Berdayakan Perempuan Entas Kemiskinan & Stunting dengan Usaha Ayam KUB

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja saat kunjungan ke lokasi peternakan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (Ayam KUB) AFRO (Advocacy and Research of Rural Farming Development) Farm yang dikelola Mardianus Epafroditus Ili, S.P. pada Minggu siang, 8 Agustus 2021.

Kunjungan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT bersama Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Viktor Manek di lokasi peternakan Ayam KUB yang berlokasi di Desa Baumata Timur, Taebenu Kabupaten Kupang yang menyuplai kebutuhan ayam untuk masyarakat di wilayah Kota Kupang, dan beberapa kabupaten lainnya; guna melihat secara langsung lokasi peternakan ayam kampung yang menghasilkan telur, daging, dan daging olahan.

Kepada Garda Indonesia, I Nyoman Ariawan Atmaja membeberkan, dengan pola usaha Ayam KUB AFRO Farm dapat dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan. “Polanya bagaimana memberdayakan perempuan-perempuan di kampung (mama-mama kita) dapat memelihara Ayam KUB untuk menghasilkan telur sebagai sumber makanan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan stunting,” ujarnya seraya mengungkapkan bahwa pemilik AFRO Farm lulusan BI Young Entrepreneur School.

Selain itu, imbuh I Nyoman Ariawan Atmaja, Usaha Ayam KUB dapat dijadikan program kemandirian ekonomi. “Jadi bagi lembaga berupa Keuskupan, Sinode, Parisada, MUI, Pesantren, yayasan lain dapat melakukan program bagi umatnya masing-masing. Dengan modal kerja rendah, apalagi menggunakan bahan sederhana dari bambu, maka tak mahal dengan kisaran modal 22—25 juta bagi pengembangan biakan anak Ayam KUB,” urainya.

Tetapi, lanjut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, untuk program  mengentaskan stunting dan kemiskinan dapat mengambil Usaha Ayam KUB skala kecil berupa 2 (dua) kandang kecil dengan kisaran modal 8—10 juta rupiah setiap kepala keluarga. “Tadi saya hitung misalnya harga kandang 2 juta dan ayam KUB terus ayam KUB 8 juta, maka setiap KK dapat berproduksi dan menghasilkan 10 (sepuluh) telur per hari untuk kebutuhan protein bagi keluarga selama kurun waktu 5 bulan hingga 2 tahun,” beber I Nyoman Ariawan Atmaja.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja (tengah berbaju putih bertopi) saat melihat kandang pengembang biakan Ayam KUB

Sementara, tandas I Nyoman Ariawan Atmaja, untuk program kemandirian ekonomi dapat menggunakan kisaran modal 50—100 juta. “Dapat menggunakan kandang pembesaran dengan modal pembesaran DOC (Day Old Chicken) Ayam KUB berjumlah 1.000 ekor beserta pakan,” ujarnya.

Pengelola AFRO Farm Ayam KUB, Mardianus Epafroditus Ili, mengatakan bahwa permintaan Ayam Kampung di Kota Kupang per bulan mencapai di atas 500 ekor, dan pihaknya belum sanggup memenuhi permintaan pasar sehingga sangat diperlukan lebih banyak lagi peternak-peternak ayam kampung yang lain untuk memenuhi permintaan pasar.

Ayam Kampung, ungkap Making sapaan akrabnya, mengubah hidup, bahkan di negara berkembang, beternak ayam adalah pekerjaan perempuan atau ibu-ibu yang secara telaten dan tekun memelihara ayam guna pemenuhan konsumsi rumah tangga dan sisanya dijual ke pasar. “Pakan ternak di AFRO Farm Ayam KUB menggunakan pakan yang dicampur dengan jagung dan menggunakan minuman “Jamu” dari bahan herbal yang terbuat dari berbagai pohon daun pepaya, sere, dan lain-lain guna menyehatkan Ayam Kampung,” terang Alumni Fakultas Peternakan Undana Kupang.

Adapun harga per kilogram Ayam KUB 75 ribu rupiah. Sementara harga telur Ayam KUB Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu) per tray ‘rak’, atau per butir 5.000 rupiah.
“Harga pokok produksi (HPP) dari 1 ekor ayam kampung itu 55.000 rupiah, namun tergantung lagi dari harga pakan saat ini apalagi di masa pandemi, namun paling rendah HPP di angka 45.000 rupiah, dari total 3.000 Ayam KUB yang diternakkan AFRO Farm,” tandas Making.

Penulis, editor dan foto (+roni banase)