Atambua, Garda Indonesia | Jemaat GMIT Polycarpus Atambua merupakan satu jemaat Protestan tertua di Kota Atambua, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia melayani sejak pemerintah Belanda memindahkan pusat administrasi sipil dan militer dari Atapupu. Jemaat GMIT Polycarpus berjumlah 4.277 jiwa yang menetap di hampir semua sudut kota Atambua.
Perjalanan pelayanan GMIT Polycarpus Atambua, telah mencapai usia 107 tahun berkiprah (berdiri sejak tahun 1916), usia yang tidak muda. Tentunya ada banyak karya pelayanan yang telah dihadirkan oleh para pendahulu gereja. Catatan-catatan penting dalam pelayanan para pendahulu, dapat memberi motivasi dan pembakar semangat bagi generasi masa kini untuk melayani lebih sungguh, dan menyatakan Shaloom Allah dalam pelayanan secara holistik di tanah Rai Belu.
Demikian diungkapkan Pdt. Dr. Ebenheazer Nuban Timo, M.A. dalam sesi seminar di Gereja Protestan Polycarpus Atambua pada Kamis, 25 Mei 2023 pukul 16.10 WITA—selesai.
Majelis Jemaat Polycarpus Atambua, imbuh Nuban Timo, merasa penting untuk mengumpulkan catatan-catatan sejarah, dari cerita-cerita tua-tua jemaat, dari dokumen-dokumen Gereja, menjadi sebuah narasi sejarah Jemaat Polycarpus Atambua, yang dapat dipertanggungjawabkan dan menjawab pertanyaan kapan sesungguhnya jemaat Polycarpus berdiri di Kota Atambua.
“Oleh karena itu, dalam Keputusan Persidangan Majelis Jemaat Polycarpus Atambua tahun 2021, diputuskan untuk dilaksanakan penulisan sejarah Gereja Polycarpus Atambua,” ujarnya Nuban Timo.
Adapun nama Polycarpus ini diberi oleh almarhum Uskup Mgr. Theodorus Sulama, SVD. Yang mana turut andil dalam karya pelayanan Gereja Polycarpus Atambua.
Dr. Drs.Yanuarius Seran, M.Hum. selaku dosen di STP. St. Petrus Keuskupan Atambua, juga bertugas dan berkarya di Paroki Sta. Theresia Kefamenanu, turut andil dalam seminar di Gereja Protestan Polycarpus Atambua. Ia hadir sebagai salah satu narasumber dan pemimpin gereja tua, memberikan pandangan sejarah berdirinya Gereja Protestan Polycarpus Atambua.
Romo Yanuarius Seran pun melontarkan pesan bahwa dengan berumurnya 107 tahun Gereja Polycarpus Atambua yang sedang dipersiapkan untuk dirayakan, mesti yakin bahwa hubungan generasi antar-umat beragama dengan saudara-saudara di GMIT Polycarpus Atambua semakin terbina, rukun, harmonis dan damai.
Hadir pula saat seminar yakni Welem Nunuhitu sebagai narasumber, para jemaat dan Pendeta GMIT Polycarpus Atambua, Mahasiswa STP. St. Petrus Keuskupan Atambua yakni: Barto Onrianus Siki, Angela Marisa Mau, Yustina Muti, Sr. Kornelia Sasi, Jeni Kabosu dan Ona Kobo.
Seminar diawali doa oleh Pdt. Mery Khatsia T. Lie Nitbani, S.Th. dan sapaan awal oleh Pdt. Agustaf P. Saek, S. Th. selaku Ketua Majelis GMIT Polycarpus Atambua kemudian membuka seminar. Ia juga mengucapkan terima kasih dan memberikan gambaran umum terkait proses penulisan perjalanan berdirinya gereja Polycarpus. Dipandu langsung Pdt. Melkias Takoy, S.H., seminar ini membeberkan masa lalu dari Gereja Polycarpus dan keberadaannya yang menjadi titik dalam menata masa depan.
Jemaat pun berterima kasih kepada Pdt. Dr. Ebenheazer Nuban Timo, M.A. bersama tim kerja Majelis Jemaat Polycarpus Atambua yang telah berupaya, mengumpulkan data, merangkai keping-kepingan cerita para tua-tua jemaat. Membuka kembali dokumen gereja Polycarpus Atambua dan merangkainya menjadi sebuah cerita sejarah, yang berguna bagi gereja dan penerus gereja dalam melanjutkan karya pelayanan di Kota Atambua.(*)
*/Penulis: Koka Masan
Editor: Roni Banase