Simon Petrus Kamlasi mengatakan kondisi alam di Sabu Raijua mirip dengan Israel yang memiliki panas matahari yang sangat bagus dan struktur tanah yang baik untuk pertanian. Untuk itu dia memiliki impian agar Sabu Raijua bisa dibangun seperti Israel yang memiliki hasil pertanian yang luar biasa.
Seba | Calon gubernur NTT nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi (SPK) blusukan politik di Kabupaten Sabu Raijua pada Kamis, 21 November 2024. SPK menyempatkan diri mengunjungi empat desa yakni Desa Raenalulu dan Raemadia di Sabu Barat, Desa Bodae di Sabu Timur dan Desa Lobohede di Hawu Mehara.
Saat bertemu SPK, masyarakat Sabu Raijua mengeluhkan berbagai persoalan yang dihadapi. Salah satu persoalan mendasar yang dikeluhkan adalah kesulitan air. Masyarakat Sabu Raijua berharap, dengan kemampuan yang dimiliki oleh SPK, persoalan air bisa terjawab saat SIAGA memimpin NTT lima tahun ke depan.
“Persoalan yang selama ini kami hadapi adalah air bersih. Kami hanya berharap dari beli air di mobil tangki yang harganya lumayan mahal. Kami tahu bahwa Paket SIAGA memiliki program SIAGA air sehingga kami menitipkan harapan kami kepada bapak SPK,” ujar Yohanis Manuhunga, warga desa Raenalulu.
Menanggapi hal tersebut, Simon Petrus Kamlasi mengatakan, apa yang dialami oleh masyarakat di Sabu Raijua, terjadi juga di hampir semua wilayah di NTT, terutama wilayah kering dan pedalaman. Untuk itu, jika dirinya memimpin NTT maka persoalan air harus bisa dituntaskan, tidak hanya untuk konsumsi semata tapi juga untuk kebutuhan pertanian dan peternakan.
“Kenapa kami tempatkan SIAGA air itu menjadi hal yang utama karena air adalah sumber kehidupan. Indikator kesejahteraan juga dilihat dari kecukupan air. Sabu Raijua adalah daerah semi arit sehingga kita akan membangun banyak embung untuk menahan air hujan. Itu juga sekaligus menyimpan air baku sehingga kita bisa gunakan teknologi bagaimana air yang ada di dalam tanah itu kita bawa ke rumah masyarakat. Kita bawa air ke kebun sehingga kita bisa menanam tidak hanya menunggu musim hujan,” ujarnya.
Menurut SPK, panas matahari yang luar biasa di Sabu Raijua adalah anugerah yang harus disyukuri. Ia akan menjadikan Sabu sebagai Israel di NTT dengan berbagai teknologi pertanian yang modern.
“Panas di Sabu itu adalah anugerah untuk pembuatan garam dengan kualitas super,” ujarnya.
Simon Petrus Kamlasi mengatakan, untuk menggerakkan sektor pertanian secara masif maka semua kalangan harus berpartisipasi aktif termasuk kaum muda dan milenial. Petani saat ini kata SPK, bukan lagi pekerjaan kelas bawah karena dengan teknologi yang modern saat ini, orang bisa hidup dengan sejahtera lewat hasil pertanian.
“Ke depan kita akan bina petani muda atau petani milenial. Kita latih dan beri modal lalu kita siapkan pasarnya. Saya pernah bikin petani muda keren di pulau Bali bersama KASAD. Ada ribuan anak muda yang bertani dan mengusai pasar modern yang mana hasil pertanian mereka dijual secara online. Saya baru dua kali datang Sabu tapi pulau ini akan saya jadikan seperti Israel. Kita tiru pertanian yang ada di Israel untuk kita terapkan di Sabu Raijua. Ke depan kita akan tidur di kebun dengan para petani-petani muda,” pungkasnya.(*)
Sumber (*/tim media SIAGA)