Teman Sejatiku Kembali Pulang Berkat AFRO Farm Ayam KUB

Loading

Oleh : Roni Banase

Kisah sederhana, namun bermakna ini tak luput dari bayang respons naluri menulisku. Tak hanya hal luar biasa yang bisa kita torehkan dalam sebuah tulisan, namun sebuah penggalan kisah sederhana pun patutnya kita toreh lalu isi dalam ruang tulisan digital yang menghabiskan 2/3 waktu kita setiap hari (termasuk waktu tidur).

Kisah ini bermula saat saya mendapat pesan whatsapp dari saudara Henry Djowenyi pada Minggu pagi, 8 Agustus 2021 pukul 09.02 WITA yang berbunyi,

“Pagi Om, rencana bos (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja) mau ke lokasi peternakan ayam di Baumata. Om dengan mas Gun bisa pergi ko?” tanyanya seraya mengirim peta lokasi peternakan Ayam Kampung di Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Jam 11 di sana om,” pinta Henry yang bertugas mengatur jadwal kunjungan kerja Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT.

Saya pun menyanggupi dengan menjawab, “Bisa, beta (Bahasa Melayu Kupang untuk saya, red) siap diri dan meluncur.” Padahal baru saja terjaga dari waktu tidur pada pukul 04.00 WITA dan waktu telah menunjukkan pukul 10.30 WITA.

Dengan sigap, saya pun berbenah diri dan menyiapkan perangkat kerja sebagai “Peternak Kata” (meminjam istilah dari Dr. Marsel Robot, meski sudah menjadi trade mark bagi diri sendiri. Karena lebih suka dapat predikat tersebut dibanding wartawan, hehehe).

Dari kamera Canon 1100D, smartphone, earphone, hingga kacamata baca, karena kalau tak ada, maka rentetan huruf dan angka di layar smartphone Samsung Galaxy J7 Prime tampak berbeda seperti hamparan pasir yang tak dapat dibedakan.

Bermodalkan peta lokasi, saya pun menuju ke daerah Penfui lalu ke Baumata menyusuri jalan yang lumayan berlubang. Meski dua kali tersesat, namun akhirnya tiba di lokasi dengan menggunakan bantuan tambahan berupa bertanya ke beberapa penduduk lokal di mana lokasi AFRO Farm, pusat peternakan Ayam Kampung Unggul Balibangtan (Ayam KUB) tersebut.

Pose bersama dari kiri ke kanan, Viktor Manek, I Nyoman Ariawan Atmaja, Kakak Making, dan Andre Asa

Di sana, telah ada Bli Guntara bersama pengelola AFRO Farm, Mardianus Epafroditus Ili jebolan Fakultas Peternakan Undana Kupang; duduk di bawah rindangnya rumpun bambu hijau di depan deretan kandang Ayam KUB berbahan bambu.

Saya pun menelisik kiprah Pemuda Lembata yang menggunakan lahan I Gusti Jelantik sejak tahun 2017 bersama PT. Sumber Unggas Indonesia. Pemuda yang memegang perspektif bahwa “NTT Tidak Miskin” tersebut pun menguraikan sistem kerja AFRO Farm yang telah mendidik mitra binaan di 20 kabupaten.

Berselang 60 menit kemudian, tibalah Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Kadis PMD Provinsi NTT, Viktor Manek; Hadrianus Asa selaku Manager Pengembangan UMKM beserta rombongan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, lalu meninjau dan menelisik usaha Ayam KUB yang dapat memproduksi 50 butir telur per hari.

Kemudian, kami pun menuju ke lokasi milik Kadis PMD Provinsi NTT yang sementara disiapkan menjadi lokasi pengembangan biakan Ayam KUB dan menjadi sangat produksi telur Ayam Kampung.

Selepas dari kunjungan tersebut, kami pun bersyukur mendapat suguhan makan siang berupa Ayam Kampung Bakar dan Jagung Bose khas NTT, sambil bercengkerama di bawah desiran lembut angin dari Pohon Bambu Hijau.

Tepat pukul 16.00 WITA, kami pun kembali ke rumah masing-masing. Dan di dalam perjalanan pulang, saya merasa sesuatu lenyap dari diri. Berhenti sejenak di Bundaran Patung Tirosa, lalu melongok ke dalam tas hasil kreasi Nice Handicraft dari bahan kain tenun Pulau Koja Doi (pemberian dari Direktur Utama Bank NTT, Alex Riwu Kaho saat kunjungan kami pada Desember 2020, red).

Ternyata benar, kacamata baca plus 1,25 bergagang hitam yang menjadi teman kerja merilis berbagai berita edukatif dan komunikatif di Portal Daring Garda Indonesia pun lenyap entah ke mana. Rasa panik membuyarkan logika berpikir, entah jatuh atau diambil orang merasuki pikiran.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja saat meninggalkan lokasi rencana lahan pengembangan biakan Ayam KUB milik Viktor Manek

Lalu, upaya menanyakan keberadaan kacamata yang menemani kerja sejak tahun 2017 tersebut saya arahkan Kakak Making dan Saudara Andre Asa dengan hasil nihil. Pikiran pun beralih ke rumah, dengan alasan apa harus meyakinkan bendahara rumah bahwa kacamata tersebut hilang entah di mana.

Dan ternyata apa yang saya bayangkan terjadi, bendahara rumah atau istri tercinta sangat marah dan mengarahkan predikat pikun dan tak konsentrasi ke diriku.

“Saat di Atambua lupa celana di hotel, lalu lupa ATM, dan sekarang kacamata,” ucapnya dengan nada kesal seraya mengurai apa saja yang telah saya tinggalkan maupun hilangkan sejak beberapa tahun silam.

Meski demikian dengan berbagai rayuan dan kesepakatan, lalu kami sepakat membeli dan membayar pesanan kacamata baru di salah satu toko kacamata di Kota Kupang Lama, Kelurahan Lai Lai Besi Kopan (LLBK). Namun, berhubung hari Minggu malam, toko tutup dan dengan terpaksa saya harus rela menggunakan kacamata plus yang dijual di beberapa pedagang kacamata di pinggir jalan.

Keesokan hari, pada Senin sore, 9 Agustus 2021, Kakak Making menelepon saya dan menyampaikan kabar gembira.

“Abang, adik menemukan kacamatanya di lahan Pak Viktor Manek,” ucapnya sembari berkata bahwa esok (Selasa, 10 Agustus) akan diantar ke rumah usai mengantar pesanan telur Ayam KUB dari Kakanwil Kemenkumham Provinsi NTT, Marciana Dominika Jone.

Bahagia pun datang silih berganti, mulai saat ini, Peternak Kata memiliki 2 (dua) teman sejati pendamping kerja melahirkan tulisan edukatif dan komunikatif.

Foto (*/koleksi pribadi)