Kepala Sekolah TK Negeri Praioda, Yuliana Octovina Molle, mengungkapkan sejak 2004, sekolah ini belum pernah menggunakan listrik. Proses belajar mengajar tidak efisien karena semua kegiatan harus dibuat di kota, lalu dibawa ke TK.
Sumba | Selama 21 tahun, Taman Kanak-kanak Negeri Praioda di Desa Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), berjuang tanpa listrik. Namun, penantian itu akhirnya berakhir.
Sumba Timur merupakan salah satu dari 4 (empat) kabupaten yang terletak di Pulau Sumba sebagai lokasi raksasa sumber energi baru terbarukan dari radiasi matahari. Pulau Sumba pun dikenal sebagai “Sumba Iconic Island” karena menjadi percontohan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Pulau ini kaya akan potensi EBT seperti tenaga surya, angin, air, dan biomassa, yang sedang dimanfaatkan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan kesejahteraan masyarakat. Predikat The Iconic Island of Renewable Energy berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Hivos/Winrock Internasional.
Radiasi matahari yang tinggi sepanjang tahun membuat tenaga surya menjadi andalan utama, sementara kecepatan angin yang mencapai 5,9 m/s di beberapa lokasi memungkinkan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang efektif. Selain itu, pembangkit listrik mikrohidro juga telah dibangun di beberapa desa, seperti PLTMH Kamanggih yang mampu memasok listrik bagi ratusan rumah dan fasilitas umum.
Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, PLN menghadirkan solusi inovatif listrik SuperSun untuk memenuhi kebutuhan listrik sekolah, sekaligus mendukung implementasi Asta Cita Presiden di bidang pendidikan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Pemasangan SuperSun ini menjadi tonggak penting dalam mendukung revitalisasi dan digitalisasi sekolah di wilayah terpencil.
Kepala Sekolah TK Negeri Praioda, Yuliana Octovina Molle, mengungkapkan sejak 2004, sekolah ini belum pernah menggunakan listrik. Proses belajar mengajar tidak efisien karena semua kegiatan harus dibuat di kota, lalu dibawa ke TK. “Akhirnya, pada 2025 kami mendapatkan bantuan SuperSun. Kini, kegiatan di sekolah jadi lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Yohanis Elipid Marambamu, Kepala Desa Mbatakapidu, turut menyampaikan rasa syukur. “Atas nama Pemerintah Desa, kami mengucapkan terima kasih kepada Presiden dan PLN atas dukungan digitalisasi pendidikan ini. Sebelum ada SuperSun, kami mengandalkan genset yang biayanya Rp50.000 untuk 1–3 jam. Sekarang, biaya listrik bulanan bisa ditekan menjadi sekitar Rp50.000–Rp100.000 saja,” ungkapnya.
SuperSun adalah solusi kelistrikan berbasis energi terbarukan yang memanfaatkan tenaga surya untuk menghasilkan listrik secara mandiri. Sistem ini dirancang khusus agar sekolah, rumah, atau fasilitas umum di daerah terpencil dapat mengakses listrik tanpa harus menunggu jaringan PLN.
Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (PLN UP3)Sumba, Ronald Tilmans, menjelaskan bahwa SuperSun merupakan wujud nyata komitmen PLN dalam menghadirkan listrik berkeadilan. “Dengan SuperSun, anak-anak di TK Negeri Praioda kini bisa belajar dengan lebih nyaman. PLN akan terus mendukung pemerataan listrik untuk pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Sumba,” tandasnya.
Senada dengan itu, General Manager PLN UIW NTT, F. Eko Sulistyono, menegaskan kehadiran PLN untuk mendukung digitalisasi pendidikan sangatlah penting. “Untuk menjawab tantangan pemerataan listrik, kami punya dua solusi. Jika secara teknis memungkinkan, kami akan membangun jaringan lewat program listrik desa (Lisdes) dan listrik dusun (Lisdus). Namun, jika tidak memungkinkan, solusinya adalah SuperSun yang menggunakan tenaga surya,” tegasnya.
Hadirnya listrik dari SuperSun, kegiatan belajar mengajar di TK Negeri Praioda diharapkan menjadi lebih efektif. Hal ini akan mempercepat digitalisasi pendidikan bagi generasi muda Sumba, yang pada akhirnya dapat menyiapkan mereka menjadi generasi unggul dan siap bersaing di masa depan.(*)
Sumber (*/tim PLN UIW NTT + ragam)