Presiden Macron Diduga Langgar Aturan Candi Borobudur

Loading

Aksi yang sama juga dilakukan Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya. Ketiganya menginjak stupa untuk menyentuh patung Buddha. Aksi rombongan kenegaraan ini pun ramai jadi perbincangan di media sosial.

 

Magelang | Kunjungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron beserta rombongan ke Candi Borobudur, Jawa Tengah; disoroti karena melanggar aturan. Seperti aksi merogoh stupa hingga tidak menggunakan sandal khusus atau upanat sebagai upaya pelestarian warisan dunia ini.

Sebelumnya, pelanggaran merogoh stupa itu dibagikan akun Sekretariat Kabinet pada Kamis, 28 Mei 2025. Macron dan ibu negara Brigitte nampak memanjat stupa untuk menjangkau patung di dalamnya.

Aksi yang sama juga dilakukan Sekretaris Kabinet, Letkol Teddy Indra Wijaya. Ketiganya menginjak stupa untuk menyentuh patung Buddha. Aksi rombongan kenegaraan ini pun ramai jadi perbincangan di media sosial.

Selain aksi rogoh stupa, rombongan Macron yang menaiki lantai dan tangga Candi Borobudur ini juga tidak memakai sandal khusus. Padahal mulai Desember 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf/Baparekraf) memberlakukan aturan bagi wisatawan yang ingin naik ke tangga dan lantai Candi Borobudur.

Pengunjung diwajibkan menggunakan alas kaki khusus, yakni sandal upanat. Penggunaan alas kaki khusus ini didasari pada penelitian yang dilakukan Balai Konservasi Borobudur.

Berjalan di atas batuan candi menggunakan alas kaki konvensional secara tidak disadari akan menggerus permukaan batuan candi. Sehingga penggunaan sandal upanat dilakukan sebagai upaya pelestarian pada Candi Borobudur agar tidak korosi.

Sandal ini didesain khusus dan sudah melalui riset cukup panjang sejak Januari 2022, dan dinyatakan memenuhi kriteria durability, ergonomi, dan keselarasan visual oleh Pengkaji Pelestari Balai Konservasi Borobudur.

Kritikan ini juga disampaikan lembaga Young Buddhist Association (YBA). YBA menyoroti adanya tebang pilih dalam penerapan aturan pelestarian Borobudur.

Sudah sejak lama, pengunjung yang datang ke Borobudur wajib bersikap hormat pada objek destinasi wisata religi ini. Seperti tidak menaiki atau menduduki stupa-stupa. Kemudian pengunjung juga harus menggunakan sandal khusus atau upanat.

Rogoh Stupa Dilarang

Mitos Kunto Bimo sudah lama berkembang di masyarakat. Sayangnya mitos ini bisa berdampak buruk pada pelestarian Candi Borobudur. Kunto Bimo adalah sebuah stupa yang di dalamnya dijumpai arca, di mana orang banyak memasukkan tangan untuk menyentuh jari dari arca yang ada di dalam estupa itu. Dengan maksud, apabila berhasil menyentuh, maka akan mempunyai keinginan yang terkabul.

“Mitos ini sekarang menjadi masalah pelestarian dari Candi Borobudur,” ujar Perwakilan dari Museum Cagar Budaya, Hari Setyawan.

Ia mengatakan, arca yang ada di dalam stupa merupakan obyek pemujaan atau simbol religius dari umat Buddha.

“Pantaskah kita menaikkan kaki ke dalam simbol religius ini? Tentu tidak. Karena ini adalah elemen yang disakralkan oleh saudara-saudara umat Buddha. Sudah seharusnya semua menghargainya kembali kepada toleransi umat beragama,” pesan Hari Setyawan.(*)

Sumber (*/tribunnews.com)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *