NTT Terpilih Jadi Lokasi Peringatan Harlah Ke-96 Nahdatul Ulama

Loading

Kupang, Garda Indonesia | Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-96 tahun 2022 dirayakan secara berbeda. Harlah ini berlangsung dari tanggal 31 Januari sampai 17 Februari 2022 di 4 (empat) lokasi yakni Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur, Labuan Bajo Provinsi Nusa Tenggara Timur, Palembang Provinsi Sumatera Selatan dan Bangkalan Madura, Provinsi Jawa Timur.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengungkapkan NU didirikan dengan visi untuk merintis peradaban baru. Dalam peringatan Harlah, tema yang diangkat menyongsong 100 tahun NU adalah “Merawat Bumi, Membangun Peradaban”.

Keempat lokasi tersebut, ungkap Gus Yahya, dipilih karena mewakili modal-modal dasar yang diperlukan NU untuk mulai beranjak dalam perjuangan membangun peradaban. “Setelah di Balikpapan, Kalimantan Timur yang merupakan representasi ibu kota negara baru Nusantara sekaligus mewakili semangat NU untuk menjemput masa depan, Kita kemudian beranjak ke Labuan Bajo NT pada hari ini,” ujarnya saat memberikan sambutan pada Harlah ke-96 NU di Hotel Meruorah, Labuan Bajo, pada Sabtu, 5 Februari 2022.

Menurut Gus Yahya, NTT dipilih karena untuk memperjuangkan masa depan,  pertama-tama kita harus tahu siapa diri kita dan apa watak kita. NTT adalah miniatur Indonesia dan daerah kepulauan. “Ungkapan yang sangat tepat dan perwujudan dari watak peradaban  nusantara yaitu watak maritim dengan karakter masyarakat maritim,” urainya.

Karakter Maritim, imbuh Gus Yahya, merupakan modal dasar yang sangat berharga. Karakter ini adalah modal kekuatan kita untuk menyongsong perjuangan peradaban yang pastinya tidak mudah.

“Ciri karakter dan manusia maritim yang pertama, adalah selalu berbaik sangka kepada Tuhan saat mengarungi lautan. Ciri kedua adalah berbaik sangka kepada manusia dengan berbagi kepada siapa saja. Kita tidak bisa bekerja sendiri, juga tidak pilih-pilih dalam bekerja sama dan berbagi. Persaudaraan bukan hanya dengan sesama muslim, tetapi juga dengan sesama bangsa dan persaudaraan di antara sesama umat manusia. Ciri ketiga karakter maritim adalah berbaik sangka dan mengakrabi alam. Tidak boleh menelantarkan alam. Bumi harus kita rawat dan jaga,” kata Gus Yahya.

Dengan memilih NTT, lanjut Gus Yahya, kami ingin mengingatkan diri sendiri dan seluruh warga NU agar selalu beranjak dari karakter maritim. “Ini tidak berarti bahwa kita abaikan yang lain. Siapa pun itu sebagai bagian dari Nusantara dan Indonesia,  semuanya miliki ciri-ciri karakter maritim. Petani kita adalah petani maritim,  pedagang kita adalah pedagang maritim. Karena semua orang di nusantara ini menyadari bahwa  lingkungan kenusantaraan adalah lingkungan kepulauan yang didukung oleh samudera-samudera luas,” tandasnya.

Sementara itu Gubernur NTT,  Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) memberikan apresiasi kepada NU yang telah mempercayakan NTT sebagai salah satu tuan rumah tempat peringatan Harlah NU. “Kami sangat terhormat dengan ini. Provinsi ini adalah provinsi kepulauan. Miniatur Indonesia ada di NTT. Bahasanya banyak,  agamanya banyak,  sukunya juga banyak. NTT juga indah dan eksotis tapi masih miskin. Namun kita terus bekerja keras untuk mengubahnya. Terima kasih kepada Presiden Jokowi yang punya perhatian yang luar biasa kepada NTT, ” jelas VBL.

Gubernur juga menyampaikan penghargaan kepada PBNU atas komitmennya dalam memberikan perhatiannya kepada kemaritiman dan kelautan serta berupaya angkat martabat nelayan. Gubernur berharap PBNU mempelopori role model ekosistem masyarakat nelayan yang  mau dibangun.

“Nelayan NTT dan Indonesia model mana yang kita mau bangun dan capai.  Ekosistemnya harus dibangun, baik itu ekonomi,  ekologi dan budayanya harus terintegrasi. Harus bangun kolaborasi yang konkret di lapangan, “jelas Gubernur VBL.

Gubernur VBL pun berharap PBNU dapat mendesain bentuk kolaborasi ini secara nyata. Buat satu desa di Jawa, satu desa di NTT. Baru dikembangkan di daerah lainnya. “Kita harus bersyukur kepada NU. NU adalah milik bangsa. Dalam semangat kolaborasi,  kita ubah mindset. Kita harus bangun suatu standar untuk angkat martabat masyarakat miskin. Semua sumber daya dari negara harus dikerahkan. Dari kementerian Perdagangan,  Perindustrian,  Pendidikan,  Pekerjaan Umum dan kementerian atau lembaga lainnya harus dilibatkan dalam bangun kampung nelayan, bukan hanya kementerian perikanan dan kelautan,” tandasnya.

Suasana persaudaraan dan kebinekaan tampak nyata pada kesempatan tersebut dengan kehadiran paduan suara Gereja Katolik yang menyanyikan mars NU Syubbanul Wathon karya KH Wahab Hasbulah.

Hadir pada kesempatan tersebut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi yang mengikuti secara virtual, Dirjen  Perikanan Budidaya Kementerian Perikanan dan Kelautan, Utusan Kapolri, Ketua DPRD NTT, Sekjen PBNU,  khatib Am PBNU,  jajaran pengurus PBNU, perwakilan berbagai organisasi yang tergabung dalam NU, Ketua PBNU Provinsi se-Indonesia, para Ketua PBNU Kabupaten Kota SE-NTT, wakil Bupati Manggarai Barat, Wakil Bupati Manggarai Timur,  Wakil Bupati Belu, Wakil Bupati Kupang dan undangan lainnya. Jutaan warga NU juga mengikuti kegiatan ini secara virtual. (*)

Sumber (*/Biro APim Setda NTT)

Editor (+roni banase)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. Senang membaca berita ini. Saya ingin menulis artikel mengenai berita ini, apakah ada persyaratan khusus dan jika diijinkan kemana harus mengirimnya? Terima kasih. JB Kleden