Pakai Teknologi Tepat Guna, PNK Kupang Bantu Elka Estylo Etnik NTT

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Politeknik Negeri (PNK) Kupang melalui program kemitraan masyarakat (PKM) sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk penerapan dan pengembangan hasil riset perguruan tinggi. Pada masa pandemi 2021, Ketua Tim PKM PNK Kupang, Rocky Y. Dillak, S.T., M.Cs. beranggotakan Edwin D. Hattu, ST., M.Si. Jandry P. Ratukadja, S.E., M.Si. dan Tim Teknisi Laboratorium Otomotif Teknik Mesin; didanai oleh Kemristek BRIN menerapkan teknologi tepat membantu menyelesaikan  permasalahan kelompok usaha Elka Estylo berlokasi di Jalan Oeekam, RT 11 RW 05 Kelurahan Sikumana, Kota Kupang.

Kelompok usaha Elka Estylo bergerak di bidang kerajinan tangan berbahan kulit kombinasi bahan baku tenun ikat NTT berupa sepatu, tas, tempat tisu dan handsanitizer. Elka Estylo menjadi target mitra program kemitraan masyarakat (PKM) merupakan UKM produktif yang terdampak Covid-19 dan sangat berpengaruh pada siklus permodalan, pendapatan dan omset.

Ketua Tim PKM PNK Kupang, Rocky Y. Dillak, S.T., M.Cs. kepada Garda Indonesia pada Jumat siang, 30 Juli 2021 pasca-penyerahan bantuan berupa mesin oven pengering sepatu berbasis kontrol suhu sebagai fasilitas penunjang pada proses produksi sepatu dan 1 (satu) boks P3K; mengatakan bahwa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi mitra, maka tim dosen PNK fokus pada revitalisasi teknologi produksi, penguatan branding ‘merek’ produk, serta penerapan hyperconnectivity sebagai upaya perluasan pemasaran dalam membangkitkan pergerakan ekonomi mitra di masa new normal akibat pandemi Covid-19.

“Bantuan kali ini sesuai dengan lay out dari DIKTI, kita selesaikan untuk tahap awal membantu pembenahan lay out rumah produksi yang ergonomis sesuai kaidah-kaidah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (berupa material oleh karena mitra juga korban terdampak Badai Seroja pada April 2021), pelatihan manajemen keuangan dan manajemen kewirausahaan, pelatihan penyempurnaan logo produk dan kemasan box produk sepatu serta Aplikasi e-commerce penjualan produk mitra,” urai Rocky Dillak.

Selain itu, ungkap Rocky, UKM Elka Estylo sangat potensial, namun cost yang harus dibayar terlalu tinggi pada proses produksi, maka kami memberikan sentuhan teknologi yang dapat mereduksi waktu, uang, dan tenaga. “Kita ambil bagian pada proses pengeringan lem pada produk, jika berhasil maka dapat meningkatkan jumlah produksi dan jika sukses, maka kami akan melanjutkan program lain untuk membantu Elka Estylo,” urainya.

Ke depan, imbuh Rocky Dillak, oven pengering tak berbasis listrik, namun bersumber energi angin atau panas matahari. “Jika oven berbasis listrik berhasil, maka ke depan, kami akan kembangkan oven menggunakan sumber energi angin atau matahari,” ungkapnya.

Ketua Teknisi Edwin D. Hattu, ST., M.Si. (duduk) sementara menerangkan Marsel Kopong (jongkok) cara penggunaan oven pengering lem

Harapan Tim PKM PNK Kupang, tandas Rocky, semoga kualitas produksi menjadi lebih baik menggunakan oven listrik dan ke depan bakal masuk ke pemasaran dan memberikan sentuhan lainnya kepada Elka Estylo.

Sementara itu, Ketua Teknisi Edwin D. Hattu, ST., M.Si. menyampaikan sesuai permintaan mitra (Elka Estylo, red) membutuhkan alat untuk menunjang proses produksi. “Selama ini hanya mengandalkan panas matahari, jadi kalau ada mendung maka mengalami kesulitan. Jika menggunakan oven biasa dengan pemanasan api akan susah menahan suhu yang diinginkan antara 40—60 derajat. Maka, menjawab kebutuhan mitra, kami memodifikasi oven elektrik dengan kontrol suhu,” terang Edwin.

Hasil uji coba pengeringan lem, lanjut Edwin, cukup bagus. Saat proses pemanasan membutuhkan listrik sebesar 350 watt (berjalan hanya 10—15 menit) dan saat holding time hanya membutuhkan daya sekitar 30—40 watt. “Sehingga oven elektrik dapat memperpendek waktu, biaya murah, estetika oven juga sesuai kebutuhan mitra,” tandasnya sembari mengungkapkan PNK Kupang telah memproduksi beragam alat modifikasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pemilik Elka Estylo, Marcelinus Kopong Tulit, S.E. telah merintis usaha sepatu, sandal etnik NTT sejak tahun 2014 menyampaikan bahwa bantuan dari PNK Kupang berupa oven pengering lem sangat bermanfaat. “Saya sangat membutuhkan oven pengering lem karena saat musim hujan tidak bisa berproduksi karena susah untuk mengeringkan lem, karena jika lem dingin,  maka daya rekat kurang,” jelasnya.

Adapun produk utama dari Elka Estylo, beber Marsel Kopong (sapaan akrabnya, red) berupa sandal dan sepatu etnik NTT berbahan dasar tenun ikat. “Selain itu, kami juga memproduksi tas, dompet, dan aksesoris lain. Dan di masa pandemi ini, penjualan kami menurun, sebelum pandemi omzet bisa mencapai 7—8 juta. Sementara saat pandemi omzet hanya berkisar 2—3 juta saja,” ujarnya.

Pemilik Elka Estylo asal Adonara yang memperkerjakan 5 (lima) orang ini pun berharap PNK Kupang juga dapat membantu memperhatikan ruang produksi. Hasil produksi Elka Estylo, tandas Marsel Kopong lebih banyak penjualan melalui marketplace dan dikirim ke luar NTT.

Penulis, editor dan foto (+roni banase)