Mgr. Petrus Turang (23 Februari 1947 – 4 April 2025) adalah Uskup Agung Kupang sejak 10 Oktober 1997 hingga 9 Maret 2024.
Jakarta | Uskup Emeritus Mgr. Petrus Turang meninggal dunia pada Jumat, 4 April 2025 pukul 06:20 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Beragam ucapan turut berdukacita memenuhi dinding WhatsApp grup dan media sosial.
Hingga berita ini dirilis, belum ada pernyataan resmi dari Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni terkait kelanjutan pengurusan jenazah Uskup Emeritus Mgr. Petrus Turang, apakah akan dipulangkan dan dimakamkan di Kupang atau dimakamkan di kampung halamannya di Manado.
Profil Uskup Emeritus Mgr. Petrus Turang
Mgr. Petrus Turang (23 Februari 1947 – 04 April 2025) adalah Uskup Agung Kupang sejak 10 Oktober 1997 hingga 9 Maret 2024.
Uskup Emeritus Mgr. Petrus Turang ditahbiskan menjadi imam diosesan Keuskupan Manado pada 18 Desember 1974. Ia sempat memegang jabatan sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Konferensi Waligereja Indonesia. Selama memegang jabatan tersebut, ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Koajutor Keuskupan Agung Kupang pada 21 April 1997.
Ia ditahbiskan pada 27 Juli 1997 di Arena Promosi Hasil Kerajinan Tangan Rakyat NTT, Kupang Uskup Agung Jakarta, Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J. bertindak sebagai Penahbis Utama, dengan didampingi oleh Pro-Nuncio Apostolik untuk Indonesia yang bergelar Uskup Agung Tituler Bellicastrum, Pietro Sambi dan Uskup Agung Kupang saat itu, Gregorius Manteiro, S.V.D.
Seiring dengan wafatnya Uskup Agung Manteiro, Turang secara otomatis meneruskan jabatan sebagai Uskup Agung Kupang sejak 10 Oktober 1997. Ia menjadi Penahbis Pendamping bagi Mgr. Alberto Ricardo da Silva sebagai Uskup Dili pada 2 Mei 2004 dan bagi Mgr. Dominikus Saku sebagai Uskup Atambua pada 21 September 2007.
Turang sempat dikecam terkait aksinya saat menegur seorang imam, yakni R.D. Yohanes Subani, yang merupakan pendidik dan pengajar di Seminari Tinggi Santo Michael, Penfui, Kupang, yang tidak mencium cincin uskup. Kejadian ini berlangsung pada 10 Januari 2013 setelah perayaan natal bersama di Gereja Katedral Kupang. Hal ini juga berujung pada adanya surat terbuka yang ditujukan kepada Ketua KWI dan Nuncio Apostolik. Menurut pihak Turang, ia telah meminta maaf setelahnya, tetapi tidak mendapat respons. (*)
Sumber (*/ragam + Wikipedia)