Serah Piagam Penghargaan di Malaka, Eurico Guteres Dinilai Berbohong ke Eks Pejuang Timtim

Loading

Malaka-NTT, Garda Indonesia | Puluhan warga pejuang eks Timtim yang berdomisili di Kabupaten Malaka dan Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan aksi komplain di hadapan Eurico Guteres selaku Ketua Forum Komunikasi Pejuang Timor – Timur (FKPTT) saat sedang menyerahkan piagam penghargaan patriot bela negara di RT 23/ RW 02, Dusun Bakateu, Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka pada Senin, 13 Desember 2021.

Aksi tersebut dipimpin dua orang tokoh pelaku sejarah sekaligus eks pejuang Timtim, Cancio Lopes De Carvalho dan Julio Do Carmo atas dugaan adanya pungutan liar, pilih muka, kepentingan politik dan niat memperkaya diri dalam mekanisme perekrutan.

“Dalam pembagian piagam, setiap pejuang dipungut uang 25 ribu sampai 200 ribu per orang untuk biaya makan minum, sewa tenda, dan penginapan Eurico Guteres bersama rombongan. Kalau sumbangan tidak dikasih, para pejuang diancam akan dicoret namanya, tidak terima piagam dan ambil sendiri di Kupang,” ulas Cancio diamini Julio.

Ada pun tuntutannya:

  1. Kami meminta pemerintah dalam hal ini Presiden RI, Menteri Pertahanan RI dan aparat hukum untuk segera mengambil tindakan hukum terhadap Eurico Guteres dan aktivitas FKPTT karena telah melakukan pembohongan publik terhadap masyarakat eks pejuang Timtim dan lokal.
  2. Kami minta pemerintah ambil alih pendataan eks pejuang Timtim dan pembagian piagam untuk menghindari hal – hal yang merugikan masyarakat.
  3.  Sebaiknya, pendataan dilakukan oleh Kemenhan dengan petunjuk dan format yang jelas karena yang terjadi saat ini, pendataan dilakukan atas dasar faktor suka tidak suka dan uang.

“Kami menolak Eurico Guteres karena dia bukan pejuang sesungguhnya. Dia tidak pantas bertindak atas nama pejuang Timtim untuk mengurus apa pun termasuk piagam penghargaan. Eurico Guteres lahir tahun 1970 yang sama sekali tidak terlibat dalam perjuangan integrasi Timtim tahun 1974. Eurico adalah seorang dari organisasi Santo Antonio (55)  yang bekerja sama dengan pihak Klandestine di Kota Dili dan pihak pro kemerdekaan (Fretelin di hutan) yang ditangkap pada tahun 1988 oleh aparat keamanan dengan tuduhan telah bekerja sama dengan pihak Klandestine dan pro kemerdekaan. Ia dan teman – temannya ditahan di satuan tugas intelijen (SGI), satuan tugas kopassus pada Oktober 1988 – April 1889, dan dibebaskan setelah disidangkan di PN Dili,” tegas Cancio Julio.

Julio Do Carmo menyebutkan, Eurico Guteres berjanji dalam berbagai kesempatan bahwa pendataan akan terus dilakukan lantaran masih ada susulan 9.000 orang setelah 11.485 orang di NTT ini tuntas. Para pejuang akan diberikan dana kompensasi senilai 65 juta per orang dalam waktu dekat dan disusul dengan pengangkatan sebagai veteran.

Eurico Guteres yang dikonfirmasi awak media menjelaskan bahwa dirinya hadir untuk menyerahkan piagam penghargaan patriot bela negara kepada 483 orang eks pejuang Timtim asal Ainaro yang berdomisili di wilayah Kodim 1605/Belu di Malaka. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah RI melalui Menteri Pertahanan, Prabowo Subiyanto. Total jumlah eks pejuang Timtim di Belu dan Malaka sebanyak 6.678 orang dari 9 kabupaten eks Timtim. Acara pembagian piagam penghargaan di Malaka, diawali dengan penyerahan secara simbolis kepada 100 orang di lapangan umum Betun.

Ditanya terkait adanya kelompok eks pejuang yang belum terdaftar, Eurico menguraikan, bahwa penyerahan piagam kepada enam ribuan orang itu, sudah mulai didaftar sejak tahun 2012 silam.

“Mereka yang tidak terdaftar ini karena sejak tahun 2012, mereka ini antara percaya dan tidak percaya. Mereka bilang karena ada kepentingan politik, tipu orang untuk mau caleg dan pemilu. Mau lapor ke mana – mana, mau bikin surat ke mana – mana, kita tidak terpengaruh dengan itu karena yang kita urus ini murni, tulus dan ikhlas. Yang jelas, kita memperjuangkan ini sejak 9 tahun lalu, kita bukan baru datang tiba – tiba. Jadi, kalau tidak mendaftar, tentu tidak bisa terima,” tandas Eurico.

