Terpisah, salah satu pengemudi wisata atau Sumba driver, Gabriel Kalumbang menampik tudingan Jajago Keliling Indonesia. Ia memaparkan mengapa saat ke Kampung Ratenggaro pengunjung merasa tidak nyaman seperti yang diposting oleh akun @jajago.keliling.indonesia.
Sumba | Viral di media sosial, berseliweran unggahan video YouTuber Jajago Keliling Indonesia saat mereka berkunjung ke destinasi wisata Kampung Ratenggaro di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Simak videonya di bawah ini:
https://www.instagram.com/reel/DJ0wfQaTbnU/?igsh=YTM1bm5ndnZpbGVm
Di kampung adat yang selama ini dikenal dunia karena keindahan alam dan kekayaan budayanya, pasangan suami istri YouTuber Jajago Keliling Indonesia ini mengaku mengalami perlakuan tak menyenangkan. Mereka dipalak oleh sejumlah oknum dengan pungutan liar yang tidak sesuai kesepakatan. Bahkan, saat hendak meninggalkan tempat, mereka sempat dihadang.
Lebih memilukan lagi, berbagai komentar di media sosial tidak hanya menyoroti SBD atau Pulau Sumba saja, tetapi mengeneralisasi seluruh wilayah NTT sebagai destinasi yang tidak ramah. Padahal, NTT dibangun dari keramahan, kebudayaan luhur, dan masyarakat yang terbuka.
Menanggapi peristiwa ini, Bupati Sumba Barat Daya, Ratu Ngadu Bonu Wulla, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka pada Minggu malam, 18 Mei 2025. Dikutip dari Detikcom, Bupati Ratu Wulla menyatakan akan mengevaluasi mengevaluasi dan menyampaikan permohonan maaf atas kesan buruk itu.
“Tentunya sebagai pemerintah daerah, saya minta maaf kepada wisatawan yang hadir di SBD terkait peristiwa ini,” ucap Ratu Wulla.

Terpisah, salah satu pengemudi wisata atau Sumba driver, Gabriel Kalumbang menampik tudingan Jajago Keliling Indonesia. Ia memaparkan mengapa saat ke Kampung Ratenggaro pengunjung merasa tidak nyaman seperti yang diposting oleh akun @jajago.keliling.indonesia.
“Karena pengunjung menggunakan tour and travel yang tidak paham situasi di Sumba atau khususnya di Kampung Ratengggaro. Jajago itu, tour and travel yang tidak paham situasi di lokasi tujuannya di Sumba.
Dibeberkannya, Jajago masih menawar tarif parkir di Pantai Mandorak. Sebagai informasi, setiap trip atau tour and travel yang parkir di Pantai Mandorak dari beberapa tahun lalu sampai dengan saat kejadian diposting, tarifnya tetap sama yaitu Rp50.000,- per mobil. Tidak ada tawar menawar seperti yang di lakukan oleh Jajago.
“Itu tarif normalnya. Ketika agen trip dari Jajago menawar dengan harga Rp20.000,- (dua puluh ribu rupiah) berarti Jajago tidak paham situasi di tempat itu.
Selain itu, imbuh Sumba driver, menaikkan drone di Kampung Ratenggaro tarifnya standarnya Rp75.000 per drone. Jajago beruntung sekali karena “hanya” diminta biaya sukarela. “Ini menunjukkan Jajago itu tidak tahu ketentuan yang telah berlaku di Kampung Ratenggaro,” ucapnya.
Sementara, tarif sewa kuda, sewa kain atau sarung plus kelengkapan pakaian adat Sumba tarif normalnya Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah) per orang dan sudah berlaku sejak lama. Foto di samping kuda (foto dengan kuda) dikenakan tarif Rp20.000 per orang.
Sumba driver pun mengimbau Jajago Keliling Indonesia untuk tak membesar-besarkan persoalan kecil seolah-olah mengancam keselamatan diri di Kampung Ratenggaro.(*)
Sumber (*/ragam)