Wajah-wajah dalam Cermin

Loading

Oleh Yelinri Juana Martha Taosu

Kupang-NTT, 5 November 2019 | Di depan cermin setengah utuh, telah terpampang wajah-wajah penuh kematian.
Kaku, bisu, dan dingin.
Bersolekan diam berdandankan sepi, rupawan bak kembang di makam moyang

Wajah-wajah dalam cermin
Berbijikan dua bola mata bundar
Menyala pada remang-remang subuh lalu padam kala terik matahari membunuh keadilan di kota.

Menolak pandang saat toleransi diinjak sampai bonyok oleh dasar sepatu orang-orang yang katanya beragama.
Hingga malam memperkosa kesucian kaum minoritas, biji mata mereka memilih bercumbu dengan mimpi saja.

Muka-muka di depan cermin
Tengah melihat dirinya penuh acuh
‘Biarkan keadilan mati saja, toh masih ada uang tutup mulut’ seringai bibir-bibir pucat pasi.

Wajah-wajah dalam cermin
Mengamat-amati kematian mereka yang begitu molek
Lalu menambah gincu mati rasa untuk bibir pucat mereka.

Waktu kini menunjukkan pukul berapa saja
Gaun terseksi telah melekat di tubuh
Kini mereka siap pergi berdansa dengan kehancuran di pesta malam-malam sepanjang peradaban. (*)

Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang
Editor (+rony banase) Foto oleh idntimes.com