensi untuk mengamendemen UU pemilu. Jelas ya.

Jadi, nanti tahun 2024 bakal ada pilpres, dan pasti ada pergantian presiden. Sabar saja. Dan, sementara itu…

Sementara itu… tak usah bermimpi untuk ganti presiden di tengah jalan dengan cara tidak konstitusional. Dan apalagi dengan gaya norak untuk terus merongrong dengan cara yang tidak beretika sama sekali. Kebayi-bayian!  Merengek nangis kalau tidak diberi ASI.

Pergantian presiden adalah mekanisme legal formal dalam sistem demokrasi. Harus ada pembaharuan kepemimpinan secara reguler. Ibarat pergantian udara segar setiap kali jendela pemilu 5 tahunan itu dibuka luebar-luebar.

Ya luebar… langsung-umum-etis-bebas-rahasia! Ini hiperbolik dari LUBER, atau pemampatan dari Jurdil (jujur-adil) yang artinya ya juga etis.

Sementara itu… selain tak usah merongrong dengan cara norak dan tidak beretika, justru sebaliknya, seharusnya mendukung. Kalau tak bisa (atau tak mau) mendukung ya lebih baik diam!

Jangan salah kira, mendukung itu bisa dengan cara: ‘kritiklah pemerintah sekeras-kerasnya dan bantulah sekuat-kuatnya’.

Kalimat barusan itu mesti dipahami dengan suatu pengandaian, bahwa partisipan demokrasi itu adalah mereka yang matang sikap politiknya serta mampu dengan jernih membedakan mana yang kritik dan mana yang nyinyir, hinaan atau malah fitnah atau propaganda kebohongan (hoaks).

Sementara itu… tanpa dinanya dan diduga sebelumnya, dunia diterpa pandemi Covid-19. Siapa sih yang menyangka, dan siapa sih yang siap menghadapinya. Ini peristiwa global yang menerpa serta membuat sakit seluruh penjuru bumi. Tanpa kecuali.

Maka yang penting adalah kebersamaan penghuni planet ini untuk memitigasi bencana. Kerja sama antar bangsa serta solidaritas antar tetangga di sebelah rumah (spektrum makro sampai mikro) dituntut untuk jadi akur dan kompak.

Sedikit saja ada kelompok yang mbalelo, maka virus delta ini tanpa tedeng aling-aling akan siap bermigrasi via udara (aero) ke kita atau kerabat kita sendiri. Alhasil rumah sakit penuh, home-sweet-home bermetamorfosis jadi tempat isolasi mandiri. Dan amit-amit… petugas kuburan pun harus kerja lembur siang dan malam.

Sementara itu… jangan coba-coba untuk mendompleng pandemi ini demi urusan libido kekuasaan yang menggelegak itu. Kita semua sadar betul bahwa ulah para bohir dan gelandangan politik yang menyetir para mahasiswa dungu itu adalah cerminan perilaku pecundang yang hasrat busuknya sudah tercium bahkan oleh mereka yang kena gejala awal virus corona. Naudzubillah min dzaalik!

Masih mau ganti presiden? Ya setuju, kita juga mau ganti presiden kok. Mekanisme legalnya adalah nanti di tahun 2024. Sabar ya…Sementara itu… mari kompak bekerja sama dengan pemerintah, para nakes, dan para relawan yang sudah bekerja keras selama ini.

Sementara itu… para politisi parpol, ya para politisi… tak usah menebar kenyinyiran terus menerus. Kita pastikan bahwa rakyat waras akan terus mendukung pemerintahan yang sah ini. Dan para bohir, saran saja nih, bagaimana kalau dana untuk bikin demo yang tidak jelas juntrungannya itu disalurkan saja untuk donasi program #RiceBoxPSI misalnya. Atau donasi lainnya deh… yang penting berkah.

Maka tak usah repot-repot, mari terus membangun negeri ini. Dan sementara kita mengatasi pandemi ini, kita akan terus…Membuat sarana dan prasarana publik yang belum ada, serta… ini yang juga penting… membereskan yang dulu mangkrak!

Minggu, 25 Juli 2021

Penulis merupakan pemerhati Ekonomi-Politik

Foto utama (*/ilustrasi sindonews.com)