Temu pers, Cancio De Carvalho (kemeja coklat kiri) dan Julio Do Carmo (bertopi hitam tengah) bersama sejumlah eks pejuang Timtim yang belum menerima piagam penghargaan dari Pemerintah RI

Beda halnya, lanjut Guteres, kalau pernah ikut mendaftar, lalu namanya dicoret. Itu, boleh mengklaim dan menuduh bahwa ada unsur suka tidak suka. Jadi, kalau tidak mendaftar, sekarang mau menyalahkan siapa? Pemerintah mau memberikan kepada siapa saja yang pernah tinggal di Timtim waktu itu dengan syarat utamanya ikut mendaftar.

“Kemarin kita ajukan 13.000 orang dan setelah diverifikasi, sisa 11.485 orang. Dan, ternyata masih ada banyak yang belum, ya silakan mendaftar di kabupaten masing – masing dan selanjutnya kita usulkan ke pemerintah untuk diputuskan. Jadi, tidak usah marah – marah, tidak usah lakukan hal – hal yang tidak pantas,” pinta Guteres.

Terkait kriteria yang harus dipenuhi saat mendaftar melalui FKPTT, Eurico Guteres menyebutkan, berumur minimal 17 tahun. “Jadi, berjuang itu tidak harus yang angkat senjata. Penjual bakso dan sayur pada waktu itu pun ikut berjuang. Wartawan yang bertugas meliput juga berhak untuk mendapatkannya. Jangan berpikir seakan – akan hanya mereka yang angkat senjata saja yang berhak. Saya melihat, orang yang protes itu adalah orang yang tidak tahu masalah,” kata Guteres.

Eurico menandaskan, bahwa tanggung jawab morilnya dalam mengurus para eks pejuang Timtim tidak berhenti di sini, melainkan akan terus berlanjut untuk memenuhi tuntutan kesejahteraan melalui program – program lain dari pemerintah.

Ditanya lagi terkait sebaran informasi yang menyatakan adanya pungutan sejumlah uang dari para calon penerima penghargaan, Eurico membantah bahwa hal itu tidak ada. Jika ada, ia akan menindak tegas dengan melapor ke polisi untuk segera ditangkap dan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Di sisi lain, Eurico mengaku, bahwa persyaratan seperti pas foto, foto kopi KTP, KK, NPWP, dan pengiriman secara daring ‘online’ ke Jakarta membutuhkan biaya. Ketika 1.000 orang dikumpulkan di satu tempat, pertanyaannya kamu maukah berbondong – bondong ke toko untuk foto dan foto kopi. Orang yang datang ke tempat kita, pasti butuh uang sedikit untuk isi pulsa, bensin, makan. Kemudian, ada kerelaan dari anggota kasih 10 ribu, 15 ribu, itu hal yang wajar. Yang tidak boleh itu, bahwa nama kamu saya daftar, tapi kamu kasih saya uang sekian.

Eurico Guteres pun mengatakan, jika para calon mengumpulkan sejumlah uang untuk kepentingan makan dan minum atas kesepakatan bersama, tentu bukanlah hal yang salah. Yang salah itu, kalau saat mendaftar ada uang administrasi sekian dan ketika terima piagam, diminta lagi uang sekian. Itu salah!  “Waktu penyerahannya akan selesai sesuai dengan jadwal yang disiapkan sesuai waktu saya. Selesai di Malaka, saya akan bergeser lagi ke Belu,” tuturnya.

Pesan terakhir disampaikan Eurico Guteres kepada seluruh eks pejuang Timtim, bahwa selama 22 tahun kita telah berjuang untuk diakui Pemerintah RI sebagai pejuang. Mari kita bersatu untuk berjuang bersama demi kesejahteraan bersama. “Kemarin sudah ada bantuan 52 ribu unit rumah untuk NTT yang didistribusikan ke setiap kabupaten. Saya sudah komunikasikan dengan pemerintah agar pemberian rumah bantuan itu tepat sasaran dan tidak menutup mata dengan warga lokal yang tidak punya rumah. Mari kita bersatu terutama para pejuang yang sudah diakui untuk mendukung pemerintah daerah dengan ikut menjaga keamanan dan ketertiban setiap wilayah kabupaten demi terwujudnya kesejahteraan bersama,” papar Eurico Guteres. (*)

Penulis + foto: (*/Herminus Halek)