Cerita Kota Solo, Disambut Hujan Hingga Ketinggalan Kereta Api

Loading

Oleh : Roni Banase

Lagu dari Ibu Soed “Naik Kereta Api” bergumam ceria dan mengantar diri ini menuju ke stasiun Balapan Solo, usai disambut hujan deras saat tiba di bandara Adi Sumarmo pada Kamis sore, 19 Mei. Sepertinya hujan deras ini memberkati perjalananku mengikuti district conference (Discon) Rotary D3240 di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah pada 20—21 Mei 2022.

Naik kereta api, tut-tut-tut
Siapa hendak turut?
Ke Bandung, Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama

Lekas keretaku jalan, tut-tut-tut
Banyak penumpang turun
Keretaku sudah penat
Karena beban terlalu berat
Di sinilah ada stasiun
Penumpang semua turun

Dan impian agar dapat menikmati layanan dari Kereta Api Indonesia (KAI), akhirnya terwujud berkat dukungan dari Bank NTT, Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrisno Laiskodat, dan District Governor Rotary 3420 periode 2021—2022, Cindy Bachtiar.

Cerita ini pun berlanjut, usai mengamati dan memotret apa saja fasilitas yang dimiliki Bandara Adi Sumarmo Solo (maklum jadi kontributor Maps, wajib paham biar entar saat ditanya jangan garuk kepala meski tak gatal, hehehe). Sekadar bertegur sapa dengan rombongan Rotary Club Bali, saya pun langsung menuju konter pemesanan Grab Car.

Waktu telah menunjukkan pukul 17.25 WIB, sementara waktu keberangkatan dari Stasiun Balapan Solo pada pukul 18.05 WIB. Seraya mengakrabkan diri dengan pengemudi Grab, saya terus menanyakan dan meyakinkan diri bahwa tak bakal terlambat tiba di Stasiun Balapan Solo.

Kami pun tiba tepat pada pukul 18.00 WIB, seraya bergegas menurunkan barang UMKM dari Padupadan Tenun—Mas Erwin Yuan, Nice Handicraft – Nining Suwardi, dan produk unggulan UMKM dari Bank NTT (berupa madu, gula semut, dan kopi), saya dibantu oleh para portir Stasiun Balapan Solo, mengangkat sambil berlari menuju fasilitas check in digital.

Dengan tergesa-gesa, saya memasukkan kode booking tiket kereta api yang dipesan melalui Traveloka, entah karena takut ketinggalan kereta api atau karena sudah capek dan lapar, maka jadi lupa di mana menempatkan kode booking dan karcis yang telah dicetak.

Saya berupaya mencari di dalam tas kecil (pouch) kreasi Nice Handicraft, namun tak kunjung ketemu. Dan alhasil, kereta api pun berlalu dan meninggalkan diriku. Sejenak muncul kekecewaan, tetapi saya yakin Tuhan punya rencana indah.

Mengapa begitu, ya semua kisah perjalanan kita sudah ditorehkan-Nya. Terkadang, kita tak bisa memaksakan kehendak, jika Dia belum mengizinkan, maka seberapa kuat upaya kita, maka tak akan berhasil.

Dan saya menyadarinya, bahwa ternyata harus sejenak menikmati malam di Solo, sebuah kota berupa alur terkenal dengan lagu “Bengawan Solo”.

Cerita pun berlanjut, saya membeli lagi tiket kereta api baru dan menggunakan Stasiun Solo Jebres untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Semarang. Tersisa waktu sekitar 1 jam 30 menit untuk menikmati santapan gulai dan sate kambing bersama Pak Ahmad (65 tahun), layanan taksi stasiun kereta yang setia menunggu penumpang di Solo Balapan.

Saat tiba di stasiun Solo Jebres pada sekitar pukul 20.10 WIB, saya berkesempatan memotret dan mengambil aktivitas kereta api yang hilir mudik seraya sejenak melanjutkan bekerja mem-posting berita ke laman Portal Berita Daring Garda Indonesia.

Sejenak, saya mengambil sapu tangan di saku celana Levi’s biru, dan terasa ada selembar kertas. Rupanya, tadi saat di Solo Balapan, karena tergesa-gesa, saya menaruh karcis tiket kereta di saku celana lalu mencari di tas tangan. Hadeh, gerutu diriku. Entah karena capek atau memang mulai pikun.

Waktu berlalu, tepat pada pukul 21.05 WIB, saya menggunakan kereta api eksekutif Brawijaya menuju ke Semarang. Waktu tempuh 2 jam pun saya manfaatkan dengan melanjutkan bekerja sembari berimajinasi, “Kapan ya, jalur kereta api bisa dibangun di Nusa Tenggara Timur terutama di Pulau Flores dan Timor?”

Semoga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *