Kupang, Garda Indonesia | Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi (Staklim) Nusa Tenggara Timur kembali mengolaborasi Sekolah lapang iklim (SLI) tematik bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur bertema “Gerakan Petani Sadar Iklim, untuk Ketahanan Pangan Nasional”.
Kegiatan ini dilaksanakan di salah satu lokasi mitra binaan Bank Indonesia yaitu GS Organik di Jalan Nomelaktosi-Matani, Penfui Timur-Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang pada tanggal 4—5 Oktober 2022 dan diikuti 40 orang peserta.
Ada yang berbeda dari SLI tematik kali ini, yang mana peserta berasal kelompok tani di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang, di antaranya Kelompok Tani GS Organik, Kelompok Tani Sehati dan Kelompok Tani Noetnana dari lintas generasi. Menariknya, peserta didominasi oleh para petani milenial.
Pembukaan SLI Tematik ini dilakukan secara hybrid (luring dan daring) dihadiri beberapa pejabat tingkat Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat seperti Kepala UPT Bidang Hortikultura Provinsi NTT, Kepala Desa Penfui Timur, para Kepala Unit Pelaksana Teknis BMKG NTT, Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG melalui Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan serta Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT.
Kepala Stasiun Klimatologi NTT Rahmattulloh Adji menyampaikan sambutan sekaligus laporan kegiatan SLI Kolaborasi BMKG-Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Timur bersama Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT, bahwa akhir-akhir ini cuaca maupun iklim mengalami pergeseran dari kondisi normalnya yang ditandai dengan beberapa kondisi ekstrem yang kerap terjadi di wilayah NTT seperti kekeringan, kejadian hujan lebat di periode musim kemarau hingga kejadian ekstrem yang paling menggemparkan dan membekas di pikiran masyarakat NTT adalah Siklon Tropis Seroja.
Komitmen utama BMKG, ungkap Rahmattulloh Adji, khususnya Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Timur adalah melakukan kegiatan Sekolah Lapang Iklim baik tematik maupun operasional dengan berkolaborasi bersama lembaga pemerintah/swasta dan pelaku usaha yang memiliki konsentrasi yang sama dalam peningkatan literasi dan edukasi terkait informasi cuaca dan iklim sehingga dapat memperkuat ketahanan pangan baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional yang kemudian akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani.
SLI kolaborasi ini dibuka Daniel Agus Prasetyo selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Dalam arahannya, ia menyampaikan bahwa lapangan usaha pertanian menjadi penopang utama perekonomian di NTT sebesar 29.17% pada tahun 2021.
Sejalan dengan hal tersebut, BI senantiasa mendukung sektor-sektor penopang perekonomian melalui 3 (tiga) pilar yakni :
Pertama, Korporatisasi atau kelembagaan –pilar pertama ini mendorong setiap kelompok untuk memiliki izin yang memadai agar menikmati berbagai fasilitas dan dukungan dari pemerintah;
Kedua, pengembangan kapasitas SDM – pilar ini difokuskan untuk adanya peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) termasuk memahami informasi iklim yang dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi NTT;
Ketiga, pembiayaan – setelah pilar pertama dan kedua telah dilalui, maka pilar ketiga untuk kelangsungan usaha pertanian, di mana BI akan memfasilitasi kelompok tani untuk bisa mendapatkan akses modal dari lembaga perbankan.
Daniel Agus Prasetyo menyampaikan harapan besar atas kegiatan SLI Kolaborasi BMKG – BI ini dapat membantu para petani dalam merencanakan periode musim tanam hingga dapat menentukan waktu panen yang tepat sehingga dapat meningkatkan produktivitas sektor pertanian yang lebih baik lagi di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan ekonomi tercapai dan menjaga inflasi tetap terjaga.
Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan SLI yakni, pengenalan unsur-unsur cuaca dan iklim; proses pembentukan awan dan hujan; pengenalan alat-alat meteorologi yang digunakan sebagai dasar adanya informasi iklim; kearifan lokal dan kaitannya terhadap informasi iklim yang dikeluarkan oleh BMKG; pemahaman dan pemanfaatan informasi iklim; neraca air lahan, dan pemahaman informasi iklim ekstrem.
Bank Indonesia Perwakilan NTT pun menghadirkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk memberikan ruang dalam menyampaikan informasi terkait kredit usaha rakyat (KUR) dengan tujuan, setelah masyarakat atau petani muda ini memahami informasi tentang cuaca/iklim mereka mampu mendapatkan modal usaha melalui lembaga keuangan.
Selain itu, para peserta juga mendapat materi mengenai peran petani sebagai pahlawan yang selalu berkontribusi untuk ketahanan pangan nasional sehingga inflasi tetap terjaga untuk tercapainya stabilitas ekonomi suatu negara; bagaimana petani di era digital seperti saat ini juga dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas SDM dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan, baik pengetahuan perubahan Iklim maupun pemanfaatan teknologi pertanian dan mengenai sistem pembayaran di Indonesia yang dikembangkan oleh BI yaitu sistem pembayaran menggunakan QR Code Indonesia Standard (QRIS).(*)
Sumber (*/Humas BI Perwakilan NTT)