SEDERHANA! Gubernur NTT Masa Depan Tidur di Rumah Warga

Loading

Simon Petrus Kamlasi merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1996 dan dalam Peralatan (CPL). Jabatan terakhir jenderal bintang satu ini adalah Pa Sahli Tk. II Kasad Bidang Lingkungan Hidup. Ia dikenal sebagai putra daerah Timor Tengah Selatan pertama yang meraih bintang satu TNI AD, dengan jabatan Brigadir Jenderal. Kemudian memutuskan mundur dan menjadi calon gubernur NTT.

 

TTS | Simon Petrus Kamlasi masih tetap menjadi sosok yang sederhana dan rendah hati, meski telah merengkuh bintang satu di pundak pada 26 Juni 2024 dan memegang jabatan sebagai Staf Ahli KASAD Bidang Lingkungan Hidup tak membuat dirinya tinggi hati meski menjadi satu-satunya jenderal dari desa terpencil di pedalaman Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pola hidup sederhana dari suami Esther Meilany Siregar ini pun diejawantahkan dengan menginap di rumah-rumah warga saat melakukan kampanye menuju kursi Gubernur NTT periode 2024—2029.

Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur nomor urut 3 pasangan dari Adrianus Garu ini dalam sebuah kesempatan bersama awak media menegaskan bahwa dirinya jika terpilih sebagai gubernur bakal rajin turun ke pelosok dan daerah terpencil dan tentunya bakal tidur di rumah warga.

Penegasan sosok yang kerap disapa SPK (Simon Petrus Kamlasi) itu bukan sekadar isapan jempol belaka, ia mengejawantahkan dengan tidur di rumah warga saat berkampanye di Pulau Flores dan beberapa daerah lain di pedalaman NTT yang tak memiliki hotel kelas melati hingga hotel berbintang.

Lazimnya seperti saat melakukan kampanye terbatas Desa Kiufatu, Kecamatan Amanuban Selatan, Timor Tengah Selatan (TTS) pada Jumat, 25 Oktober 2024.

Usai kampanye terbatas, SPK memilih untuk tidur di rumah warga Kiufatu. Hal itu ia lakukan untuk bisa lebih dekat dan merasakan denyut jantung masyarakat yang akan dipimpinnya jika terpilih kelak.

Sebelum beristirahat merasakan empuknya kasur warga desa, SPK mengambil waktu sejenak untuk berbincang dengan tuan rumah, menanyakan keseharian mereka, apa saja kebutuhan mendasar mereka sebagai sebuah keluarga yang tinggal di pedesaan.

“Saya memang sengaja memilih untuk tidur di rumah warga agar bisa memiliki sedikit waktu untuk berbincang dan mengetahui masalah-masalah yang mereka alami secara lebih pribadi,” urai SPK.

Dibeberkan pencipta beberapa mobil taktis Angkatan Darat itu, mungkin saja ada banyak hal yang ingin masyarakat ungkapkan, namun ketika berada dalam himpunan banyak orang mereka tidak punya kesempatan untuk berbicara.

SPK pun menekankan dengan tidur di rumah warga, ia ingin menunjukkan bahwa ia tidak berubah, ia masih orang anak kampung dari TTS. Menelusuri kampung demi kampung, lalu menginap di rumah warga, membuat semangat SPK untuk mengubah hingga membawa perubahan di NTT semakin kuat.

“Ketika saya ke kampung-kampung dan mengalami berbagai situasi yang dialami masyarakat, pengalaman-pengalaman itu membuat tekad saya untuk memperbaiki keadaan dan membawa NTT jauh lebih baik semakin kuat,’ tegasnya.

Menurut SPK, persoalan infrastruktur, masalah ekonomi, dan sekian banyak persoalan lainnya yang dialami masyarakat mestinya dijawab dengan program-program prioritas yang tepat.

“Harus ada program prioritas yang menyentuh dengan kebutuhan masyarakat. Makanya saya harus turun langsung untuk mengetahui lebih detail persoalan mereka,” ucapnya.

Pemilik rumah tempat SPK menginap di Desa Kiufatu, Regina Toni mengatakan, selama ia hidup baru pertama kali ada calon pemimpin yang mau tidur di rumah sederhana miliknya yang hanya berdinding bebak (pelepah pohon Lontar) dan berlantai semen.

“Saya kaget ketika Pak Simon Petrus Kamlasi mau inap di rumah saya,” ungkap Regina dengan nada bahagia sembari mengatakan awalnya ia ragu dengan keadaan rumahnya yang tidak memungkinkan untuk seorang seperti Simon Petrus Kamlasi. Ternyata apa yang ia pikirkan berbeda dengan yang terjadi. Simon Petrus Kamlasi mau tidur di rumahnya tanpa rasa sungkan.

“Jujur, saya merasa Pak Simon Petrus Kamlasi berbeda dengan pemimpin yang lain. Dia sangat rendah hati dan tulus,” ujar Regina.

Senada, warga Kiufatu bernama Boy Selan mengatakan, tipe pemimpin seperti Simon Petrus Kamlasi inilah yang dirindukan oleh masyarakat NTT. Banyak pemimpin yang hanya memberi janji manis tanpa mau melihat apa yang dialami masyarakat.

“Banyak pemimpin kita hanya datang dengan janji manis lalu pulang tanpa bekas,” ucapnya.

Boy Selan juga mengaku akan memilih SIAGA bukan karena perasaan sebagai sesama orang Timor, tetapi atas keyakinan bahwa paket ini yang benar-benar menunjukkan kepedulian terhadap rakyat kecil.

“Paket ini yang peduli dengan masyarakat. Saya yakin Pak Simon dan Pak Andre Garu akan membawa perubahan untuk NTT jika ia dipercayakan oleh masyarakat untuk memimpin nanti,” tandasnya.(*)

Sumber (*/tim media SIAGA)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *