Temuan media ini per Agustus 2025, kesulitan mengakses air bersih dirasakan oleh warga Kampung Pelas dan Lamba Desa Timbu dan Kampung Cia desa Wae Codi, Kecamatan Cibal Barat.
Manggarai | Beberapa pekan yang lalu, Bupati Manggarai, Heribertus G. L Nabit, dengan lantang berpidato menyampaikan tentang pencapaiannya dalam memberikan akses layanan dasar bagi masyarakat Manggarai.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber pada Senin, 22 Agustus 2025, Bupati Hery Nabit mengatakan bahwa akses masyarakat terhadap layanan dasar seperti air bersih terus menunjukkan kemajuan karena cakupannya telah mencapai angka 86,08 persen.
Hal ini disampaikan Bupati dua periode tersebut dalam upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia yang berlangsung di Natas Labar Motang Rua, pada Minggu, 17 Agustus 2025.
Namun, sayangnya pidato Bupati Hery Nabit tersebut justru tak selaras dengan jeritan warga Manggarai terhadap layanan air bersih yang masih menjadi masalah serius hingga saat ini.
Temuan media ini per Agustus 2025, kesulitan mengakses air bersih dirasakan oleh warga Kampung Pelas dan Lamba, Desa Timbu dan Kampung Cia Desa Wae Codi, Kecamatan Cibal Barat.
Kesulitan mengakses air bersih yang dialami warga tiga kampung dan dua desa di Kecamatan Cibal Barat tersebut dari indonesia merdeka hingga saat ini.
“Kami punya air PDAM ini sejak awal memang mengalir tidak stabil dan lancar. Terkadang satu kali dalam satu Minggu mengalirnya pada sore hari. Terkadang juga tidak mengalir,” ujar MS, ibu rumah tangga asal Kampung Pelas, Desa Timbu, yang enggan menyebutkan namanya.

Untuk kebutuhan sehari-hari, ia dan anak gadisnya harus berjalan menempuh jarak kurang lebih satu setengah kilo meter menimba air di mata air yang ada sebalah selatan kampungnya dengan menggunakan jeriken berisi 5 liter.
“Kalau musim hujan tiba kami senang karena tidak pikir lagi setelah pulang kerja dari kebun harus pergi timba air lagi. Tetapi kalau musim kemarau seperti ini dengan rasa capenya kami setelah bekerja seharian di kebun harus pergi timba air lagi,” ucap MS.
“Ya, kalau airnya mengalir disyukuri, ya kalau pun tidak mau tidak mau harus pergi timba air di mata air sana. Saat ini saja air mengalir hanya pagi dan sore itu pun dalam satu Minggu terkadang satu atau dua kali saja jalanya,” sambungnya.
Hal senada juga disampaikan HM (31) seorang ibu rumah tangga di Kampung Pelas yang menyebutkan namanya mengatakan air PDAM di Kampung tersebut mengalir hanya pagi dan sore.
Ia menjelaskan, bahwa jika air berjalan pada pagi hari mereka tidak bisa menimba dikarenakan pada saat air mengalir mereka sudah berada di kebun.
“Ya, kami menimba air tunggu sore hari baru. Karena di pagi hari air mengalir sekitar pukul 08.00 atau pukul 09.00 Wita, itu kami sudah di kebun,” ungkap seorang ibu tiga anak itu.
Ia juga menyoroti keran air yang beberapa titik saja yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Jarak sekitar satu setengah kilometer. Sementara petugas, kata dia, enggan untuk menambahkan titik keran air.
“Satu keran air di bawah itu untuk beberapa rumah ini. Sekitar 6 atau 8 rumah karena dua rumah yang itu terkadang mereka timba air di keran yang ini terkadang di keran di sana,” terangnya.(*)
Sumber (*/Ragam + Ferdy Daud)